Widget HTML #1

Memberi ASI Eksklusif Sambil Terus Bekerja, Why Not?


Pagi ini, dinding akun sebuah media sosial saya di-tag sebuah gambar yang cukup menarik oleh sahabat saya, Dini Rosa yang juga aktivis dari AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia). Gambar semi infografis tentang pentingnya memberikan ASI kepada anak-anak kita, tanpa harus meninggalkan pekerjaan kita. Menyusui dan bekerja, sama-sama ibadah, begitu tulisan yang terdapat di sana. Keduanya bisa dijalani dengan sukses, tanpa harus saling mengorbankan.

Informasi tersebut menarik, dan mampu memotivasi para ibu bekerja. Menjadi ibu rumah tangga murni, yang bisa 100% mengurusi anak, pasti impian kebanyakan perempuan. Tetapi realitanya, bagaimanapun, bagi sebagian perempuan, tak mudah jika tiba-tiba harus berubah status dengan keluar dari pekerjaan untuk mengurusi anak-anaknya. Terlebih, banyak orang yang bekerja bukan sekadar mengejar penghasilan, tetapi lebih kepada wujud aktualisasi diri agar bisa lebih bermanfaat untuk sesama. Banyak jenis-jenis pekerjaan yang memang lebih tepat dilakoni para perempuan ketimbang lelaki, misal guru TK, bidan, dokter kandungan, dan sebagainya.

Problemnya, bagaimana mungkin seorang ibu pekerja bisa memberikan ASI kepada anaknya, khususnya pada 6 bulan pertama usia anak? Yup, WHO memang memberi anjuran kepada ibu-ibu seluruh dunia untuk memberi ASI eksklusif selama 6 bulan bagi bayinya. ASI eksklusif berarti tanpa tambahan makanan/minuman apapun, termasuk air putih. Sebab, ASI adalah satu-satunya asupan nutrisi yang cocok dan terbaik untuk anak, tak bisa tergantikan oleh apapun, termasuk susu bubuk semahal apapun. Setelah usia 6 bulan terlewati, bayi bisa mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI), namun ASI tetap diberikan hingga 2 tahun.


Anak-Anak ASI: cerdas, sehat, ekspresif, kreatif!

Tampaknya, dengan beban pekerjaan tertentu, sulit bagi ibu pekerja untuk bisa ‘idealis’. Betulkah begitu? Ternyata tidak. Banyak kawan-kawan saya para pekerja yang ternyata berhasil memberikan ASI eksklusif tanpa harus keluar dari pekerjaannya. Saya sendiri juga seorang ibu pekerja yang harus ke kantor tiap hari. Alhamdulillah, ketiga anak saya semua mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan, dan diteruskan hingga 2 tahun dengan makanan tambahan pendamping ASI lainnya. Kok bisa begitu?

Kuncinya, mari kita dalami “ilmu tentang ASI” secara lebih mendalam. Ketidaktahuan, seringkali menjadi penghalang. Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pegangan bagi para ibu bekerja yang ingin sukses memberikan ASI eksklusif pada anak.

1.      ASI tak harus diberikan secara langsung, tetapi bisa menggunakan gelas, bisa disendokkan ke mulut si kecil saat ibu tidak berada di rumah (usahakan jangan menggunakan dot). Untuk itu, ibu harus belajar memerah ASI sendiri dan membuat Bank ASI di kulkas/freezer. Memerah ASI juga bisa dilakukan di kantor, di sela-sela waktu bekerja. Simpan ASI di kulkas kantor, dan bawa termos es untuk membawa ASI pulang kantor. Kabarnya, di kota-kota besar sekarang ada jasa kurir antarjemput ASI bagi para ibu pekerja dari kantor ke rumah masing-masing.

2.      Sekali minum, rata-rata bayi membutuhkan sekitar 100 ml (kira-kira setengah cangkir). Jadi, sebaiknya ASI disimpan dalam wadah-wadah yang ukurannya kurang lebih 100 ml. Beri label pada wadah tersebut, kapan Anda memerah ASI tersebut. Tujuannya, agar ASI yang lebih dahulu diperahlah yang lebih dahulu dikonsumsi.

3.      ASI yang telah disimpan dan hendak diminumkan, jangan dipanaskan atau dimasak, karena akan merusak zat-zat yang dikandungnya. Tapi juga jangan diminumkan dalam keadaan masih dingin, kasihan si bebi, masak sudah diberi “es susu”, hehe. Keluarkan wadah berisi ASI yang hendak diminumkan, biarkan sejenak agar suhunya menghangat. Jika ada sisa, jangan disimpan lagi, tapi dibuang. Karena itu, biar tidak ada ASI mubazir, pastikan wadah-wadah penyimpanan ASI di Bank ASI memiliki kapasitas sekali minum saja.

