Jatuh Cinta Pada Orang yang Tidak Tepat
Maafkan jika judul postingan saya kali ini
terkesan mengundang debat. Jatuh cinta pada orang yang tepat, dan kemudian
berakhir indah dengan akad nikah sebagai pengikat, memang terasa begitu nikmat.
Tetapi, nyata-nyatanya kita sering menjumpai kisah-kisah orang yang jatuh cinta
pada orang yang tidak tepat. Siapa yang disalahkan? Cintanya? Tentu tak bijak
menyalahkan siapa-siapa. Karena, cinta itu memang sebuah perkara yang sangat
misterius. Coba cermati syair dari Jalaluddin Rumi ini:
Apapun
yang kau dengar dan katakan (tentang cinta),
Itu
semua hanyalah kulit.
Sebab,
inti dari cinta
adalah
sebuah rahasia yang tak terungkapkan
Ya, kelit kelindan cinta itu memang sebuah rahasia yang (sering kali) tak terungkap. Pantas saja jika Baron dkk, dalam bukunya Psychology, Understanding Behaviour menyebutkan bahwa sulit sekali merumuskan cinta. Love is the most personal and most exciting emotions… tulisnya.
Dalam sejarah, kita
mendapatkan berbagai fenomena “jatuh cinta yang tak tepat”, dan ternyata
penyelesaian dari problem “berbahaya” itu berpengaruh terhadap kesuksesan si
pecinta itu. Ada yang berhasil mengeksekusi dengan baik, ada yang jatuh bangun,
bahkan ada yang akhirnya mentahbiskan diri sebagai pecundang sejati.
Jatuh cinta yang “tak tepat”, telah
membuat Trium Virat—penguasa yang paling digdaya di negara adi kuasa saat itu,
Imperium Romawi, porak-poranda. Gegara tergila-gila pada Cleopatra, Ratu Mesir
yang terkenal sangat cerdas jelita, Antonius tega membunuh Lepidus, sahabat
sejatinya. Antonius juga manut-manut saja ketika diminta Cleopatra untuk
melawan Octavianus, yang juga sahabat Antonius. Persahabatan tiga serangkai itu—Lepidus,
Antonius dan Octavianus, harus porak-poranda hanya karena seorang Ratu Mesir
yang pesonanya juga pernah memikat Julius Caesar, pemimpin besar Romawi sebelum
mereka bertiga berkuasa. Julius yang sudah punya permaisuri bernama Calpurnia,
tetap nekad memburu cinta Cleopatra.
Jatuh cinta
yang tak tepat, ternyata juga bisa menimpa orang-orang shalih. Umar bin Abdul
Aziz misalnya, dia jatuh cinta kepada budak istrinya. Meskipun akhirnya
berhasil melewatinya, Umar Bin Abdul Aziz harus melewati hal-hal yang tersulit
dalam hidupnya: mengendalikan hawa nafsunya. Sang Khalifah ini awalnya terkenal
memiliki ‘lifestyle’ yang ‘wow’. Dia pesolek, bajunya selalu mahal,
gayanya menawan, dan dia jatuh cinta begitu mendalam kepada seorang budak
istrinya, Fathimah bin Abdul Malik. Berkali-kali dia meminta kepada Fathimah
agar budak itu diberikan kepadanya. Namun Fathimah menolak karena sangat cemburu.
Namun,
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berubah total ketika telah menjadi khalifah.
Beliau berubah menjadi sangat zuhud, adil dan begitu amanah dengan tugasnya.
Seluruh kekayaan dia sumbangkan ke Baitul Maal dan menjadi milik masyarakat.
Ketika dia sudah begitu kelelahan, sang istri jatuh kasihan, dan akhirnya
menyerahkan budak perempuannya kepada Umar. Tetapi, apa yang dilakukan Umar?
Dengan tegas Umar menolaknya. Bahkan, Umar menikahkan budak perempuan jelita
itu dengan prajuritnya.
Sang budak,
yang sebenarnya juga mencintai Umar, sangat sedih dan menangis di hadapan Umar,
“Jadi, mana bukti cintamu padaku, wahai Amiril Mukminin?”
Jawab Umar,
“Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih kuat daripada yang
dahulu-dahulu. Akan tetapi, kalau aku menerimamu, aku khawatir tidak termasuk
dalam golongan orang yang “menahan dirinya dari keinginan hawa nafsu”
sebagaimana yang difirmankan Allah SWT dalam Q.S. An-Nazi’at ayat 40 – 41.”
Beginilah
bunyi ayat yang membuat Umar takut sekali menerima sosok yang sebenarnya sangat
dirindukannya itu, “…dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya
syurgalah tempat tinggal(nya).” (An-Nazi’at: 40 – 41).
Terus
terang, saya benar-benar terenyuh membaca kisah Umar bin Abdul Aziz ini. Coba,
renungi kalimat ini, Cinta itu tetap ada di dalam hatiku, bahkan jauh lebih
kuat daripada yang dahulu-dahulu. Romantis sekali, bukan? Dan Umar memiliki
kesempatan untuk mengekspresikan cinta itu secara halal. Istri pertamanya pun
telah ridho. Namun, Umar tak mau melakukannya, karena dia tak mau dimasukkan
dalam kategori orang yang tak mampu menahan diri dari hawa nafsunya.
