Begini Novel Yang Baik (Versi Saya)
Setiap orang pasti memiliki kecenderungan sendiri-sendiri dalam memilih novel yang dia pandang baik. Anda punya, saya juga punya. Soal selera mungkin sangat berpengaruh. Tetapi, tentu saja selera itu memiliki latar belakang tertentu. Orang yang lembut, berkarakter feminim, tak suka kekerasan dan menginginkan sebuah kehidupan yang damai, mungkin akan lebih menyenangi novel-novel yang seirama dengan kehidupannya. Sementara, orang yang senang berpetualang, kreatif, dan menyukai hal-hal yang bersifat baru, pasti akan memiliki selera yang juga berbeda.
Tetapi, di luar selera, pasti ada hal-hal yang menjadi parameter kebagusan sebuah novel. Berikut ini beberapa kriteria novel yang pasti akan saya lahap jika menemukannya :-)
1. Kaya kosa kata. Apa sarana yang paling utama untuk mengungkapkan jejalan imajinasi yang ada di otak kita? Kata, tentu saja. Karena itu, menurut Gorys Keraf, semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula gagasan/ide yang dikuasainya dan yang sanggup diungkapkannya. Novel-novel yang terbangun oleh kata-kata yang lazim digunakan, yang merupakan makna denotatif, tak menjanjikan pengalaman berimajinasi yang mendebarkan. Kata-kata yang bermakna konotatif, menggunakan metafor-metafor atau memanfaatkan gaya bahasa, akan membangun sebuah emosi tersendiri yang berbeda dengan kata yang biasa-biasa saja. Menurut Paulo Coelho, novelis favorit saya, kebanyakan manusia hanya menggunakan sekitar 3000 kata dalam sehari-hari, sementara ada sekitar 190 ribu kata dalam kamus. Jadi, mengapa kita hanya berkutat pada sesuatu yang itu-itu saja?
2. Detil. Menurut saya, fiksi sebenarnya merupakan seni meyakinkan. Meyakinkan pembaca bahwa sebuah imajinasi itu benar-benar ada. Agar karya kita meyakinkan, kedetilan diperlukan. Banyak tulisan yang berasal dari novelis yang hanya ‘memikirkan’ tetapi tidak ‘mengalami’ sendiri tulisannya.
3. Kaya Referensi. Pernahkah Anda mendengar perkataan bahwa 75% pekerjaan seorang penulis adalah menjadi pembaca? Bahkan ada penulis ternama yang mengatakan bahwa “Sebuah buku pada dasarnya hanya bercerita tentang buku sebelumnya.” Menurut Novakovich memberikan contoh Homer yang mengarang The Odyssey dan The Illiad yang berdasarkan laporan perang; Virgil yang menulis The Aeneid berdasarkan karya Homer; Dante menulis The Inferno yang diilhami dari The Aeneid dan seterusnya.
4. Orisinilitas. Meski begitu, ide-ide orisinil, yang berbeda dengan lainnya, akan menjadi poin lebih. Darimana orisinalitas didapat? Menurut saya dari ketajaman dan kedetilan kita dalam menggambarkan sebuah objek. Ketika kita melihat sesuatu dengan lebih seksama, teliti, jeli, kita akan melihat sesuatu yang tidak dilihat orang lain meskipun objek yang kita pandang mungkin sama. Bahkan jika objek itu dipandang banyak orang dalam waktu bersamaan. Itulah asal muasal orisinalitas. Itulah mengapa untuk sebuah ketelitian, banyak orang melakukan riset mendalam. Saat menulis Sweetness in the Belly misalnya, Camilla Gibbs sengaja tinggal di Ethiopia selama 2 tahun untuk melihat langsung kehidupan kaum sufi Harari di sana.
5. Keterlibatan. Saya melihat bahwa keterlibatan secara intens seorang penulis dengan objek yang ditulis, akan menghasilkan karya yang benar-benar ‘bernyawa.’ John Grisham menulis dengan hidup tentang seorang pengacara karena dia memang pengacara. Michael Crichton menulis novel-novel tentang biologi sel, karena dia ternyata seorang doktor di bidang tersebut.
6. Dokumentasi Sejarah. Nilai penting sebuah novel akan semakin terangkat ketika ternyata mampu memberikan informasi peristiwa yang terjadi pada suatu masa. Tetralogi Pulau Buru Pramudya Ananta Toer merupakan salah satu novel yang sukses mendokumentasikan peristiwa saat itu.
Itu novel yang bagus versi saya. Bagaimana dengan versi Anda?
Kaya diksi, pencerahan dan orisinal. Unik kata lainnya.
BalasHapusheheh pertamanya, gan. Dapat panci nggak mbak?
Panci gosong mau? ;p
Hapuskereeennn...makasih Mba, bisa buat modal nulis nihhh...
BalasHapusKalau dijadikan modal, nanti kalau dapat laba, saya minta bagi hasil ya? *matre amat* :-D
Hapussetuju semuanya :) kalo bisa plus menghibur, ada nilai positif, penuturannya lancar dan mudah dinikmati meski metaforanya selangit
BalasHapusItu sudah pasti :-)
HapusYa Allah, ini bermanfaat sangat mbaaak. Makasih banyaaak. Jadi tau kriteria pemenang lomba novel indiva nanti. #eh. Xixixi
BalasHapusHehe, masih ada 2 juri yang lain :-)
Hapusalhamdulillah dapet ilmu lagi.
BalasHapusMakasih ya, udah berkunjung :-)
HapusJadi dapet pengetahuan bermanfaat nih. Terima kasih Mb Afifah Afra. Selama ini saya kalau baca novel ya asal baca saja, tidak bisa menarik kesimpulan seperti ini hehehee...
BalasHapusmungkin sudah menikmati, tapi secara global... dan saya mencoba memerincinya :-)
HapusCatet ah,lagi terobsesi bikin novel. Makasih sharingnya mba Afifah :D
BalasHapusAyo, tulis segera novelnya
HapusNOTED :)
BalasHapusThanks :-D
HapusKalau saya suka yang penuh suspense mbak, jadi penasaran dan tak ingin berhenti membaca. Tentu juga mengantung hikmah. :).
BalasHapusMakasih sharingnya mbak.
Ditunggu yang kisah Madagaskar itu :-D
Hapusjfs, mba :)
BalasHapuscatatan penting ini X)
waiyaki
HapusInspiratif!
BalasHapusMakasih :-)
Hapusbaru gabung mba afrah . .
BalasHapusAku murid mba dr TOWR FLP SULSEL kemaren :D
dapat ilmu lg . .
Waaah, salam buat kupu-kupu di Bantimurung :-)
Hapuskeren mbak :). buku barunya (mei hwa) kapan terbit mbak? gak sabar pengin resensi. ^_^
BalasHapusInsya Allah pekan depan, semoga :-)
HapusAlhamdulillah jadi tambah wawasan lagi
BalasHapusMakasih mbk Afra ilmunya ;)
BalasHapus