Widget HTML #1

Lima Penyebab Utama Terjadinya Perceraian

Tema yang saya angkat kali ini mungkin agak bikin kening berkerut, ya… kok tentang perceraian lagi, sih. Hobi sekali mengangkat tema-tema seperti itu? Mbok ya sebaliknya aja, tema-tema tentang membina keharmonisan dalam rumah tangga gitu! Tenang, tenang! Setelah mulai mendirikan Sayap Sakinah Center, lalu menulis buku Sayap-Sayap Sakinah dan Sayap-Sayap Mawaddah, saya sepertinya jadi ingin lebih fokus nyemplung ke dunia seputar kerumahtanggaan. Tentu, tak hanya tema-tema semacam ini, yang positif-positif pun insyaAllah akan saya bahas juga di lain kesempatan.

Perceraian, sejatinya suatu hal yang ditakutkan. Nyaris tak ada pasangan yang menikah dengan tujuan bercerai, bukan? Semua inggin menggapai keluarga yang hamornis. Sakinah, mawaddah, warahmah. 
[Detilnya, coba baca Menikah Bukan Untuk Bercerai dan Cinta Saja Tak Cukup]. Tetapi, ranjau-ranjau yang bertebaran di sekitar kita begitu banyaknya. Mengenali satu demi satu ranjau sangat penting, agar kita bisa mewaspadainya.

Masalah Komunikasi
Beberapa pakar pernikahan menyebutkan bahwa masalah komunikasi dalam sebuah pernikahan ternyata merupakan suatu hal yang tak bisa disepelekan. Kadang, pencetusnya bahkan suatu hal yang sepele. Misal, contoh kasus berikut ini. Anita tak suka masak, padahal suaminya, Dani sangat hobi makan. Mau bilang ke istrinya untuk belajar masak, Dani merasa sungkan. Lama-lama, Dani eneg melihat istrinya terus saja membuang-buang uang dengan beli makanan di restoran. Rasa eneg itu merembet kemana-kemana, terakumulasi dari yang kecil menjadi besar. Lalu, jadilah bom waktu yang meledak suatu saat.

Saran saya, cobalah bersikap terbuka dan asertif terhadap pasangan kita. {Baca: Asertif, Yuk!]. Ingat, kita hidup bersama dengan suami/istri, nyaris tanpa sekat. Tanpa adanya keselarasan, betapa hidup ini menjadi sangat sulit. Berlatihkan mengkomunikasikan segala sesuatu dengan santun, baik dan efektif. Belajarlah untuk saling mendengar; tak saling menyalahkan; tidak suka mengungkit-ungkit kelemahan, kesalahan, apalagi masa lalu (misal tentang mantan); dan sediakan waktu khusus untuk saling curhat, berbagi rasa, ngobrol dan sebagainya.

Masalah Keuangan 
Masalah keuangan, alias masalah ekonomi, juga masalah serius banget, lho! Dalam kehidupan rumah tangga, khususnya dalam perspektif Islam, lelaki adalah tulang punggung, alias yang bertanggung jawab dalam masalah nafkah. Maka, pastikan bahwa seorang lelaki memiliki sumber nafkah. Niatkan kerja keras mencari nafkah sebagai sebuah ibadah. 

Rasulullah SAW bersabda, “Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar.” (HR. Muslim no. 995).

Saya pernah mendapatkan curhat dari para istri yang melihat bahwa suaminya kurang gigih dalam mencari nafkah, sementara tuntutan ekonomi semakin hari semakin tinggi. Ketika akhirnya sang istri ikut membantu mencari nafkah, dan ternyata mencukupi, sang suami justru semakin santai. Ini  membuat sang istri merasa geregetan. Akhirnya, konflik pun berujung pada perceraian.

