Siapa Berani Pacaran???
Tetapi, meskipun hasilnya porak poranda, pernikahan dini yang disebabkan karena “accident” tersebut, ternyata ‘selangkah lebih maju’ dibandingkan dengan solusi mengerikan yang lebih banyak ditempuh oleh remaja yang hamil di luar nikah, yakni aborsi.
Menurut WHO, di Asia Tenggara setiap tahunnya ada 4,2 juta bayi yang digugurkan, 1,5 juta diantaranya terjadi di Indonesia. Sedangkan menurut data dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), tahun 1999-2000 diperkirakan dua juta orang telah melakukan aborsi, 750.000 di antaranya dilakukan oleh wanita yang belum menikah.[1] Na’udzubillahi min dzalik.
Yang jelas, tampaknya permasalah hamil di luar nikah akibat pergaulan yang kebablasan—yang kemudian ditempuh solusi dengan aborsi, sudah menggejala di mana-mana.
Seorang tetangga kampung kami menggugurkan kandungannya melalui praktek ilegal seorang dokter pada usia yang sangat belia, 16 tahun. Sementara di sekolah saya dulu pernah terjadi, anak kelas 1 SMP setiap beberapa menit izin ke kamar kecil. Sang guru pun jadi curiga. Usut punya usut, remaja yang masih pantas disebut sebagai bocah ingusan itu ternyata sedang emesis (muntah-muntah), karena hamil 3 bulan.
Seorang teman kami juga pernah bercerita, bahwa ia memiliki teman sekelas yang pernah aborsi 4 kali, pertama dengan cara memukul-mukul perutnya, kedua dan ketiga memakai obat-obatan keras, baru pada kehamilan keempat, ia menggugurkan kandungannya dengan pertolongan dokter (praktek ilegal tentunya). Ironisnya, keempat aborsi tersebut dilakukan pada saat ia duduk di bangku SMP dan SMU, dengan orang (pasangan) yang sama pula.
Pembaca mungkin juga memiliki cerita-cerita tentang hal tersebut, bahkan mungkin lebih mengerikan.
Apapun dampak dari hal tersebut, yang jelas banyak remaja yang masa depannya menjadi hancur karena permasalahan itu. Seperti seorang kakak kelas yang terpaksa harus drop out dari sekolah dan menjadi kondektur di sebuah bus pedesaan untuk menghidupi anak-istrinya, padahal ia memiliki kemampuan akademis yang bagus, selain bakat tulis menulis yang cukup menonjol.
Nah, permasalahan semacam itu menjadi sangat menggejala terkait dengan tren remaja saat ini, yaitu pacaran. Pacaran mungkin sudah ada sejak zaman bauhela, namun semakin hari, pacaran semakin menaikkan tingkat keberanian para pasangan-pasangan dalam berinteraksi. Mulai dari necking, petting hingga konseptus alias hubungan seks pranikah, telah menjadi hal yang sangat biasa terjadi di kalangan remaja saat ini.
5 komentar untuk "Siapa Berani Pacaran???"
@ DOdy: Siiip, ayo disebarkan! Tapi jangan lupa, sebutkan sumbernya ya?!
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!