Novel Mei Hwa: Pesan Untuk Para Penggagas Perubahan
Ahad malam barusan, saya, lewat akun twitter @afifahafra79 diajak bincang-bincang ‘livetweet’ di linimasa @penerbitindiva oleh admin akun tersebut. Poin-poin perbincangan itu
di-chirpstory oleh Admin Penerbit Indiva. Tetapi, rasanya kurang mantap membaca
dalam versi arsip per-140 karakter itu. Jadi, saya berupaya mengembangkan
perbincangan itu serta mengeditnya hingga terbaca lebih rapi. Inilah hasilnya. Selamat membaca!
Penerbit Indiva
Sekarang,
Mimin mau panggil Kak @afifahafra79 aja, buat bincang-bincang online seputar
novel #MeiHwa_SPZ. Apa sih, motivasi Kak
Afra menulis novel #MeiHwa_SPZ alias Mei
Hwa dan Sang Pelintas Zaman?
@afifahafra79
Motivasi
saya menulis novel #MeiHwa_SPZ ada dua, umum dan khusus. Motivasi umum, Mimin
kan tahu sendiri, saya gemar sejarah. Saya percaya, hidup sebenarnya hanya
pengulangan-pengulangan sejarah. Karena itu, belajar dari sejarah sangat
penting.
Tetapi,
pelajaran sejarah banyak yang tidak diminati siswa. Maka saya mencoba mengemas
sejarah lewat fiksi. Saya mencoba serius
di genre hisfic. Sudah ada 7 novel
saya yang bergenre history fiction.
#MeiHwa_SPZ salah satunya.
Nah,
kalau motivasi khusus saya menulis #MeiHwa_SPZ panjaaaang... baca aja di sini
ya? :-) http://www.afifahafra.net/2014/02/pengamen-jalanan-huru-hara-mei-98-dan.html
Penerbit Indiva
Jadi,
memang punya misi khusus membumikan sejarah, begitu Kak?
@afifahafra79
Betul
sekali. Jas Merah. Jangan pernah melupakan sejarah!
Penerbit Indiva
Ada
3 tokoh penting di #MeiHwa_SPZ yaitu Mei Hwa, Firdaus Yusuf dan Sekar Ayu.
Mengapa memilih tokoh2 tersebut?
@afifahafra79
Tokoh
atau karakter dalam fiksi itu penggerak cerita. Siapa tokoh yang kita pilih,
sangat berpengaruh terhadap liukan alur. Ada tiga tokoh terpenting yang
menggerakan alur di novel itu. Pertama, Mei Hwa seorang keturunan Tionghoa, yang
lahir dan besar dengan menutup diri dari pribumi.
Lalu
Mei Hwa bertemu dengan tokoh-tokoh mahasiswa, khususnya Firdaus yang diam-diam dia
cintai. Firdauslah yang membuka wawasannya tentang nasionalisme. Tapi, baru
saja tertarik dalam gerakan kemahasiswaan, serta mulai memahami pentingnya
integrasi, tiba-tiba pecah kerusuhan Mei 1998. Mei dan keluarganya menjadi korban
kerusuhan. Toko-toko ayahnya dibakar, dia diperkosa, ibunya bunuh diri. Kedua
kakaknya hilang entah kemana.
Firdaus,
sebagai salah satu tokoh mahasiswa, susah payah mencoba meyakinkan Mei bahwa
mahasiswa bukan pelaku kerusuhan. Tetapi, tentu sulit sekali menerima kenyataan
yang terjadi. Mei merasa menjadi tumbal perubahan. Dia pun sinting dan kabur
dari RSJ.
Saat
menggelandang, Mei bertemu nenek tua renta bernama Mbah Murong, seorang
pengamen jalanan, yang tak lain Sekar Ayu, sosok yang berkali-kali juga menjadi
tumbal perubahan.
Kisah
Sekar Ayu digambarkan secara flashback.
Bagaimana dia menjadi tumbal mulai dari 'perang kultur' kedua orangtuanya... Ayah saudagar, keturunan arab. Ibu ningrat,
Jawa tulen. Sekar Ayu kecil menjadi tumbal konflik sosial mulai dari rumah,
setelah kedua orangtuanya mencoba melakukan perubahan dengan menentang tradisi,
yakni nekad menikah, meski beda kultur.
