Zoom In dan Zoom Out Dalam Kehidupan, Apa Pentingnya?


Kadang (atau sering, masing-masing orang tentu berbeda-beda), kita mungkin pernah terjebak pada sebuah permasalahan sangat pelik. Sebuah kondisi yang membuat kita seperti berada dalam labirin, tak tahu jalan keluar. Atau, kita seakan sedang dikurung dalam sebuah lingkaran setan, sulit sekali mencari solusi. Bisa jadi, problematika yang sedang kita hadapi memang sangat berat, sehingga hanya orang bermental dan kemampuan super saja yang bisa melewatinya. Tetapi, terkadang, pencetus masalahnya sebenarnya "hanya" sepele. Berawal dari bagaimana kita memandang sesuatu!

Kok memandang? Iya, memandang, sebuah pandangan. Lalu, apa hubungan antara memandang dengan kompleksitas hidup? Ada, dong .... malah hubungannya seerat perangko dengan amplopnya, hehe.

Pernah melihat gambar di komputer? Biasanya di komputer ada fasilitas zoom in dan zoom out. Zoom in artinya memperbesar. Zoom out sebaliknya, memperkecil sebuah objek. Ketika kita melakukan zoom in pada sebuah titik di peta Google misalnya, satu area kecil bisa menjadi luas dan sangat detil. Kota Berlin yang awalnya hanya sebuah lingkaran kecil, bisa menjadi tampak luas dan kompleks. Sebaliknya, Jakarta yang rumit dan sangat padat, saat dilakukan proses zoom out akan menjelma jadi titik mungil di sebuah negara Indonesia.

Zoom in dan zoom out, masing-masing memiliki fungsi, tergantung tujuan kita dalam memanfaatkan fitur tersebut. Keliru menempatkan fitur, bisa jadi problematika tersendiri. Nah, ternyata, di dalam kehidupan pun, kita bisa mengalami hal semacam itu. Hidup ... terkadang butuh modifikasi pandangan. Ada kalanya kita merasa tengah menjadi orang termalang di dunia dengan segala kesialannya. Cobalah zoom out pandangan kita terhadap diri sendiri. Maka kita akan melihat bahwa apa yang kita alami hanyalah sebuah pernik kerdil. 

Atau ... suatu saat kita melihat seseorang penuh cacat cela. Hai, barangkali itu efek kita terlalu dekat dan detil memandangnya. Kita perlu mengatur jarak, agar tidak terlalu menyatu dalam mencampuri urusan hidupnya. No body is perfect. Kadang kita mencium bau kecut seseorang, tak usah merutukinya. Kalau kita tak tahan mencium bau tubuhnya, kita perlu sedikit menjauh, toh nanti kalau dia sudah mandi dan memakai wewangian, bau kecut itu akan hilang. Toh, kecut dalam hidup itu biasa, kan? Kita juga sering mengalaminya.

Saat belajar Biologi, barangkali Sobat semua pernah praktikum menggunakan mikroskop, bukan? Iseng-iseng, cobalah cek air di sekitar kita dengan mikroskop tersebut. Kita akan kaget. Karena air yang kita anggap bersih itu, misal air ledeng, air sumur, air di bak mandi, ternyata semua menjadi medium berbagai jenis organisme mungil yang tak tampak oleh mata telanjang, namun terlihat dari lensa mikroskop. Untungnya, kita memiliki mata yang tak sedetil mikroskop. Jika mata kita memiliki kemampuan memandang setajam itu, mungkin kita tak akan bisa hidup dengan nyaman. Setiap hari kita merasa jijik dan seram dengan apa yang kita lihat.

Kita sangat beruntung, memiliki pandangan yang terbatas. Karena dengan cara itu, kita tidak selalu dibayangi kompleksitas kehidupan yang mungkin akan mengganggu ketenangan hidup kita. Zoom in memang perlu, tetapi dalam hal tertentu, terlalu detil bisa "membunuh" kita.

Bagaimana dengan zoom out? Seringkali kepekaan kita terhadap diri, orang lain, lingkungan seakan hilang. Kita melihat sesuatu dengan sekilas saja. Awas ... mungkin kita terlalu sering melakukan zoom out. Kita melihat keburukan yang kita lakukan, atau dilakukan orang lain, hanya sebuah titik yang tak berarti. Padahal titik keburukan itu sebenarnya sebesar kota Jakarta dipandang dalam skala bola bumi.

Saya sendiri, sering merasa heran dengan orang-orang yang perfeksionis. Kenapa hal-hal yang bagi saya terasa remeh-temeh, bagi mereka menjadi hal yang sangat berarti? Ini ada dua kemungkinan. Jangan-jangan, saya yang terlalu menganggap enteng, alias terlalu sering melakukan zoom out, mengecilkan masalah. Atau, bisa jadi orang-orang perfeksionis itu yang terlalu detil di dalam memandang, sehingga hal-hal yang seharusnya bisa diabaikan, mereka anggap sebagai suatu hal yang mengganggu fokus dan harus dibereskan.

Nyatanya, saya sering menjumpai orang-orang dengan kesibukan yang sangat tinggi, punya job di sana-sini, ternyata dalam kesehariannya, dia tipikal orang yang terlalu sering men-zoom out sebuah permasalahan. Banyak hal yang sebenarnya tidak terlaksana dengan baik namun dia cuek, atau menganggap bukan masalah. Banyak problematika tidak terurai dengan baik, akan tetapi beliau masih dengan enteng terus menambah beban yang harus (atau seharusnya) dia pikul di pundak. Kasihan juga, ya ... Eh, kok jadi ngegosip, hehe ....

Intinya, zoom in, zoom out kadang menipu. Kadang membantu. Lakukan di saat perlu, dengan prosedur yang tepat, tentu. Setuju?

Posting Komentar untuk "Zoom In dan Zoom Out Dalam Kehidupan, Apa Pentingnya?"