Surga Kuliner di Kampung Halaman
Nah, namanya berbuka, pasti identik dengan makan-makan, bukan? Karena terjadinya setahun sekali, sangat wajar jika kaum Muslimin pun menyiapkan hidangan yang tak biasa.
Saya sendiri, jarang
merayakan Idul Fitri di tempat saya menetap sekarang, yaitu kota Surakarta. Ya,
bisa ditebak. Karena saya dan suami masih memiliki orang tua dan keluarga di
kampung halaman, maka saat lebaran biasanya kami mudik ke Purworejo (kampung
suami) dan dilanjutkan ke Purbalingga (kampung saya). Jadi, kami jarang secara
khusus menyediakan makanan untuk lebaran. Paling-paling kue kering yang awet
untuk persediaan setelah kami kembali ke kota Solo beberapa hari setelah
lebaran.
Bicara soal kuliner,
ternyata kampung-kampung kami memiliki berbagai jenis makanan yang asyik banget
untuk disantap di hari raya. Kalau tidak menjaga diri, bisa-bisa habis lebaran
badan naik beberapa kilogram. Apa saja hidangan yang khas itu? Ada beberapa
yang ingin saya share di sini. Baca yuk!
Tape
ketan
Tape ketan ini banyak didapatkan di kampung suami di
Purworejo. Terbuat dari beras ketan yang difermentasi menggunakan ragi, dan
biasanya dibungkus dengan daun pisang. Ada juga yang berasnya menggunakan beras
hitam atau merah. Untuk menarik, ada juga yang diberi pewarna. Biasanya ini
tape-tape ketan yang dijual di toko atau sebagai bahan es campur. Kalau hidangan
yang tersaji di kampung-kampung, jarang yang menggunakan pewarna. Saya ogah
menyantap tape yang menggunakan pewarna. Lebih enak yang alami. Dan sehat,
tentu saja. Hampir setiap rumah di sana menghidangkan tape ketan sebagai
camilan lebaran. Ini benar-benar mengasyikan, karena makanan ini ada favorit
saya.
Mendoan
Mendoan lebih khas di
kampung saya di Purbalingga. Terbuat dari tempe yang khusus untuk mendoan,
digoreng menggunakan campuran tepung terigu dan tepung beras dengan bumbu
bawang putih, ketumbar dan garam. Untuk lebih menarik, biasanya diberi irisan
daun bawang. Mendoan biasanya digoreng setengah matang dengan minyak yang sudah
mendidih. Dimakan dengan lalap cabai rawit, wooow sedap.
Anehnya, menyantap
mendoan ternyata butuh suasana khusus. Menyantap mendoan di daerah pegunungan
di Purbalingga yang sejuk, ternyata jauh lebih nikmat dibanding dengan makan
mendoan di Solo. Entah ini karena sugesti saya, atau jangan-jangan saya yang
tak bisa bikin mendoan enak. Hehe. Yang jelas, tempe-tempe mendoan yang dijual
di daerah-daerah non eks karesidenan Banyumas memang banyak ‘hoax’nya. Di Solo
atau Semarang, ada yang menulis jual mendoan. Ternyata isinya tempe goreng
tepung yang dimasak hingga kering, hehe.
Sebenarnya, mendoan
bukan hidangan khas lebaran. Tetapi, beberapa rumah di sana juga menghidangkan
makanan itu, apalagi jika menjamu para perantau seperti saya yang menjadikan
mendoan sebagai bagian dari nostalgia. Anehnya, hidangan yang kadang jadi
pelengkap ini malah selalu diburu dan licin tandas.
Manisan
kolang-kaling
Aslinya saya menghindari makanan yang kelewat manis.
Akan tetapi, ketika di rumah ibu menghidangkan makanan ini, saya sulit menolak.
Manisan kolang-kaling tak terlalu sulit membikinnya. Cukup pilih kolang-kaling
yang bagus, dipotong tipis, lalu direbus menggunakan sirop hingga empuk.
Rasanya sedap dan seger, apalagi jika disimpan di kulkas.
![]() |
Manisan kolang-kaling (kiri), wajik kacang hijau (kanan) |
Wajik
kacang hijau
Ini juga makanan manis
yang sulit saya hindarkan selama lebaran. Untung, karena terbuat dari kacang
hijau, kandungan proteinnya tinggi, jadi saya santap juga. Cara membuatnya juga
mudah, cuma agak ribet dan lama. Pertama, kacang hijau yang sudah bersih
direbus sampai empuk. Lalu dihaluskan dan diuleg menggunakan santan matang dan
gula pasir sampai rata. Uleni sampai benar-benar kalis, ya. Setelah itu, dibungkus
kecil-kecil menggunakan kertas roti.
Lanting
singkong
Lanting singkong adalah
makanan khas daerah Binangun, Kroya, Cilacap. Yup, salah seorang Om saya
tinggal di sana. Karena lokasinya mudah dijangkau, dari Buntu ke selatan
sekitar 15 KM, saat perjalanan pulang menuju Solo, biasanya saya mampir kesana.
Lanting produksi sana sangat gurih dan enak. Tapi, bagi yang tidak punya banyak
waktu, sepertinya saya tidak merekomendasikan untuk bikin sendiri, sebab
waktunya lamaaa. Mending beli yang sudah jadi saja, sekalian meramaikan usaha
kecil rakyat jelata, hehe.
Begini nih, cara
membuatnya. Singkong yang bagus dikupas, direndam sekitar sejam. Habis itu
dikukus sampai empuk. Begitu empuk, silakan dihaluskan dan dicampur bumbu
garam, ketumbar dan bawang putih, dan diuleni sampai kalis. Setelah itu, adonan
bisa dibentuk seperti tali dan dibikin lingkaran-lingkaran kecil, lalu dijempur
sampai kering betul. Nah, setelah kering, baru digoreng sampai berubah warna.
Kalau mau dikasih keju, ya enak juga tuh.
Nah, itu lima hidangan
kas kampung halaman saya saat lebaran. Bagaimana dengan hidangan lebaran
kampung Anda? Share juga yuk! Siapa tahu, suatu saat saya punya keinginan mudik ke kampung halaman Anda, hehe.
3 komentar untuk "Surga Kuliner di Kampung Halaman"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!