Jalan Sunyi Para Pejuang
Afifah Afra
Tiba-tiba, aku menyadari bahwa jalan para pejuang, adalah jalan sunyi
Tiba-tiba, aku menyadari bahwa jalan para pejuang, adalah jalan sunyi
Jalan yang dihindari sekian banyak insan
Karena, jalan itu tak hanya terjal mendaki, tetapi juga penuh duri
Ah, bahkan juga racun dan mata pedang yang akan rancahkan tubuh ini
Jalan itu, sungguh jalan penuh ujian
Tiba-tiba, aku menyadari, bahwa jalan para pejuang, adalah jalan sunyi
Karena, sepanjang jalan, kita hanya dituntut memberi, memberi dan
memberi
Entah kapan kita akan menerima
Karena, sepanjang langkah, kita hanya dituntut untuk berkorban,
berkorban dan berkorban
Entah kapan sampai kapan kita sempat mengempuskan napas kelegaan
Pun di jalan itu, setapak yang kita tegak, yang ada hanya lelah, lelah
dan lelah
Ya, tiba-tiba aku menyadari, bahwa jalan para pejuang itu, memang jalan sunyi
Sangat sepi, senyap, ngelangut, tanpa gebyar
Kian ke atas, jalan itu kian sepi penggemar
Kian terjal, bahkan tubuh pun harus kian tunduk merangkak
Pantas saja, jarang sekali sekalian insan memilih jalan itu
Ya, tiba-tiba aku menyadari, bahwa jalan para pejuang itu, sungguh
sangat sunyi
Namun, entah mengapa, para insan mulia, lebih memilih jalan ini
Apakah yang mereka cari?
Apakah yang membuat mereka tetap tegak di tengah badai?
Apakah yang membuat mereka tegar meski badan tercabik nyeri?
Apakah yang membuat mereka terus bertahan, meski luka-luka senantiasa
mendera?
Bahkan, jiwa pun ada kalanya terengut oleh pedang-pedang para tirani
Ya Rasulullah, aku ingin bertanya kepadamu
Mengapa kau memilih jalan sunyi itu, sementara kehidupan penuh
kemapanan menantimu?
Mengapa engkau memilih matahari di letakkan di tangan kananmu, dan
bulan diletakkan di tangan kirimu, sehingga engkau pun memikul beban yang
sedemikian beratnya?
Mengapa engkau memilih kehidupan penuh ranjau kesulitan dalam boikot
kaum kuffar di Syi’b Bani Hasyim selama bertahun-tahun
Sementara kehidupan penuh kemewahan menggapai-gapai di belakangmu?
Mengapa engkau membiarkan tubuhmu nan mulia ditimpuki batu-batu para
budak Bani Thaif?
Apakah ada keindahan pada jalan sunyi, itu, Ya Rasulullah …
Katakan padaku, ya Rasul, katakan….
Wahai Abu Bakar, aku ingin bertanya kepadamu …
Mengapa engkau berikan kakimu sebagai penutup lubang di goa itu
Saat engkau membersamai Sang Pamungkas Anbiya …
Sedangkan kau tahu, lobang itu adalah sarang dari ular berbisa
Mengapa kau bersedia korbankan dirimu, membiarkan racun itu memasuki
aliran darahmu?
Jalan seperti apa yang hendak kau pilih, wahai Ash-Shidiq?
Wahai Umar bin Abdul Aziz, aku pun ingin bertanya kepadamu ….
Mengapa kau biarkan hidupmu berbalut kemiskinan
Meskipun engkau adalah seorang penguasa, yang sebelumnya bergelimang
harta
Mengapa kau pilih serahkan jiwa, raga dan kekayaanmu untuk rakyatmu?
Mengapa kau biarkan malam-malammu kusam dan dingin
Tanpa gebyar kemewahan, yang selayaknya kau dapatkan?
Oh, sekarang aku mengerti …
Jalan para pejuang, memang jalan nan penuh luka
Tetapi, luka-luka itu ternyata syair indah penyandi cinta
Dari Sang Maha Pecinta
Yang selimuti jiwa, mendekap erat, dan getarkan kehangatan
Jalan para pejuang, memang jalan yang penuh derita
Tetapi, kegetiran itu, ternyata nyanyian merdu pematik bahagia
Atas kelembutan Rahman dan Rahim-Nya
Kenikmatan itu, menguar dari seluruh penjuru mata angin
Keindahan itu, memasuki setiap sel-sel dalam dalam raga manusia
Membuncahkan debar-debar nan memesona
Merencahkan jiwa pada titik klimaks kejelitaan
Dan, jalan penuh duri itu, ternyata akan mengantar kita
Kepada keindahan memandang wajah-Nya
Kepada keluasan rahmat dan hidayah-Nya
Kepada kenikmatan tiada tara di Surga-Nya
Oh, jika begitu adanya, biarlah aku merapal kata-kata indah darimu, para
Mujahid
Seandainya ada seribu jiwa yang menempuh jalan sunyi ini, semoga aku
termasuk di dalamnya
Seandainya ada seratus jiwa yang rela menapaki jalan sunyi ini, semoga
aku termasuk di dalamnya
Seandainya ada sepuluh jiwa yang tertatih menekuri jalan sunyi ini,
semoga aku pun ada di dalamnya
Pun, jika hanya ada satu jiwa yang ridha menjadikan jalan sunyi ini
sebagai alur kehidupannya ….
Semoga ia adalah aku …
Surakarta 18032013
Hamba Allah nan fakir ...
Afifah Afra
10 komentar untuk "Jalan Sunyi Para Pejuang"
#Note to Myself
Tetapi riuh rendah diamini malaikat
Dan Tertatap indah Oleh Sang Maha Melihat
Jadi, mengapa harus ragu?
Puisi yang indah
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!