Kesedihan Pagi
Ingin aku bertanya kepada jiwa manusia,
di mana kau simpan berlian bernama nurani?
di mana kau simpan berlian bernama nurani?
Apakah ia telah rencah tergerus sampah materi?
Apakah kelindan nikmat itu begitu memesona
Apakah ia telah jadi pelangi, yang penuhi seluruh petala langit,
Dan menjelmalah ia sihir yang sulit kau hindari?
Kupikir, fitnah duniawi adalah fitnah terbaheula yang pernah dikisahkan para tetua.
Ternyata yang baheula itu yang jadi jeratmu
Jadi, ternyata dalam resapi kenikmatan sajalah akal kita tembus jagad mutakhir.
Tetapi dalam nurani, kita masihlah mahluk purba
Otak ciptakan berbagai lesatan peradaban,
Tetapi itu tak buat kita lebih takut kepada Tuhan
Bahkan kian ponggah saja menantang zaman
Otak saja yang beradab, tapi jiwa justru kian biadab
Oh, kutitipkan kesedihanku padamu, awan.
Rintiklah engkau jadi gerimis, yang sejukkan jiwa-jiwa gersang ini
Oh, kutitipkan kesedihanku padamu, angin.
Bergeraklah engkau, dinginkan bara-bara yang membakar jiwa
Semoga kesedihan tak justru beranak-pinak saat di balutanmu, Awan ...
Sehingga kau malah turunkan badai yang rusak semesta
Semoga kesedihan tak justru berkembang-biak saat bersamamu, Angin ...
sehingga kau malah ciptakan taifun yang hancurkan segala
Surakarta, 16022013
1 komentar untuk "Kesedihan Pagi"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!