Widget HTML #1

Keajaiban "Connect" Untuk Bisnis Kita


Barangkali, ada di antara kita yang merasa gerah ketika melihat seseorang sering posting di media sosial, dengan tema sekadar haha hehe. Kurang kerjaan amat, tiap saat update status media sosial. Mungkin begitu komentar kita.

Bisa jadi, Anda tidak salah. Sebab, memang banyak orang yang bingung mau mengerjakan apa, sehingga terus menerus aktif di media sosial. Sementara, di sisi lain, ada orang yang sangat sibuk, sehingga melirik media sosial saja tidak sempat.

Tetapi, tunggu! Ternyata ada juga orang dengan omzet bisnis milyaran, yang memang ingin lebih "gaul" dan connect atau terhubung dengan lebih banyak orang. Keterhubungan itu bisa berarti langsung terhubung dengan calon pelanggan potensial, terhubung dengan para pendengung bisnis yang memiliki pengaruh untuk bisa meng-influence bisnis kita, atau sekadar meningkatkan engagement, bahkan juga persoanal branding.

Para pekerja dengan pola kerja konvensional yang berdasi, datang ke kantor jam 8 hingga 16, lalu serius menekuni pekerjaannya mungkin heran dengan pola baru dunia bisnis ini. Barangkali, ada sekitar 50 hingga 75% atau bahkan lebih orang dengan pola kerja semacam ini, yang kemudian menjadi orang yang terheran-heran melihat "ulah" para selebgram, selebtwit atau selebfacebook yang seperti "tidak punya kerjaan."

Baiklah, saya mencoba sedikit memaparkan teori, yang barangkali sudah sering Anda dengar, tetapi belum tentu dipahami, boro-boro dipraktikkan.

Menurut Pakar Marketing, Hermawan Kartajaya, dunia bisnis telah berubah! Berubahnya sungguh sangat drastis, sehingga bukan sekadar berubah, tapi tercerabut dari akarnya, atau orang menyebutnya: disrupsi. Maka, jika kita mau mencebur ke dunia bisnis, kita harus mau beradaptasi dengan perubahan ini. Di mana letak perubahannya?

Jika dulu pola hubungan hanya 3C alias Company, Customer, Competitor, sekarang tambah satu C lagi: Change. Dan CHANGE yang paling mendasar adalah dimensi SOCIO-CULTURE. Dan terkait itu, ada 3 pergeseran utama yang harus diperankan semua pebisnis:

1. From Vertikal to Horizontal--> company jangan merasa paling tinggi dari siapapun, termasuk customer. di era Legacy Marketing, bisa jadi Company mendikte, sekarang, customer yang mendikte company. Pemilik bisnis, meskipun Sultan atau Crazy Rich sekalipun, jangan merasa menjadi penguasa yang bisa membeli apapun dengan uangnya. 

2. From Exclusive to Inclusive --> jangan sok eksklusif, karena eksklusivitas menjauhkan kita dari customer. Jangan merasa sebagai makhluk elit, meskipun perusahaan Anda barangkali merupakan perusahaan dengan kinerja terbaik atau berani membayar gaji paling tinggi sedunia.

3. From Individual to Social--> tren saat ini, manusia menemukan cara untuk mendekat pada fitrohnya sebagai mahkluk sosial. Dulu ada istilah "mangan ora mangan asal kumpul",  artinya, makan atau tidak makan, yang penting berkumpul. Sekarang ini, kredo itu mungkin telah berubah "mangan ora mangan asal connect."

Nah, terkait "CONNECT" ini pun, Hermawan Kertajaya pun memberikan 3 level:

TERENDAH: Mobile Connect--> Pada level ini, penting untuk dicatat: Anda dan bisnis Anda harus bisa diakses. Jadi, bisnis Anda sudah saatnya punya website dan akun media sosial yang tergarap dengan baik. Punya karyawan yang digaji khusus untuk ini. Tetapi, tantangan selanjutnya adalah: "are you well connected?" Yang penting bukan kita punya sejuta Followers, atau sejuta Likers. Tapi, apakah kita bisa dihubungi dengan jutaan follower atau liker tersebut? Memiliki 10 ribu followers tetapi aktif dan memiliki engagement tinggi, jauh lebih baik daripada memiliki 100 ribu followers tetapi ternyata sepi. Mungkin karena dengan cara membeli followers atau menggunakan akun-akun palsu untuk menambah followers.

MENENGAH: Experiental Connect --> Ini adalah level setelah kita mampu diakses publik dengan mudah. Setelah "Are you well connected", tantangan selanjutnya adalah "how deep is your connection?" Ada perusahaan yang memiliki 2 juta follower, sehingga terlihat begitu elit, tetapi ternyata mereka tetap tetap mereply mention-mention followernya dengan "rendah hati".

TERTINGGI: Social Connect --> ketika kita telah benar-benar menyatu di hati customer. Ini adalah level ketika Anda aktif mencipta conversation di berbagai kalangan baik customer, potensial customer, maupun non customer. Biarkan mereka berkata baik atau buruh tentang brand kita, sehingga akhirnya terbentuk social connect. Inilah ultimate goal dari segala connection yang kita perjuangkan.

Meski "connect" ini ditujukan untuk bisnis, dalam skala yang lebih sederhana, ini bisa diterapkan juga pada para penulis, pekerja mandiri (self employee), para wirausaha, pejabat publik dll. 

Tapi, connect itu melelahkan? Anda orang introvert yang membutuhkan energi lebih untuk bisa connect? Jangankan social connect dan deep connection, muncul di ruang publik pun sudah sangat melelahkan. Kalau memang begini tipe Anda, ya sepertinya harus memilih jalan mencari rezeki dengan cara lain.

Tetapi, selagi Anda ingin membangun sebuah bisnis yang terkoneksi dengan para pelanggan, calon pelanggan, bahkan para pendengung bisnis, mau tidak mau Anda harus mulai membuka diri. Ayo, bangun koneksi yang baik dengan lebih banyak orang.

Menariknya, dalam era saling terkoneksi ini, "Semakin Anda menjadi horizontal, inklusif dan terhubung secara sosial, maka Anda justru akan mendapatkan otoritas vertikal, citra eksklusif, dan kekuatan individual."

Setuju?

Posting Komentar untuk "Keajaiban "Connect" Untuk Bisnis Kita"