Meresapi 5 Hikmah Idul Adha
Sejarah selalu memberikan kita banyak pelajaran. Berbagai peristiwa penuh makna, merupakan "pesan masa lalu" yang bisa kita ambil hikmahnya. Karena itu, para sejarawan mengatakan bahwa sebenarnya sejarah adalah 'dialog' antara generasi. Inilah pentingnya kita memahami sejarah, termasuk sejarah Idul Adha. Bagi Umat Islam di seluruh penjuru dunia, Idul Adha, atau juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu hari besar yang di dalamnya kaya dengan makna. Bersamaan dengan Idul Adha, di Tanah Suci Mekah juga berlangsung prosesi agung ibadah Haji. Jutaan kaum Muslimin berkumpul di sana untuk melakukan rangkaian ibadah haji. Baik Idul Adha maupun Ibadah Haji, sangat erat dengan kisah Nabi Ibrahim dan keluarganya.
Siapa yang belum mengenal indahnya kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS, ketaatan Nabi Ismail AS, dan kehebatan Hajar sebagai seorang Muslimah yang kuat dan tegar? Keshalihan dan keimanan merupakan sebab keutamaan mereka. Selain kisah para manusia pilihan tersebut, ada juga sejumlah momen dalam peristiwa tersebut yang merefleksikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan kemanusiaan.
Ada banyak hikmat bertabur dari Idul Adha. Mari kita bahas lima saja.
Indahnya Pengorbanan
Berkoban itu sekilas rugi, karena kita merasakan kehilangan atas apa yang kita miliki. Namun, sejatinya mengeluarkan harta untuk sesuatu yang kita cintai adalah titik terindah dari cinta itu sendiri. Betapa selama ini kita terjebak pada cinta yang semu, selalu berharap diberi dan diberi, sehingga akhirnya kita gagal mendapatkan makna cinta. Idul Adha mengajarkan bahwa pengorbanan adalah bagian penting dari keimanan, dan keimanan tentu harus disertai dengan cinta yang sejati. Nabi Ibrahim rela mengorbankan hal yang paling dicintainya demi ketaatan dan cinta yang lebih tinggi: Allah Azza wa Jalla. Jika kita Dalam kehidupan sehari-hari, ini mengingatkan kita untuk mampu melepaskan ego, harta, waktu, atau kenyamanan demi sesuatu yang lebih besar, baik untuk keluarga, masyarakat, maupun agama.
Menumbuhkan Ketaatan kepada Allah
Tujuan manusia diciptakan adalah beribadah kepada Allah SWT. Untuk itu, Allah menurunkan syariat berupa perintah-perintah dan larangan-larangan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tugas manusia adalah mentaati syariat itu sebagai bentuk ritual ibadah kepada Allah SWT. Tentu bukan tanpa balasan. Sebab, amal sebesar atom saja akan mendapatkan balasan.
Berkurban adalah simbol dari ketaatan total kepada perintah Tuhan. Untuk para Nabi, perintah berkurban ini sangat berat dan sekilas tampak tidak masuk akal secara logika manusia. Bagaimana mungkin mengorbankan anak sendiri untuk taat kepada-Nya? Namun, kehendak Allah SWT tentu tak akan ada yang bisa menentang. Hanya saja, saat menetapkan perintah, tentu segala sesuatu telah diukur. Berbeda dengan Nabi Ibrahim, kurban kita hanyalah binatang yang memenuhi syarat, dan itu pun hanya yang mampu saja. Idul Adha mengajak kita untuk memperkuat iman dan selalu berusaha menjalankan perintah-Nya dengan tulus dan ikhlas, tanpa syarat.
Meningkatkan Kepedulian Sosial
Pada kenyataannya, meski telah membawa Nabi Ismail untuk disembelih, ternyata Allah hanya sedang menguji saja. Malaikat datang dan menyuruh Nabi Ibrahim untuk mengganti Nabi Ismail dengan kambing. Itulah asal muasal dari turunnya perintah berkurban. Berbeda dengan kurban pada agama atau kepercayaan animisme di mana daging kurban biasanya dipersembahkan untuk sesembahannya, pada Islam, daging kurban bisa sepertiga untuk dimakan sendiri, sepertiga untuk karib kerabat, dan sepertiga untuk fakir miskin.
Jadi, salah satu inti dari kurban adalah berbagi kepada sesama, khususnya kepada mereka yang kurang mampu. Melalui pembagian daging kurban, Idul Adha menjadi ajang mempererat silaturahmi, menumbuhkan empati, dan menciptakan keadilan sosial dalam masyarakat.
Mengikis Sifat Tamak dan Individualis
Rezeki yang berlimpah seringkali justru membuat orang menjadi tamak. Betapa banyak orang yang ketika memiliki banyak harta, lalu sangat sibuk menghitung-hitung hartanya, mengecek rekeningnya, dan sangat enggan untuk mengurangi tumpukan hartanya demi berbagai. Padahal, membagi sebagian kecil harta tak akan membuatnya jatuh miskin. Dengan menyembelih hewan kurban dan membaginya, umat Islam diajak untuk tidak terikat secara berlebihan pada harta dunia. Idul Adha mengajarkan bahwa segala yang kita miliki hanyalah titipan dan harus dimanfaatkan untuk kebaikan bersama, bukan hanya untuk kepentingan pribadi.
Refleksi Ketundukan Hamba kepada Takdir
Idul Adha adalah momentum spiritual yang mengingatkan manusia akan posisi mereka sebagai hamba. Namanya hamba, tentu harus menerima apa saja ketentuan Rabb-nya. Seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang berserah diri sepenuhnya, kita pun diajak untuk rendah hati, menerima takdir, dan bersyukur atas segala nikmat dan ujian hidup.
Semoga kita semua bisa menjalani proses ibadah Idul Adha dengan sepenuh ketenangan jiwa. Selamat Hari Raya Idul Adha.
Posting Komentar untuk "Meresapi 5 Hikmah Idul Adha "
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!