Marathon Kehidupan

Hidup itu seperti marathon. Ya, marathon. Karena, jika diibaratkan sprint, napas kita tak akan kuat. Jiwa kita tak akan mampu untuk terus menerus berlari mengejar tujuan. Manusia dilahirkan bukan sebagai robot yang terus bekerja tanpa beristirahat. Bahkan mobil secanggih apapun, jika terus berjalan tanpa henti, mesinnya akan mudah rusak.

Sprint hanya dibutuhkan untuk medan yang pendek, sedangkan kehidupan itu sendiri, sungguh panjang. Meski kita tak akan mampu menerka kapan kita dipanggil menghadap-Nya, secara kasar kita bisa menghitung rerata hidup manusia. Rasulullah wafat usia 63 tahun! Jika dijadikan patokan, bisalah kita mengatakan, bahwa usia manusia itu ya rata-rata sekitar itu. 

60 tahun!
Panjangkah usia itu? Relatif. Jika dilihat dari usia bumi yang sudah milyaran atau trilyunan tahun, pastilah seperti serpihan debu di Padang Sahara. Tetapi, jika dilihat dari siklus hidup seekor nyamuk yang hanya beberapa hari, enam puluh tahun itu sungguh lama! Kita moderat saja, memandang dari sudut pandang seorang manusia. Setuju!

60 tahun!
Itu waktu yang relatif lama. Sebuah perjalanan yang panjang akan kita lewati. Jika diibaratkan lintasan lomba, tentunya ia lebih mirip lomba lari marathon. Bagaimanakah trik seorang atlet marathon untuk berhasil memenangkan pertandingan?

Pertama, ia haruslah mengerti, kemana ia akan berlari. Lucu sekali jika seorang atlet marathon tak memahami di mana akhir lintasannya. Pandangan yang jauh ke depan, ke titik finish, akan membuat kita hidup dengan terarah, tidak berbelok kesana kemari, yang tentunya akan menghabiskan sekian banyak waktu kita secara percuma.

Kedua, harus senantiasa berlari, dengan tenaga yang terukur. Tak terlampau cepat sehingga tenaga akan terkuras habis, tetapi juga tak terlalu lambat sehingga ia akan tersalip para pesaing. Begitu pula hidup. Jika kita terlalu berlebih-lebihan dalam segala sesuatu, bisa dipastikan kita akan terkapar kehabisan tenaga. Lakukan sesuatu dengan takaran yang pasti. Presisi. 

Ketiga, lakukan apa yang harus kita lakukan secara rutin untuk mencapai tujuan. Seorang pelari maraton sudah tahu pasti, bahwa yang harus ia lakukan adalah lari, lari dan lari. Tak perlu ia membuat gerakan aneh, seperti salto, atau senam di tengah-tengah medan. Selain akan boros waktu, juga boros tenaga. Betapa dalam kehidupan, kita juga sering sekali melakukan 'salto-salto' kehidupan yang membuang energi secara percuma.

Keempat, kalahkan rasa bosan. Melintasi medan sejauh 40-an KM tentu tak sekadar melelahkan, tetapi juga membosankan. Inilah titik kritis yang harus bisa dipatahkan oleh seorang pejuang. Seorang muslim diperintahkan untuk sabar dan istiqomah. Amalan yang disukai Allah pun adalah amalan yang rutin, meskipun sedikit. Maka, mari coba bertekun dalam proses. Apa yang kita lakukan, sedikit demi sedikit, lama-lama akan menjadi bukit. Dan, capaian prestasi, sungguh berawal dari rutinitas. Kata para pakar, prestasi adalah kebiasaan yang berjodoh dengan momentum. Kejuaraan, perlombaan, sayembara, adalah momentum itu. Sedangkan kebiasaan baik kita, adalah yang akan menjadikan kita penangkap momentum itu.

Jadi, mari kita menjadi seorang pelari maraton yang tangguh. Maraton kehidupan!



8 komentar untuk "Marathon Kehidupan"

Comment Author Avatar
suka dengan analoginya, konsistensi dan kesabaran
Comment Author Avatar
sebuah pekerjaan yang tidak mudah :-)
Comment Author Avatar
keren analoginya mantap punya
Comment Author Avatar
Terimakasih... hanya sekadar mengeja kehidupan dan menuangkan dalam bait tulisan...
Comment Author Avatar
amalan yg rutin walau sedikit, justru ini yg malah susah dikerjakan :)..

semoga kita bisa memulai amalan rutin tersebut :)
Comment Author Avatar
Kesabaran, ketekunan, ketelatenan... benar sekali
Comment Author Avatar
artikkel nya sangat bagus dan penuh dengan makna ,,,,

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!