tag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post3128161420254326362..comments2024-03-18T08:57:02.131+07:00Comments on AFIFAHAFRA.COM : Menikah Bukan Untuk BerceraiAFIFAH AFRAhttp://www.blogger.com/profile/16920243963339235542noreply@blogger.comBlogger6125tag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-70512057558516343312015-12-04T16:57:54.562+07:002015-12-04T16:57:54.562+07:00Membaca ini sambil membatin " Semoga keluarga...Membaca ini sambil membatin " Semoga keluargaku selalu sakinah mawaddah wa rohmah". Sedih sekali dengan kondisi masyarakat (perempuan) yang mudah sekali meminta cerai karena alasan tidak harmonis. emma kaktushttp://kaktusgenius.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-63867977609799691632015-02-06T14:20:42.226+07:002015-02-06T14:20:42.226+07:00Numpang belajarNumpang belajarKhulatul Mubarokahhttps://www.blogger.com/profile/12856417626943345801noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-80169558676263923622014-12-15T07:21:28.549+07:002014-12-15T07:21:28.549+07:00Iya, memang bener begitu. Ada 3 kasus perceraian y...Iya, memang bener begitu. Ada 3 kasus perceraian yang saya amati cukup detil belakangan ini. 2 terjadi pada pasangan usia > 40 tahun, dengan usia pernikahan > 20 tahun. Sedangkan 1 terjadi pada pasangan usia muda. Ternyata, yang bisa diselamatkan justru yang pasangan muda.<br /><br />Terus, beberapa perceraian yang tidak saya amati (tahu-tahu udah cerai gitu), juga melibatkan pasangan usia > 40 tahun.<br /><br />Kalau menurut saya, ini faktor empty love. Baca deh, di Sayap-Sayap Sakinah, kan bukunya udah meluncur ke Octa :-D<br /><br />Mempertahankan komitmen di saat sudah tak ada passion dan intimacy tentu sangat berat, sementara godaan dari luar begitu kuatnya.<br /><br />Soal gerakan feminism ngaruh besar sekali... selain itu juga faktor konsumerisme yang membuat kebutuhan jadi seakan2 berlipat ganda. Ini menggerakkan para perempuan utk ikut terjun mencari nafkah. Setelah mereka ternyata lebih sukses dibanding lelaki, mereka jadi merasa bahwa sang lelaki ternyata 'tak pintar' cari nafkah. Lemahlah, lembeklah... karena merasa di atas angin, mereka pun memilih cerai. Tapi, saya kira faktor ekonomi ini hanya soal sekunder... artinya, kalau masih ada cinta, semua masih bisa direkatkan.AFIFAH AFRAhttps://www.blogger.com/profile/16920243963339235542noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-14497287961657329812014-12-14T14:47:05.621+07:002014-12-14T14:47:05.621+07:00Mbak Yeni~
Ayah saya pan, kerjanya (dulu sebelom ...Mbak Yeni~<br /><br />Ayah saya pan, kerjanya (dulu sebelom pensiun) di Pengadilan Agama. Itu banyaaak banget kasus perceraian yang menurut beliau terjadi karena perselingkuhan. Saya gak dikasih tahu yang mana orangnya dan apa kasusnya, cuma garis besarnya gitu, soalnya menurut Ayah saya itu rahasia pengadilan. Apalagi kalo yang cerai masih orang sini-sini juga, sekampung. <br /><br />Yang paling menarik buat saya, pas Ayah saya cerita, kalo perceraian karena perselingkuhan itu lebih banyak terjadi di pasangan yang udah mateng pernikahan dan usianya. Di atas 40-an gitu lah. Pas anak-anak udah gede, karier udah tinggi, ekonomi stabil. Gak cuma suaminya yang selingkuh. Awalnya saya mikir; yah, umur 40-an pan, laki-laki puber kedua. Tapi ... ternyata istri juga selingkuh. ._____.