4.      Berapa lama daya tahan ASI dalam penyimpanan?  Menurut IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) jika disimpan pada suhu 19-25 °C, ASI bisa bertahan selama 4-8 jam. Bila ASI disimpan di dalam lemari es pada suhu 0-4 °C akan tahan selama 1-2 hari. Sedangkan penyimpanan di dalam lemari pembeku (freezer) di dalam lemari es 1 pintu ASI tahan selama 2 bulan, sedangkan dalam freezer di lemari es 2 pintu (pintu freezer terpisah) tahan selama 3-4 bulan. Tempat menyimpan ASI sebaiknya dari plastik polietylen, atau gelas kaca[1]. Kalau sulit mencari, saat ini banyak toko-toko online yang menjual peralatan yang dibutuhkan. Searching aja di internet.

5.      Ibu bekerja yang masih memberi ASI harus sangat menjaga asupan, kesehatan fisik dan mental. Penyebab kegagalan memberi ASI, selain asupan gizi yang buruk dan kelelahan, juga stress dari si ibu. Oleh karena itu, memerah ASI harus dilakukan dengan santai, jangan tegang. Uniknya, semakin banyak ASI kita keluarkan, baik secara langsung maupun diperah, produksi ASI akan semakin banyak, jadi jangan khawatir bakal kehabisan ASI.

6.      Untuk mengganti proses ‘bonding’, pada malam hari, atau saat libur, intinya saat kita bertemu si bebi, usahakan kita benar-benar full memberi ASI secara langsung.

7.      Jangan lupa, faktor keberhasilan memberi ASI eksklusif juga ditentukan dari support keluarga kita. Support pertama adalah dari suami kita. Alhamdulillah, suami saya sangat pengertian dan care dengan saya, sehingga saat saya sedang menjalankan program tersebut, beliau banyak membantu pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.  Support kedua, dari khadimat/pembantu kita. Tak semua khadimat mengerti pentingnya ASI, sehingga kita harus benar-benar “cerewet” dalam mengajarinya, mulai dari aspek kebersihan, kedisiplinan hingga ketepatan dalam memberikan ASI. Ingat, selama kita bekerja di kantor, merekalah pelaksana dari misi mulia ini.

Alhamdulillah, dengan cara seperti itu, saya bisa memberikan ASI eksklusif serta program ASI + MPASI sampai anak berusia 2 tahun. Anak-anak pun tumbuh sehat, cerdas dan kuat. Memang, bayi-bayi ASI biasanya tidak segendut bayi susu formula. Akan tetapi, menurut para dokter anak, gendut sebenarnya bukan jaminan seorang bayi benar-benar sehat.

Memang, tampaknya ribet. Dan memang diperlukan kesungguhan luar biasa. Apa yang saya lakukan, masih terbilang biasa. Ada seseorang yang karena suatu hal, ternyata mendapatkan jadwal berhaji ketika masih harus memberikan ASI. Akhirnya, setiap hari dia memerah ASI dan “menabungnya” dalam freezer. Alhamdulillah, dia bisa berhaji dengan meninggalkan Bank ASI yang cukup untuk puteranya. Meski ditinggal sebulan lebih, si anak tetap mendapatkan ASI.

Dicoba yuk! Kata guru saya, di mana ada niat, di situ ada kiat. Yang penting niat dulu, lalu jalani, nanti kalau ada problem, pasti ada solusi. Buat yang masih lajang, sejak sekarang, niatkan untuk misi mulia ini. Cari info sebanyak-banyaknya tentang ASI. Tak terkecuali para lelaki, berilah dukungan penuh kepada istri Anda kelak. Jadilah "BAPAK ASI" yang keren, agar anak-anak Anda kelak benar-benar menjadi generasi yang unggul dunia akhirat.



[1] http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/asi-eksklusif-pada-ibu-yang-bekerja.html

6 komentar untuk "Memberi ASI Eksklusif Sambil Terus Bekerja, Why Not?"

Comment Author Avatar
Beul mba, bisa kok meski kerja tetap memberi ASI. Kakak saya kerja senin-sabtu pagi sampai sore, tetep ngasih ASI ke anaknya sampai 2 tahun, yang enam bulan benar2 eksklusif tanpa sufor. Bahkan ASI perahnya kebanyakan sampe kebuang. Setelah enam bulan ngasih makanan bayi homemade sampai setahun. Waw aku aja sampe takjub :D
Comment Author Avatar
Iya... kalau mau diniati, mau serius bisa banget. Persiapan harus jauh-jauh hari, bahkan sebelum merencanakan untuk hamil.
Comment Author Avatar
Sayangnya, dua adik iparku sama2 gagal kasih asi karena ga ada support dari sekitarnya.
Comment Author Avatar
Iya, hampir mustahil memberi ASI eksklusif itu sukses, apalagi pada ibu pekerja, jika tak ada support yang kuat, terutama dari suami dan keluarga.
Comment Author Avatar
Iya mbk, alhamdulillah juga pas kerja lalu aku berhasil ngasih ASIP, berkat dukungan orang sekitarku
Comment Author Avatar
Ya, memang tanpa dukungan, nyaris mustahil. Barakallah ya ...

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!