Apaan Sih Kosmologi Itu?
Perjalanan lintas jagad raya seringkali menjadi tema yang menarik di fiksi-fiksi sains maupun fantasi. Mungkinkah suatu saat kita ngelaba hingga Andromeda? Meski kemungkinannya sangat kecil, nyatanya, Rasulullah SAW pernah melakukan perjalanan ke luar angkasa saat isra' mi'raj. Topik perjagadan, kian marak setelah para ahli kosmologi bermunculan dan mulai berteori tentang angkasa luar.
Pernah dengar istilah kosmologi, kan? Apa ya? Yang
jelas bukan sejenis majalah, meski namanya persis dengan sebuah majalah kondang
di negeri ini. Jika kita senang mengikuti perkembangan sainstek, istilah ini
mestinya nggak asing lagi buat kita. Buka-buka kamus istilah, yuk! Ya, kosmologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang alam semesta. Apa yang dipelajari? Bukan
sekadar yang tampak seperti bulan, bintang, nebula atau komet, tetapi juga yang tidak kelihatan dengan mata telanjang,
yang untuk menekurinya, kita membutuhkan alat bantu berupa teleskop,
spektograf, piringan radio dan sebagainya—termasuk bertangki-tangki cairan
pembersih untuk lensa dan sebagainya.
Nah, orang yang mempelajari kosmologi, disebut
kosmolog. Pernah dengan nama Stephen Hawking? Pencetus teori lubang hitam (black hole) ini, adalah seorang kosmolog
terbesar abad ini. Belum ada yang menandingi ketajaman otak lelaki penderita
kelumpuhan ini. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang sudah sering kita dengar,
kosmologi memang termasuk ilmu yang sulit dipelajari. Apa sebab? Karena untuk
mempelajari alam semesta, kita nggak mungkin meloncat keluar kan? Jadi nggak
seperti seorang dokter yang mempelajari anatomi kadaver. Lha... wong kita juga
termasuk bagian dari alam semesta.
But, asyiknya... dengan belajar kosmologi, kita jadi
bisa ngebayangin, bagaimana rasanya ngelaba ke galaksi Andromeda. Wiih...
canggih Rek!
Jika Alam Semesta Diperkecil 1010
Kali?
Jika alam semesta disulap menjadi sepersepuluh
pangkat sepuluh (hitung sendiri deh... pakai kalkulator, hihi...), maka kita
cukup menempuh jarak 78 meter untuk main ke Planet Jupiter. Terus, main ke
Planet Pluto hanya 600 meter (cukup jalan kaki, kan?). Kalau kalian mau ngelaba
ke Proxima Century, jaraknya hanya 4000 KM. Sedangkan ke pusat galaksi ‘cuma’
26.000.000 KM! Wah, asyik sekali!
Eh, tapi jangan senang dulu! Kalau alam semesta
diperkecil dengan ukuran segitu, besar
matahari menjadi sebesar buah anggur, Jupiter sebesar biji jagung dan bumi...
olala... hanya sebesar butir pasir! Trus, kita... sebesar apa dong? Allahu
Akbar! Maha Besar Allah, ternyata kita ini begitu kecil ya? Hiks... jadi sedih,
kenapa selama ini kita suka sekali takabur ya?
Kosmologi dari Masa ke Masa
Friends, ternyata kosmologi itu termasuk ilmu yang
tua lho. Sejak zaman bauhela, ilmu tentang alam semesta ini sudah menjadi
pemikiran nenek moyang kita. Misalnya di Mesir. Disana dikenal istilah Ra,
yaitu dewa Matahari yang disembah oleh seluruh rakyat Mesir. Konon, Ra memiliki
anak kembar, yaitu Shu (dewa udara) dan Tefnut (dewi hujan). Shu dan Tefnut
kemudian bersatu dan juga menghasilkan anak kembar, yakni Geb (dewa bumi) dan
Net (dewi langit). Geb dan Net ikut-ikutan bersatu, tapi ini membuat Ra murka.
Ia memerintahkan Shu untuk memisahkan mereka. Net dibawa jauh ke langit, namun karena
cintanya kepada Geb, Net pun menyentuh bumi dengan ujung-ujung jari kaki dan
tangannya. Inilah yang disebut lengkung cakrawala. Hihi... ada-ada saja ya,
orang Mesir kuno ini?
Di Yunani sendiri, para filsuf sudah berpikir
tentang alam semesta. Anaxagoras mengatakan, bahwa matahari hanya sebuah batu
putih panas, bukannya dewa. Karena keyakinannya itu, Anaxagoras dituduh kafir
oleh orang-orang Yunani dan ia dibuang ke Lampsacus. Kesiaaah deh!
Geosentris VS Heliosentris
Sementara, dalam ajaran Kristen, dikenal istilah
geosentris, yakni bumi adalah pusat tata surya. Hal itu didasarkan pada ayat
tentang Joshua yang memerintahkan matahari untuk tetap diam, bukannya bumi.
Karena itu, ketika Copernicus mengatakan bahwa matahari dan bintang-bintang itu
diam, sedangkan bumi bergerak, gereja mengutuknya. Ketika Galileo menemukan
teropong bintang, ia mendukung penemuan Copernicus. Ia mengatakan bahwa pusat
tatasurya adalah matahari, bukan bumi. Teori itu membuat Galileo dikafirkan
pada tahun 1633. Ternyata, setelah 359 tahun kemudian, Gereja Katholik mengaku
salah, telah mengkafirkan Galileo. Sayangnya, Galileo tak bisa merayakan
kemenangannya, karena telah meninggal dunia.
Kosmologi dalam Islam
Dalam Al-Quran, begitu banyak petunjuk tentang
kosmologi. Bahkan, seperti saya sebut di atas, Rasulullah SAW sendiri merupakan pelaku dari perjalanan menembus angkasa luar. Selain itu, beberapa surat di Al-Quran yang menjadikan
unsur-unsur alam semesta sebagai namanya, misalnya Al-Qamar (bulan), Asy-Syams
(matahari), An-Najm (bintang) dan sebagainya. Namun, sebagai seorang muslim,
kita diperintahkan untuk senantiasa mempelajari alam semesta. Coba deh, simak
ayat Al-Quran yang terdapat dalam surat Ar-Rahman ini!
“Hai Jamaah Jin dan Manusia, jika kamu sanggup
menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat
melintasinya kecuali dengan kekuatan!”
Juga dalam ayat yang lain:
"Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Ali Imran: 190-191).
So, sebagai Muslim yang baik, mari kita senantiasa belajar, supaya bisa
memiliki kekuatan yang merupakan hadiah Allah—sebagai alat untuk menembus
penjuru langit dan bumi. Wallahu a’lam bishawab.
3 komentar untuk "Apaan Sih Kosmologi Itu?"
Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia apa yang telah Alloh ciptakan
Sesungguhnya tidak ada yang sia-sia apa yang telah Alloh ciptakan
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!