Rahasia Jodoh dan 5 Prinsip Saya Tentang Pernikahan

Foto: cover buku terbitan Indiva Media Kreasi

Makhluk yang pertama kali Dicipta Allah adalah al-qalam. Dengan al-qalam, Allah menuliskan takdir manusia dalam Lauhil Mahfuzh, induk segala kitab. Salah satu yang tertulis di sana, adalah jodoh. Jadi, jodoh adalah sebuah ketetapan dari Allah Azza wa Jalla. Ia akan datang, meskipun saat ini barangkali kita belum siap, atau tak juga datang meskipun kita merasa sangat siap. Seorang guru saya pernah mengatakan, pernikahan itu ibarat kematian, kita tak bisa memprediksi, hanya bisa mempersiapkan.

Jadi, sikap terbaik menghadapi hal yang satu ini adalah TAWAKAL. Tetapi, jangan abaikan ikhtiar. Ikhtiar sangat perlu, hanya saja, Allah memiliki sifat Qudrat dan Iradat yang perlu kita hadapi dengan kepasrahan.

Ada beberapa pandangan saya mengenai pernikahan, semoga bisa menjadi bahan diskusi.

Pertama, pernikahan adalah bentuk ibadah, jadi jangan pernah ada kata ITSAR dalam pernikahan.  Itsar adalah sikap mendahulukan saudara yang lain. Misal, ah, biar dia dulu yang nikah, saya nanti saja, saya itsar saja! Hei, jika ada seorang meminang, dan secara agama dia baik, kemudian kita merasa mantap, mengapa kita menolaknya? Menikah ini bukan semacam status sosial alias keren-kerenan, lho ya....

Kedua, sebagai sebuah ibadah, bisa diterima atau tidak, tergantung NIAT dan cara pelaksanaannya. Maka, nikah bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Ia bahkan awal dari sebuah perjalanan yang melelahkan. Niat bisa berubah di tengah-tengah proses, bahkan menjelang akhir proses, kematian. Maka, mari kita selalu meng-up-grade niat, dan memperbaiki cara kita berinteraksi dengan pasangan kita, meski usia pernikahan sudah tak terbilang muda. Lima tahun, sepuluh tahun, tiga puluh tahun?

Ketiga, nikah adalah separuh dien alias agama. Jika baik, ia adalah separuh jalan menuju surga. Tetapi jika buruk, maka… ia adalah separuh jalan menuju neraka. Na’udzubillahi min dzaalik. Jadi, jangan main-main dengan pernikahan ya, karena itu berarti kamu bermain-main dengan separuh agama.

Keempat, nikah bukanlah sebuah pesta pora. Bukanlah prestasi. Bukanlah sebuah kemenangan. Bukanlah sesuatu yang harus dipamerkan. Jadi, jagalah sikap kita. Seringkali para pasangan muda terlalu over memamerkan kemesraannya di hadapan orang-orang yang masih lajang. Biasa aja...

Kelima, ketika kita menikah, amanah kita bertambah. Ketika punya anak, semakin bertambah lagi. Maka, hisab kita di akhirat kelak, akan semakin panjang. “Bagaimana kau bersikap terhadap pasanganmu, anak-anakmu, mertuamu, adik-kakak iparmu, dst…”

Jadi, wahai para lajang, yang telah ingin menikah namun karena takdir Allah, pasangan belum datang, sesungguhnya beban antum wa antunna kelak di akhirat, jauuuuuh lebih ringan daripada para ibu, para bapak, yang kerepotan dengan anak-anak mereka. Bukankah Surga itu jauh lebih indah daripada apapun? Bukankah surga, dan ridha-Nya, adalah tujuan utama setiap manusia? Sedangkan menikah, berkeluarga, hanyalah sarana. Ketika Allah menakdirkan kita untuk tetap lajang, sesungguhnya jika kita ridho, maka kita Allah telah memberikan beban yang lebih ringan untuk menuju surga.

Akan tetapi, menikah tetaplah harus diusahakan. Ikhtiar harus dioptimalkan. Maka para ikhwan, mari berusaha lebih kuat dalam mencari ma’isyah. Ayo bekerja lebih keras lagi dalam meng-up grade diri. Jangan bermalas-malasan. Lihatlah deretan para akhwat yang tengah menanti… kasihan sekali mereka karena antum seringkali terlalu banyak pertimbangan. Ayo bina para lelaki yang lain, agar mereka bisa seshaleh antum, karena bagaimanapun juga, populasi lelaki shaleh saat ini begitu sedikit dibanding perempuan shalihah. Dan para perempuan shalihah, ayo perkuat diri kita. Bersiaplah menjadi Ummu Sulaim-Ummu Sulaim baru, yang mampu menghijrahkan Abu Thalhah dan menjadikan keislaman Abu Thalhah sebagai mahar pernikahan mereka.

Dan wahai para murabbi dan murabbiyyah… marilah kita berpikir lebih keras… lebih keras dan lebih keras lagi… agar kita mampu mengikhtiarkan perjodohan saudara-saudari kita, dengan proses yang indah dan bersih.

Wallahu a’lam bish-shawab.
Al Faqir ilallah
AFRA

9 komentar untuk "Rahasia Jodoh dan 5 Prinsip Saya Tentang Pernikahan"

Comment Author Avatar
Hm. . . . .menikah akhir2 ini sepertinya sering sekali dibhas,atau krna an sndri y? Hehe,thx mb tulisan2nya,
Comment Author Avatar
Pertama kali saya mbaca buku bertema pernikahan ya bukunya Mbak Afra yang judulnya Nikah itu Tidak Mudah (klu ga salah sih, agak lupa gt). Eh .. bukunya Mbak bikin saya sukses untuk takut menikah tanpa persiapan yg matang. Selanjutnya.. kayaknya malah jadi beraliran "abai menikah". Karena ngerasa masih muda nikahnya ntar2 aja, Eh.. Alhamdulillah.. ketemu tulisan ini. Moga jadi akhwat moderat, syukran Mbak
Comment Author Avatar
Antara sikap nekad dan sikap takut... memang Islam selalu menyuruh kita moderat.
Comment Author Avatar
Hm... Menikah, menikah muda itu impianku. :)
Syukran mbak tulisannya.
Comment Author Avatar
Menikah muda, tetapi dengan persiapan yang memadai, yaa?
Comment Author Avatar
cepat atau lambat tapi pasti, menyegerakan lebih baik :)
Comment Author Avatar
puasa dulu ah, hehehe
Comment Author Avatar
dan pas buka baca doa, semoga segera :-)
Comment Author Avatar
like this, Bunda..
# nasihat yg menyentuh

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!