Pesona Wisata Gunung Slamet (2)

Nah, kalau mau meneruskan petualangan, kita bisa melanjutkan perjalanan ke barat. Ke perkebunan strawberry, di desa Kutabawa, hanya sekitar 5 KM dari Gua Lawa. Kalau mau jalan kaki juga oke banget, karena pemandangan di kanan kiri jalan begitu memanjakan mata. Tapi, karena jalannya supermenanjak, bagi yang nggak biasa, bisa kehabisan napas. Enaknya sih naik mobil. Kalau nggak ada mobil pribadi, bisa naik angkudes atau mobil pick-up yang membawa sayur mayur. Coba, rasakan dahsyatnya naik mobil terbuka… lebih dahsyat lagi kalau di pick-up ada seekor dua ekor kambing, “Mbeeek…”



Di sentra perkebunaan strawberry, kita bebas memetik strawberry yang manis-lezat-agak masam langsung dari pohonnya dan menyantapnya. “Nggak perlu dicuci, karena sudah steril,” celetuk salah seorang guide. Oleh Mas Ahmad, suami saya yang berprofesi dokter, guide tersebut didebat, “Nggak mungkin steril, Mas… wong lokasinya terbuka gini. Maksudnya mungkin sudah bersih…” Si guide nyengir. Tapi ia mangut-mangut melihat suami saya memasukkan sebuah strawberry segar ke mulutnya, dan mengunyahnya.
“Enak!” ujar Mas Ahmad. “Beda dengan strawberry biasanya.”
“Rasanya memang khas, Pak,” kata si guide. “Kalau dicuci pakai air, malah rasanya jadi berubah.”
Eh, berapa sih, biaya untuk berpesiar di kebun strawberry? Cukup murah. Hanya dengan Rp 7.500, kamu bisa berpesiar ke kebun strawberry. Dipandu oleh guide yang menerangkan detil-detil bertani strawberry, dan boleh makan strawberry sepuasnya. Namun, minimal harus ada 12 orang buat berpesiar, lho… jadi, datang ke lokasi ini enaknya memang berombongan.
O, ya… lokasi perkebunan ini juga indah banget. Langsung di lereng Gunung Slamet. Hawanya sangat sejuk, kalau malam hiii… menggigil deh.  Saking sejuknya, pipi orang-orang yang menetap di sana rata-rata putih kemerahan. Hehe, kayak Khumaira ya?

Owabong
Dari lokasi kebun strawberry, ada 3 pilihan yang sama-sama memberatkan, karena menjanjikan 3 keasyikan yang yang setaraf. Pertama, naik terus, sampai pos pendakian Gunung Slamet. Ini nggak cocok buat ‘emak-emak’ kayak saya yang memang tak ada persiapan mendaki gunung. Kedua, melewati jalan yang menurun trus belok kanan, ini menuju wanawisata Gunung Slamet, menyusuri jalan berkelak-kelok sekitar 12 KM yang berujung di objek wisata Batu Raden. Tetapi, karena judul dari artikel ini adalah pesona Purbalingga, padahal Batu Raden termasuk dalam Kabupaten Banyumas, saya pun tak memilih jalan ini. (Nggak papa fanatik dikit sama Purbalingga, siapa tahu ada pejabat Purbalingga yang membaca tulisan saya, trus saya diangkat jadi duta wisata hehe).
Nah, saya pun memilih untuk lurus, menuju Owabong. Ini objek wisata paling fenomenal di Purbalingga dan sedang menjadi primadona orang-orang yang tinggal di Purbalingga dan sekitarnya. Dulunya, objek wisata ini bernama Pemandian Bojongsari. Sekarang kolam tersebut dibikin waterboom yang canggih, dengan pasokan air jernih yang melimpah dan masih sangat bersih.
Inilah mungkin keunggulan owabong dibanding waterboom-waterboom lainnya. Berada di lereng gunung Slamet yang sejuk dengan lokasi yang sangat luas, dan aneka jenis atraksi air yang tak membosankan. Termasuk kolam dengan air mengalir yang dibuat persis seperti sungai. Hanya dengan mengapungkan tubuh, kita akan terbawa aliran air yang sangat sejuk dan jernih. Pokoknya, pas banget buat menghilangkan stress dan penat.
Sejak pertama ‘mencicipi’ suami dan anak-anak langsung kesengsem. Saya nggak mau kalah. Dengan baju lengkap, kerudung, gamis yang agak tebal, dan kaos kaki, ikut nyebur juga ke kolam. Alhamdulillah, banyak pula muslimah sejenis saya yang ikut berkecimpung, main dengan anak-anak. Saking menariknya, para pengunjung rela merogoh tiket Rp 20.000 (hari Sabtu dan Minggu) untuk bisa menikmati asyiknya berkecimpung di wisata air ini. Mahal? Dibanding waterboom lainnya, termasuk murah banget.
O, ya… bagi kamu yang senang balapan, di Owabong juga ada sirkuit gokart lho. Kali aja ada yang pengin niru jejak Ananda Mikola, hehe… Kalau ‘emak-emak’ seperti saya sih, sudah bukan masanya.

