Widget HTML #1

Tips Menulis Gaya Afifah Afra #7


Akrab Dengan Bahasa
Menulis adalah salah satu bentuk kecerdasan linguistik (meskipun ada juga ulasan yang menguraikan bahwa menulis ternyata melibatkan semua tipe kecerdasan yang dimiliki oleh manusia). Sangat aneh jika para penulis tidak akrab dengan bahasa. Menurut Gorys Keraf, “Semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya.”
Dan dengan keluasan kosakata yang dimiliki itu pula, seseorang bisa dengan lancar berkomunikasi. Padahal kita sama-sama mahfum, banyak hal-hal besar yang hanya bisa terwujud dengan komunikasi. Banyak kasus yang menunjukkan bahwa kekacauan seseorang atau suatu kaum, terjadi karena kegagalan atau kesalahan dalam berkomunikasi. Anda tahu betapa dahsyatnya efek dari bom atom yang dijatuhkan di kota Hiroshima dan Nagasaki tahun 1945? Ratusan ribu jiwa meninggal, selebihnya terluka, cacat—sebagian bersifat menurun karena efek radiasi dari bom atom tersebut, sementara kerugian harta tak terhitung jumlahnya. Namun apakah anda tahu bahwa musibah besar itu kemungkinan terjadi karena kesalahan berkomunikasi?
Sebelum menjatuhkan bom atom, sesungguhnya USA telah mengultimatum pihak Jepang. Saat itu Jepang memberi sebuah jawaban: “Mokusatsu.” Nah, kata itu diterjemahkan oleh tentara Amerika Serikat pimpinan Jendral MacArthur sebagai: “Jangan memberi komentar sampai keputusan diambil” yang kemudian dicari padanan kalimatnya sebagai “no comment!” Tentara Amerika Serikat menilai hal tersebut sebagai bentuk pengabaian. Bom atom pun akhirnya dijatuhkan. Padahal arti kata “mokusatsu” sendiri adalah “Kami akan menaati ultimatum Tuan tanpa komentar.”
Oleh karenanya, paling tidak seorang penulis harus rajin membuka-buka kamus dan senantiasa mengikuti perkembangan bahasa. Jika kita kebetulan mengambil segmen remaja, sangat baik jika kita tahu bahasa-bahasa gaul alias prokem yang perkembangannya seringkali begitu cepat itu.
Sebagai tuntutan setting bagi penulis fiksi, terutama yang mengambil warna lokal kental, kepahaman akan bahasa lokal juga menjadi kewajiban. Meskipun tidak harus bisa berbahasa lokal dengan baik dan benar, paling tidak seorang penulis tahu sedikit-sedikit, sepatah dua patah kalimat. Mengoleksi berbagai jenis kamus bahasa daerah atau asing, sering menjadi pilihan beberapa penulis yang saya kenal.


Posting Komentar untuk "Tips Menulis Gaya Afifah Afra #7"