Soal utang-piutang, juga tak kurang-kurang menjadi problem serius yang mengandaskan bahtera rumah tangga. Ada suami terbelit utang milyaran karena kesalahan langkah dan prosedur dalam berbisnis, ada yang sebaliknya, karena istri sangat konsumtif, akhirnya dia utang kesana kemari. Ketika pasangan tak lagi menoleransi, talak tiga pun beraksi.

Suami yang gigih mencari nafkah, istri yang men-support serta merasa qana’ah (merasa cukup dengan yang ada) serta pintar memenej keuangan, dan perencanaan keuangan yang baik, akan sangat membantu terciptanya stabilitas keluarga yang baik. 

Perbedaan Karakter
Ingat lagu populer dari Yana Yulio tahun 1990-an? “Bukankah cinta datang, untuk menyatukan, dua hati yang berbeda. Dan tiada memaksakan, satu keinginan, atas keinginan yang lain….”

Syair ini dahsyat, lho! Karena pada kenyataannya, perbedaan karakter juga bisa menjadi ranjau yang sangat berbahaya. Mari kita mencoba mengenali pasangan kita, baik positif maupun negatifnya. S.etelah itu, pahami. Tak ada orang sempurna di dunia ini. Mencoba menerima dia apa adanya, bersikap legawa, tidak perfeksionis dalam hal-hal tertentu, akan membuat kita mampu menjalani kehidupan dengan lebih tenang

Seks dan Cinta
Ini juga sangat pentiiiing! Dalam banyak bahasan, seks dan cinta itu mungkin sebangun. Tetapi, kalau dari teori Hirarki Kebutuhan Maslow, seks itu kebutuhan fisiologi—ada di urutan pertama, sama dengan makan, minum, bernapas. Sementara cinta, adalah kebutuhan sosial, ada di urutan ketiga. Kalau para ulama membedakan menjadi mawaddah dan rahmah. Mawaddah cenderung pada kecintaan secara fisik (mengarah pada syahwat, seks), sementara rahmah adalah cinta dalam bentuk perasaan kasih sayang. Jangan abaikan kedua hal ini. Tanpa rahmah dan mawaddah, rumah tangga jelas akan menjadi tipe "empty love" alias hambar. Untuk lebih detilnya, saya anjurkan Sobat sekalian membaca buku yang saya tulis bersama Riawani Elyta: Sayap-Sayap Sakinah dan Sayap-Sayap Mawaddah.

Orang Ketiga/ Selingkuh
Masalah PIL dan WIL sebenarnya terkait dengan banyak hal. Bisa jadi karena kebosanan dengan pasangan yang syah, menemukan karakter yang (seolah-olah) lebih pas, cinta lama bersemi kembali, dan sebagainya. Baca: Ingin Ngomong Sayang, Wedi Karo Bojomu dan Jatuh Cinta Pada Orang yang Tak Tepat.

Karakter manusia ketika sedang jatuh cinta (apalagi jatuh cinta tipe passionate—yang meledak-ledak, penuh dengan gairah/birahi), mirip dengan air bah yang sulit dibendung. Karena itu, daripada sulit mencegah aliran banjir bandang, sebaiknya tutuplah peluang-peluang terjadinya selingkuh. Ingatlah dengan komitmen yang terucap saat akad nikah [Baca: Jangan Sepelekan Akad Nikah]. Ingatlah dengan perjanjian agung, alias mitsaqon gholidzo yang telah terlantunkan. Malulah kepada wali istrimu, para saksi, dan tentu saja, Allah SWT, karena dengan selingkuh, berarti kita telah melanggar sumpah setia itu. (@afifahafra79).


2 komentar untuk "Lima Penyebab Utama Terjadinya Perceraian"

Comment Author Avatar
Mari senantiasa berdoa agar keutuhan rumah tangga selalu terjaga... :-(
Comment Author Avatar
Ya, semua tak akan terjadi tanpa kehendak-Nya.
Maka, sebaik-baik pertolongan adalah pertolongan-Nya. Amiin.

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!