Aku, Kau dan Sintesa Jiwa - Sebuah Syair



Kian kusadari kekuranganmu
Kian berbuncah rasa syukurku
Karena apa yang jadi lemahmu
Ternyata justru titik lebihku
Sehingga aku nyaman merasuk ke jiwamu
Namaku bertengger indah di benakmu


Kian kusadari kelebihanmu
Kian melangit rasa syukurku
Karena apa yang jadi lebihmu
Ternyata justru titik kurangku
Sehingga engkau leluasa menyelusup ke jiwaku
Namamu bertengger indah di benakku


Inilah sintesa jiwa, Kekasihku
Ketidaksempurnaan tercampur
Dalam sebuah cawan bernama cinta
Kau dan aku melebur dalam gerusan kehidupan
Kesabaran yang akan jadi penentu
Apakah kesempurnaan kan hinggap di ujung waktu



Inilah sintesa jiwa, Kekasihku
Ketiadaan teraduk
Dalam sebuah gelas bernama rindu
Kau dan aku meleleh dalam adukan perjuangan
Konsistensi menjadi dewan juri
Apakah lelehan itu kan bersenyawa jadi jiwa nan perkasa



Ya, kekasihku
Sesuatu yang ada, tak semata-mata muncul dari yang tiada
Kau dan aku, sama-sama separuh ada
Janji suci, telah mendekatkan dan mengikatnya
Tinggal kini, dalam bingkas kehidupan yang akas
Mampukah kita tapaki senti demi senti
Hingga akhirnya kita menjemput purna
Dengan senyum terlukis di jiwa


*Kado Milad ke-36 suamiku tercinta (2 April 2013): Ahmad Supriyanto

Kredit foto: telegraph.co.uk

2 komentar untuk "Aku, Kau dan Sintesa Jiwa - Sebuah Syair"

Comment Author Avatar
Oh... so sweet banget Mbak. Met Milad buat suaminya yah Mbak, Barakallah ^_^
Comment Author Avatar
Makasih, Oci... sudah lewat 3 hari yang lalu :-D

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!