Thalhah bin Ubaidillah, salah seorang sahabat
Rasulullah yang utama, juga pernah mengalami getaran hati yang tak tepat. Tak
tanggung-tanggung, perasaan itu tertuju kepada Aisyah Binti Abu Bakar, istri
kesayangan Rasulullah SAW.
Seperti ditulis oleh Syaikh Jalaluddin
as-Suyuthi dalam Kitab Lubabun Nuqul Fi Ashabin Nuzul, diriwayatkan dari Ibnu
Abi Hatim dari Ibnu Sa’d yang bersumber dari Abu Bakar bin Muhammad bin ‘Amr
bin Hazm, bahwa suatu hari seorang lelaki (yaitu Thalhah), bertemu mendatangi
salah seorang istri Rasulullah Saw (Aisyah) dam bercakap-cakap dengannya. Laki-laki
itu adalah anak anak paman beliau. Ketika Rasulullah melihat hal tersebut,
beliau berkata kepada laki-laki itu, “Jangan sampai engkau mengulangi
tindakanmu itu untuk kedua kalinya!”
Laki-laki itu lalu berkata, “Wahai
Rasulullah, ia adalah anak paman saya. Demi Allah, saya tidak mengucapkan
kata-kata yang tidak baik kepadanya, demikian juga ia.”
Akan tetapi, Rasulullah balik berkata,
“Engkau telah mengetahui bahwa tidak ada yang lebih pencemburu dibanding Allah,
dan sesungguhnya tidak ada seorang pun yang lebih pencemburu dibanding saya.”
Laki-laki itu kemudian pergi. Setelah
agak jauh ia berkata, “Bagaimana mungkin beliau melarang saya berbicara dengan
anak wanita paman saya. Saya sungguh akan menikahinya sepeninggal beliau
kelak.”
Rasulullah tentu tahu, bahwa Thalhah
diam-diam mencintai Aisyah. Padahal, Aisyah adalah salah satu istri Rasulullah
yang paling beliau cintai. Secara manusiawi, Rasulullah merasa cemburu dan
mencoba memperingatkan Thalhah. Namun Thalhah bahkan mengatakan bahwa dia kelak
akan menikahi Aisyah jika Rasulullah telah wafat.
Tentu ini sesuatu yang bisa dinalar.
Thalhah lebih muda sekitar 25 tahun dibandingkan dengan Rasulullah, sementara
Aisyah juga masih sangat muda. Akan tetapi, Allah SWT tak meridhai hal
tersebut. Peristiwa inilah yang akhirnya menjadi asbabun nuzul (sebab-sebab
turunnya) Al-Quran Surat Al-Ahzab: 53 yang berbunyi: “…Dan tidak boleh kamu menyakiti hati Rasulullah dan tidak boleh
mengawini istri-istrinya sesudah dia wafat untuk selamanya….”
Begitu ayat ini turun, Thalhah sangat
terpukul dan segera bertaubat. Ibnu Abbas berkata, “Sebagai bentuk penyesalan
dan tobatnya terhadap ucapannya di atas, laki-laki itu (Thalhah) pun kemudian
memerdekakan seorang budak, menginfakkan hartanya di jalan Allah seberat yang
bisa diangkut sepuluh ekor unta, serta menunaikan haji dengan berjalan kaki.”
Kita bisa mengukur berapa kira-kira
harta yang diinfakkan oleh Thalhah, yang jumlahnya bisa diangkut 10 ekor unta!
Akan tetapi, rasa cinta yang mendalam
itu tak juga pergi dari Thalhah. Salah satu puteri Thalhah, dia beri nama
Aisyah. Dan sang puteri itu, Aisyah binti Thalhah, dikenal sebagai seorang
gadis yang sangat cantik jelita. Dia berguru pada bibinya Aisyah binti Abu
Bakar, dan terkenal sebagai salah satu tabi’in dan periwayat hadist yang terpercaya.
Jadi, jatuh cinta pada orang yang tak
tepat itu adalah sesuatu yang wajar terjadi. Permasalahannya adalah bagaimana
pengendalian diri kita. Orang-orang beriman, akan menganggap hal tersebut
sebagai suatu ujian yang harus diatasi. Lihatlah, bagaimana sikap yang diambil
oleh Umar bin Abdul Aziz dan Thalhah. Luar biasa! Cinta tak harus membuat
mereka terhina sebagai hamba Allah yang ekstrim mengumbar keinginan. Sangat
berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Antonius yang justru tega mengkhianati
kawan-kawannya.
Anda pernah jatuh cinta pada orang
yang tak tepat? Tinggal pilih, mau jadi Umar, atau jadi Antonius. Hidup adalah
pilihan. Tetapi, siap-siap saja dengan risiko yang harus Anda tanggung.
Beberapa Bahan Bacaan Untuk Referensi:
Risalah Ila Al Mutahabbaini min Asy-Syabab, Dr. Nazhmi Khalil Abul Atha
Lubabun Nuqul Fi Ashabin Nuzul, Syaikh Jalaluddin as-Suyuthi
26 komentar untuk "Jatuh Cinta Pada Orang yang Tidak Tepat"
Sangat menginspirasi banget mbak. Pingin, Ya, bisa mendayu dayu mencintai Allah. Terkadang setan tiup tiup di telinga dan seluruh bangain tubuh. Astaghfirulla
Terima kasih sharingnya :D
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!