Film 4D
Pengin nonton teknologi 4D? Nggak usah jauh-jauh, di Owabong ternyata ada lho. Bioskopnya berjejer dengan lokasi flying fox, yang belum sempat saya coba, selain ngeri juga waktu yang mepet. Dengan tiket Rp 15.000, selama 15 menit kami disuguhi tayangan yang dahsyaaat banget. Kami kudu memakai kaca mata khusus untuk merasa seperti tengah berada di ruang angkasa.
“Aaaa!” anak saya berteriak ketika sebuah pesawat luar angkasa seperti muncul dari layar dan mendekati kami. Lalu, gelembung-gelembung muncul dari berbagai sisi ruang. Disambut anak-anak dengan kegirangan. Sebuah tayangan yang sangat memanjakan fantasi kami. Nggak rugi membayar Rp 15.000 untuk 15 menit! Coba kalau film Ayat-Ayat Cinta atau Ketika Cinta Bertasbih dibuat dengan teknologi 4D. Pasti puaaaaz!

Pancuran Mas
Masih ada beberapa alternatif melanjutkan pelancongan. Yang terdekat dengan lokasi Owabong adalah Taman Reptil. Tetapi, objek Wisata Pancuran Mas Purbasari lebih menarik minat kami. Konon, inilah akuarium air tawar terbesar di negeri ini. Jadi, kalau di Jakarta ada Sea World, maka Pancuran Mas layak disebut sebagai River World.
Dan, ternyata memang betul. Di Pancuran Mas, saya bisa menyaksikan ratusan jenis ikan yang langka, mulai dari ikan-ikan hias sebesar jempol hingga ikan raksasa yang panjangnya sampai 2-3 meter seperti Arapaima gigas. Keanekaragaman berbagai jenis species ikan ini membuat saya yang pernah jadi mahasiswa biologi terpana. Tata nama species yang tepat dengan berbagai petunjuk ilmiah, membuat akuarium raksasa ini tak sekadar objek wisata, tetapi juga laboratorium ikan air tawar raksasa.
Konon, di lokasi Pancuran Mas juga ada taman unggas. Namun, karena hujan turun dengan begitu deras, akhirnya kami memutuskan untuk pulang.

Purbalingga, Kami Akan Kembali!
Masih banyaaak lokasi yang sangat menarik untuk dikunjungi. Namun, waktu sangat terbatas. Kami harus kembali ke Solo, beraktivitas, termasuk menyelesaikan majalah kita tercinta ini. Iya dong, kalau keasyikan di Purbalingga, nanti majalah nggak terbit-terbit, siapa yang sedih coba?
Purbalingga, kapan-kapan inyong arep balik maning maring kana!

Pesona Wisata Gunung Slamet (1)
Pesona Wisata Gunung Slamet (2)

Posting Komentar untuk "Pesona Wisata Gunung Slamet (2)"