Ekspedisi 35 Kabupaten/Kota: Dari Monas Hingga Jalur Deandles (Bag. 1)

Catatan Ringan Afifah Afra

Awalnya, saya sama sekali tak menganggap serius tawaran suami saya. “Ummi, besok 21-23 Agustus Abi ada acara di Jakarta. Yuk, sekalian Ummi ikut, bareng anak-anak.”

Otak saya yang akhir-akhir ini banyak diseret untuk otak-atik data dan angka, langsung membuat kalkulasi. Lima tiket pesawat pulang-pergi, Jakarta Solo, total sekitar lima juta rupiah. Ini kalau terbangnya pakai maskapai langganan saya yang terkenal murah meriah, lho! Belum biaya hotel, belum makan, belum jalan-jalan. Kening saya langsung berkerut. Lalu, saya mencoba menurunkan standard dari pesawat menuju kereta api. Jiaaah, biayanya masih sama, hampir menembus 7 digit. Jadi, gini lho… selama ini saya pilih kemana-mana naik pesawat, bukan karena mau gaya-gayaan, tetapi karena ongkosnya tidak berbeda jauh dengan kereta api. So, pesawat yang saya pilih, juga yang murmer… hehe. Sudah murmer, selalu ngincar yang tarif promosi lagi.

Saya makin keberatan. Untuk perjalanan yang tanpa perencanaan jauh-jauh hari, dana segitu bagi saya kelewat sayang untuk dibuang-buang. Saya pun bilang NO!

“Bukan, Mi… kita nggak naik pesawat atau kereta. Kita naik mobil, sopir sendiri.”

What? Mata sipitku membelalak. Naik mobil sendiri, jelas akan membuat pengeluaran terpangkas sampai separuhnya, bahkan mungkin kurang dari itu. Tetapi… bukannya sedang meragukan kapasitas My Dear Husband, ya… Beliau jago nyupir, iya. Melaju di kecepatan 120 KM/jam… pernah, eh malah sering (kalau lagi sepilah…). Tetapi, nyopir sejauh Solo-Jakarta, malam hari pula, saya agak-agak khawatir gitu. Terlebih, pelajaran menyopir saya baru tahap teori (hihihi). Jadi, mana mungkin saya bisa menggantikannya? Kalau saya pegang kendali, salah-salah jurusan ganti, bukan Solo-Jakarta, tapi Solo-Laut Jawa!

“Kita berangkat kamis malam, pulangnya Senin. Kita ajak anak-anak main di Jakarta, lalu pulangnya lewat Bandung. Nanti kita menyusuri jalur Deandles di Pantai Selatan.”
Nah, lewat Bandung dan Jalur Deandles pula baliknya! Saya ingat beberapa jalur di sana harus dilewati dengan ekstra hati-hati. Khususnya jalur yang menghubungkan Cilacap dengan Jalur Deandles, yakni menyusuri hutan tepi pantai mulai dari Pantai Logending. Saya bayangkan, suami saya melalui jalur tersebut dalam keadaan letih. Oh, tidaak!

Kepala saya makin berdenyut-denyut.
“Kita bawa krucil tiga, lho!” protesku. “Perjalanan ini jauh banget. Ummi ragu….”
“Ragu kenapa?”
“Abi belum pernah nyopir sejauh itu.”
“Pernah. Lha Abi pernah nganter teman Abi nikahan di Situbondo. Solo-Situbondo itu jauh, lho. Sama dengan Jakarta-Solo.”
“Abi ngantukan. Baru nyopir tiga jam saja sudah mengantuk.”
“Ya ndak papa, nanti kalau ngantuk, bisa istirahat, tidur di POM Bensin. Nggak usah terlalu khawatir. Tuh, kakak-kakak kita, saat mudik juga nyopir jarak jauh, bawa anak-anak, macet lagi.”
Baiklah, Darling! Kita go! Meski masih terus khawatir, saya akhirnya menyetujui rencana suami saya.

* * *
Persiapan ekspedisi pun dimulai. Rute dipersiapkan. Saya sempat takjub melihat rute tersebut. Jadi, ekspedisi ini akan melewati 35 kabupaten/kota dan 4 provinsi! 

Provinsinya jelas: Jateng, Jabar, DKI dan DIY. 

Kabupaten/kotanya: Solo, Sukoharjo (tepatnya Kartasura), Boyolali, Salatiga, Ungaran (Kabupaten Semarang), Semarang, Kendal, Batang, Kab. Pekalongan, Kota Pekalongan, Pemalang, Kabupaten Tegal, Kota Tegal, Brebes, Cirebon (sepertinya tidak lewat kota, karena kami langsung masuk tol), Indramayu, Kab. Subang (juga tidak lewat kotanya), Karawang (wilayahnya saja, tidak lewat kota), Bekasi, Jakarta (Timur, Utara, Pusat), Purwakarta, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kota Banjar, Cilacap, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Kulonprogo, Sleman, Kota Yogyakarta, dan Klaten! Benar-benar 35 Kabupaten dan Kota!

Karena kami harus membawa 3 pasukan krucil, yakni Anis (9 tahun), Rama (7 tahun) dan Ipan (3 tahun), persiapan pun kami lakukan beberapa hari sebelumnya. Mulai dari memesan hotel secara online lewat sebuah website, mengurus izin sekolah, mengecek mobil, menyiapkan bekal, hingga mengisi beberapa gadget dengan game edukatif atau film-film yang disukai anak-anak.

Nah, hal yang terpenting lagi adalah mencari relawan orang dewasa yang mau diajak ekspedisi. Tampaknya akan sangat repot jika saya harus meng-handle sendiri anak-anak di jarak sejauh itu, sementara suami tentu lebih berkonsentrasi menyopir. Alhamdulillah, Prita, admin di Indiva, bersedia cuti Jumat dan Senin untuk menemani ekspedisi ini.

Oke, semua siap?! Jalan!
Kamis, 21 Agustus 2014, usai shalat maghrib, mobil Shevrolet Spin LT warna silver yang dikendarai suami saya pun meluncur, menuju ke utara! 
Ekspedisi dimulai. Kekhawatiran saya kian mengentak-entak. 

BERSAMBUNG


Posting Komentar untuk "Ekspedisi 35 Kabupaten/Kota: Dari Monas Hingga Jalur Deandles (Bag. 1)"