Widget HTML #1

Bahagia di Usia Senja, Bersama Al-Quran Terjemah Per Kata Syaamil Quran

Tiga tahun sudah, Bapak saya menutup usia dengan tenang. Kelegaan yang terpancar dari wajahnya saat beliau tiada, semoga merupakan salah satu tanda khusnul khatimah, amiin.

Masih teringat jelas, ketika suatu saat Bapak meminta agar diajari membaca Al-Quran. Ya, orang tua kami berasal dari keluarga yang awam dalam soal agama. Keluarga Bapak, bahkan banyak yang abangan. Mereka memang belum bisa mengaji Al-Quran secara baik bahkan hingga usia menjelang senja. 

Akan tetapi, hidayah selalu datang tanpa memandang usia. Melihat anak-anaknya satu per satu berjilbab, dan satu-satunya anak cowok--yakni adik saya persis mulai memelihara jenggot dan aktif di kajian-kajian, serta rajin memakmurkan masjid, termasuk mengurusi Taman Pendidikan Al-Quran di kampung, mereka pun tergerak hatinya.

Ibu belajar Al-Quran mulai usia 40-an tahun, dan Bapak malah usia 50-an. Alhamdulillah, dengan ketekunannya, Ibu sekarang sudah lancar membaca Al-Quran, dan sedang berusaha konsisten dengan satu hari satu juz. Sementara Bapak, hingga wafatnya, masih terbata-bata. Lidahnya yang 'Jawa' sangat sulit untuk mengucapkan huruf-huruf khas Arab seperti 'ain, 'ghain, qa, dan sebagainya. Akan tetapi, tekad beliau untuk belajar Al-Quran sangat kuat. Lebih dari sekadar baca, Bapak juga belajar makna dan kandungan Al-Quran secara lebih mendalam.

Sebelum itu, Bapak belajar terjemah Al-Quran dari Al-Quran terjemah biasa dengan posisi terjemah berjejeran dengan ayat Al-Quran. Bagi Bapak, hal itu akan menyulitkan. Apalagi, huruf-huruf di Al-Quran tersebut sangat kecil. 

Maka, ketika suatu hari saya menghadiahi Bapak dan Ibu hadiah berupa Al-Quran Terjemah Per Kata dari Syaamil Quran, mereka sangat tertarik. Ukurannya yang besar, 21 x 29,7 cm, kualitas cetakannya yang jelas, tentu sangat pas dengan usia mereka. Terjemah per kata, membuat mereka bisa sedikit-sedikit memahami arti dari Al-Quran. Dahulu, saya pernah membelikan mereka buku terjemah per kata dari penerbit lain, akan tetapi terjemah per kata dari Syaamil ini lebih praktis, karena hanya satu kitab, tidak berjilid-jilid. Saya melihat, baik Bapak maupun Ibu, secara bergiliran belajar Al-Quran dari Syaamil Quran Terjemah Per-Kata itu.

Sayang, saat itu Syaamil belum mengeluarkan Al-Quran Transliterasi latin sebagaimana Al-Quran Hijaz yang dikeluarkan Syaamil Quran saat ini. Padahal, saya masih teringat, ketika suatu hari Bapak berkata kepada saya, "Yen, tolong Bapak dicarikan Al-Quran yang memakai tulisan latin (maksudnya transliterasi--ed.), biar hapalan Bapak bisa lebih banyak."

Saat itu, saya mencari kemana-mana, tetapi saya belum menemukan produk yang dimaui Bapak. Akhirnya, sebagai jalan tengah, saya menuliskan ayat-ayat Al-Quran dari surat-surat pendek dan doa-doa dalam huruf latin, dan saya berikan ke Bapak untuk beliau hapalkan.

Jadi, dengan adanya Al-Quran Hijaz yang merupakan gabungan transliterasi latin, tajwid dan terjemah per kata dalam satu kitab, saya yakin banyak sekali generasi sepuh yang menyambut gembira. Sayang, Bapak saya telah tiada....

Wow, Al-Quran dengan E-Pen!

Rupanya, interaksi Ibu saya dengan Syaamil Quran terus bersambung. Rupanya, beliau juga mendapat informasi perkembangan produk itu dari orang lain. Masalahnya, jujur saja, saya termasuk tidak terlalu up date. Saya sendiri, sejak 5 tahun silam, masih setia dan merasa cukup tilawah menggunakan Al-Quran terjemah dari Syaamil Quranyang ukurannya A6 dan berkalep cokelat, serta terkadang bergantian dengan Al-Quran Terjemah warna biru Hardcover. Entah berapa kali saya khatam Quran menggunakan Al-Quran tersebut.

Namun, suatu hari, dengan bangga ibu saya memberi kabar, bahwa beliau sudah membeli satu set produk Syaamil Quran lengkap dengan E-Pen-nya. Wah, kalah deh, saya!




Posting Komentar untuk "Bahagia di Usia Senja, Bersama Al-Quran Terjemah Per Kata Syaamil Quran"