Istrimu yang Mulai Menua, Mungkin Sebab Dari Suksesmu



Pada suatu pagi, saya bertemu dengan seorang kenalan. Tadinya kami hanya sekadar bertanya kabar. Tiba-tiba, dia menceritakan tentang kondisi sepasang suami istri yang sama-sama kami kenal, yang baru saja bercerai. Sebut saja teman saya itu bernama X, dan suami istri yang bercerai itu bernama Pak Y dan Bu Z. "Bisnis Pak Y sekarang sepi, mbak," katanya X. "Jarang dapat order." Khawatir menjadi gosip, saya cepat-cepat memutus pembicaraan.

Namun, setelah itu saya termenung. Bukan sekali dua kali saya mendengar kabar tentang suami dengan tipe macam Pak Y ini. Pak Y tentu bukan orang kaya sejak dari kecil. Dia membangun bisnis dari kecil, pelan-pelan. Lalu, bisnis itu berkembang, sehingga akhirnya dia pun meraih kemakmuran. Namun, tampaknya ujian hidupnya menjadi lebih sulit dalam kondisi kaya. Ketika bertemu perempuan lain, dia selingkuh lalu menceraikan istrinya.  Namun, setelah berpisah dengan perempuan yang bertahun-tahun mendampinginya, kemudian rezekinya menjadi surut. Entah karena kemudian pola hidupnya menjadi lebih boros, atau memang berkah hidupnya dicabut oleh Sang Pencipta.

Ada banyak orang macam Pak Y di dunia ini. Mereka berjuang bersama sang istri dari nol, lalu pelan-pelan sukses. Tapi kemudian bertemu WIL, lalu terjadilah affair. Si istri yang mulai terlihat menua, tidak menarik, dan mungkin jauh dari standard seorang perempuan yang layak diajak tampil di publik, kemudian ditendang dari kehidupannya dengan berbagai alasan.

Dia tak pintar melayani.
Dia tak pandai berdandan.
Dia kurang update urusan bisnis.
Dia tidak cepat memahami perkembangan yang terjadi di dunia luar.
Dia jelek dan bau.

Mendadak, yang dahulu begitu biasa dan dia terima apa adanya, sekarang menjadi terlihat sangat buruk. Kekurangan-kekurangan yang dulu dimaafkan, sekarang dikorek-korek. Segala alasan dicari-cari untuk membenarkan perilaku buruknya.

Ada tipe suami yang tidak menceraikan, namun bersikap zalim kepada istrinya. Karena melihat istri sudah tidak menarik, dia pun menikah lagi, namun sayangnya tidak bisa bersikap adil. Istri pertama hanya diberi nafkah seadanya, sementara istri yang lebih muda diberikan fasilitas berlimpah ruah. Maasya Allah.

Ada juga yang tidak menceraikan dan tidak juga menikah dengan perempuan lain, namun memperlakukan istri tidak manusiawi. Mendiamkan, meninggalkan berhari-hari untuk menekuni aktivitas hobi, mengurung dalam rumah, bahkan ada juga yang melakukan kekerasan dalam rumah tangga.

Saya sedang tidak bercerita pengalaman fiksi. Hal-hal tersebut benar-benar terjadi di alam nyata. 
Ironisnya, seperti yang saya sampaikan di atas, seakan sebuah balasan, ternyata usai melakukan kezaliman terhadap istrinya itu, sang suami kemudian ditempa berbagai macam problem, baik dalam bisnis maupun kehidupan pribadinya. 

Apakah itu karma? Islam memang tidak mengenal istilah karma. Namun, balasan memang kadang disegerakan. Apalagi jika pelaku dari kezaliman tersebut adalah "orang yang diharapkan segera bertaubat dan kembali ke jalan yang benar." Kenapa saya bold kalimat tersebut? Karena dalam memahami ajaran agama, kita mengenal apa yang disebut dengan istidraj. Terma ini bermakna kenikmatan yang terus menerus diberikan Allah SWT kepada seseorang yang bermaksiat, sebagai sebuah pembiaran seseorang untuk melakukan kesesatan.

Na'udzubillah!

Seseorang memberikan masukan kepada saya: tolong, pandang dari dua sisi, jangan berat sebelah. Saya tentu sepakat, bahwa it takes two to Tango. Gampangnya, segala sesuatu yang terjadi, pasti ada andil dari dua belah pihak. Namun, dalam masalah kezaliman, kita melihat mana yang kuat dan mana yang lemah. Orang yang kuat akan cenderung melakukan agresi terhadap pihak yang lemah. Para feminis menyebut itu relasi kuasa. Meski saya banyak tidak setuju dengan ide-ide feminisme, tetapi memang relasi kuasa itu fakta. Orang yang punya kekuasaan, yang secara hirarkis lebih tinggi, akan cenderung melakukan penindasan kepada yang lemah. 

Maka, dalam Islam, orang-orang yang memiliki kemampuan lebih dan kemudian menjadi pemimpin, diwajibkan untuk bersikap adil, dan sebaliknya, dilarang untuk bersikap zalim. Zalim adalah lawan dari adil. “Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa...” (QS. Al-Ma’idah: 8),

Dalam keluarga, seorang suami adalah kepala keluarga. Dia adalah pemimpin, dan dalam Islam, seorang pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak. 

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya...” HR. Bukhari & Muslim).

Alhamdulillah, saya diberikan oleh Allah SWT pasangan yang sejauh ini sangat baik terhadap saya dan keluarga. Beliau tentu bukan figur sempurna, dan pasti ada juga kesalahan-kesalahan yang diperbuatnya, sebagaimana saya juga jauh dari sempurna dan memiliki banyak kesalahan terhadap suami saya. 

Namun, saya tahu, ada yang sedang diuji Allah SWT dengan hal-hal yang mungkin saya pun tidak akan mampu menanggungnya. Dan saya selalu memohon pertolongan kepada Allah agar tidak memberikan beban yang tak mampu kami pikul.

Untuk itu, perkenankan dalam tulisan ini saya memohon, khususnya kepada para suami yang sedang mengalami salah arah. Kembalilah ke jalan yang benar! Wahai para suami, bisa jadi di balik kesuksesanmu ada peran istri yang terus menerus mendoakan kesuksesanmu, terus mendukungmu, baik dalam bicara maupun diamnya. 

Jangan sia-siakan mereka. Apalagi jika kemudian bertemu perempuan baru yang menurutmu lebih menawan hatimu. Cinta itu bukan cuma perkara fisik. Tetapi banyak hal yang jauh lebih penting dan substansial daripada keindahan kulit semata. 

Istrimu boleh jadi semakin tua, semakin tak menarik, tapi mungkin semakin dekat dengan Sang Pencipta. Takutlah jika namamu diadukan kepadaNya dalam shalat malamnya, dalam doanya, dalam tangisnya.

Rezeki itu bukan hanya karena sepintar apa kamu mengatur strategi, tetapi selebar apa Rabb Yang Maha Tinggi membukakan pintu untuk kesuksesanmu. Begitu dianggap-Nya kamu tak layak, mudah saja Allah Yang Maha Kuasa menutup pintu rezekimu, sehebat apapun kemampuanmu memutar roda bisnismu.

Wallahu a'lam bishawab.

Posting Komentar untuk "Istrimu yang Mulai Menua, Mungkin Sebab Dari Suksesmu"

banner