<br /><br />Trus beberapa waktu belakangan ini, saya sering dengerin podcast tentang pernikahan. Salah satu yang menarik banget adalah tentang feminism dan "proyek bersama". Karena ini menarik, ini yang paling saya inget. Meningkatnya perceraian bisa jadi karena pasangan udah gak punya proyek bersama. Waktu pasangan punya anak balita dan sampai usia yang belom bisa dilepas, mereka punya proyek ngegedein anak. Setelah proyek itu--bukan selesai, apa yaaa--semacam mulai gak intens, mereka pun jenuh dan merasa jauh. Trus mulai nyari proyek pribadi yang mendebarkan. <br /><br />Kalo pasangan muda, masalah perceraiannya lebih absurd tapi biasanya, bisa dihubungkan sama kedewasaan pasangan. Sesuatu yang sebenarnya masih bisa diurus dan dirapikan seandainya pasangan itu gak keras kepala atau gak ada campur tangan berlebihan dari pihak-pihak lain. <br /><br />Tentang feminism. Entah kenapa saya merasa setelah kesetaraan gender diagung-agungkan, saya makin banyak melihat perempuan menuntut untuk jadi seperti laki-laki. Saya bilang begini karena mereka meminta hal-hal yang memang bukan urusannya perempuan. Perempuan dan laki-laki itu beda, karena itu gak bisa disetarakan dan gak perlu disetarakan (soalnya perempuan sangat diagungkan di Islam). Paling mungkin (dan harus) dilakukan adalah memastikan akses pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan lainnya sama bagusnya untuk laki-laki dan perempuan. Tapi yang dituntut sekarang ini, seolah, perempuan ingin memanggul apa yang seharusnya tidak perlu mereka panggul. Semacam; jadi tulang punggung keluarga. Ini rumit juga, sih. Karena bisa jadi laki-lakinya memang kurang ulet. Tapi menggantikan posisi itu, menurut saya udah salah aja gitu. Trus karena hal-hal begini, perempuan lalu berani sama suaminya. <br /><br />Beberapa yang lain, tentang laki-laki yang lemah. Aaaah, ini gemes saya liatnya. Bukan cuma lemah iman, tapi juga lemah kepribadiannya. <br /><br />Jadi yaaa, saya bingung. :D<br /><br />Kalo sekarang saya denger-denger ada temen atau sodara yang punya masalah RT (saya sering denger karena mereka bakalan dateng ke Ayah saya buat nanya-nanya tentang gimana proses perceraian di PA), saya jadi sedih gitu. Tapi saya juga gak bisa berbuat banyak. Hiks. Palingan yang bisa saya bilang cuma; pernikahan sekarang tuh kayak illegal fishing --> udah tau itu ngelanggar aturan, masih juga dikerjain. Ini berlaku untuk semuanya, gak cuma tentang urusan selingkuh, tapi juga tentang KDRT dan lainnya.<br /><br />Jadi bersiaplah. Seandainya kapal harus karam atau dikaramkan, pastikan kamu punya sekoci dan ransum. Punyalah cinta lebih besar kepada diri sendiri dan Allah dibanding kepada ciptaannya karena kamu bakalan perlu tempat bersandar paling kuat yang kamu perlukan. Apalagi kalo suami ketemu maenan Hello Kitty di luaran dan lupa ama celengan ayam-ayaman di rumah. <br /><br />Duh, ini udah panjang ya? <br /><br />Terakhir. Saya nyaris tiap hari denger cerita perselingkuhan dan rencana perceraian. Ibu-Ayah saya kayak kotak pengaduan gitu soalnya--mereka sama-sama anak pertama. Jadi entahlah, saya jadi ngeri sendiri gitu jadinya.... Hari gini gitu. Kalo kamu gak nakal, suamimu gak nakal, di luar banyak yang nakal-nakal lucuk gitu. @.@OctaNHhttp://www.octavianinurhasanah.netnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-78480091212824153852014-12-14T12:59:01.825+07:002014-12-14T12:59:01.825+07:00Kangen diskusi sama Octa :-)Kangen diskusi sama Octa :-)AFIFAH AFRAhttps://www.blogger.com/profile/16920243963339235542noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5505910859763707580.post-69826049831566535522014-12-07T13:23:24.242+07:002014-12-07T13:23:24.242+07:00Aaaaaaak~ Tadi udah nulis komen panjang-lebar trus...Aaaaaaak~ Tadi udah nulis komen panjang-lebar trus mouse kegeser, halaman ini ke-loading ulang, tulisannya ilang. *nangis gerung-gerung*<br /><br />Saya nulis di notes dulu deh, ntar baru dikopi biar gak terulang kejadian kayak tadi. ^^OctaNHhttp://www.octavianinurhasanah.netnoreply@blogger.com