Lalu,
beruntun Ayu selalu menjadi tumbal perubahan: Belanda ke Jepang, Jepang ke RI, pecahnya
G30SPKI, menjadi bagian dari Gerwani dan merasakan tahanan di kamp khusus tapol
wanita, tumbangnya orde lama, mulai bercokolnya ke orde baru, dan seterusnya.
Bahkan,
setelah tua renta tak berdaya, Ayu pun tetap menjadi tumbal ketidakadilan
sistem sosial. Dia menjadi jadi gelandangan, tuna wisma, hidup mengandalkan
uluran tangan para dermawan.
Sekar
Ayu kemudian bertemu dengan Mei Hwa yang juga jadi tumbal perubahan saat
kerusuhan Mei 98 yang mengalami sakit jiwa. Jadi, sebenarnya, dalam novel
#MeiHwa_SPZ ini saya sedang 'menantang' para agen perubahan, dalam hal ini mahasiswa
yang disimbolkan dalam sosok Firdaus. Bagamana
agen perubah itu harus peka terhadap pahit getir yang dirasa para tumbal
perubahan
Penerbit Indiva
Jawabannya
MANTAP! Jadi, itukah pesan moral Kak Afra? Menantang para mahasiswa untuk
berpikir lebih dalam tentang perubahan?
@afifahafra79
Jangan
salah, perubahan itu keniscayaan. Tak ada yang tak berubah selain kata PERUBAHAN
itu sendiri. Tapi... harus disadari, bahwa perubahan itu selalu memakan tumbal.
Tumbal itu seringkali sangat mahal. Maka, para agen perubahan harus sangat
bijak dan cerdas. Jangan sampai perubahan itu justru membawa kehancuran.
Sekarang, reformasi sudah dua windu, kritislah menilai sejauh mana cita-cita
reformasi yang digulirkan pada tahun 1998 sudah tercapai? Mahasiswa harus
menjaga cita-cita itu agar tidak melenceng.
Penerbit Indiva
Jadi,
target pembaca dari novel #MeiHwa_SPZ adalah mahasiswa?
@afifahafra79
Sasaran
saya adalah para agen perubah, tadi dikoreksi @senjakarta dengan director of change, bukan agen lagi.
Saya setuju :-)… director of change itu tentu saja bukan hanya mahasiswa. Tetapi, dia pastilah orang muda. Atau kalaupun sudah tua, dia bersemangat muda. Karena hanya orang-orang muda, atau bersemangat 'muda' saja yang berani membuat perubahan.
Perubahan itu penting. Tetapi, para
director of change itu harus menyadari, bahwa tumbal perubahan itu sangat
mahal. Jadi, mereka harus benar-benar kritis, berhitung dengan resiko-resiko.
Juga harus benar-benar mengawal agenda-agenda perubahan itu sampai tercapai
pada apa yang menjadi tujuan-tujuannya.
Director of change di sini,
tidak hanya pelaku reformasi 98, tetapi mulai dari para tokoh pergerakan
kemerdekaan. Karena, kisah ini dimulai dari tahun 1930-an, saat semangat
pergerakan nasional yang digawangi para pemuda dalam puncaknya. Jadi, saya berharap novel ini juga dibaca oleh angkatan 28, 45, 66, 98, dan seterusnya.
Jangan sampai perubahan itu justru akhirnya menciptakan manusia-manusia yang kehilangan kemanusiaan. Menciptakan profil-profil manusia separuh kayu, manusia separuh kapas, atau juga manusia separuh iblis.
Penerbit Indiva
Wah,
jawabannya bikin Mimin makin panas, nih. Kabarnya mau bikin acara
#2WinduReformasi ya, Kak?
Saya
InsyaAllah,
doakan lancar. Mau jadi sponsor? ;-)
Penerbit Indiva
Siap!
Nah, sudah jam 10 nih, Kak Afra ... makasih atas bincang-bincang serunya
tentang novel #MeiHwa_SPZ selamat beristirahat!
Posting Komentar untuk "Novel Mei Hwa: Pesan Untuk Para Penggagas Perubahan"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!