Wow, Karst Gunung Sewu Jadi Geopark Kelas Dunia!
Suatu pagi di Pantai Siung, (Koleksi Pribadi) |
Baiklah, mau tidak mau saya harus memilih. Dan pilihan saya jatuh pada menuliskan tentang kabar gembira yang wajib disambut penuh gegap gempita oleh setiap warga negara Indonesia. Mulai September 2015, Karst Gunung Sewu sebagai Geopark Kelas Dunia oleh UNESCO. Ini keren, Sobat! Karena, dengan penetapan ini, berarti Indonesia kembali memiliki taman bumi kelas internasional.
Mungkin Sobat sekalian masih bingung, apa sih karst itu? Dan dimanakah Karst Gunung Sewu itu? Dan apakah itu Geopark? Wihihi, ini mah kudu menjelaskan satu per satu. Sebenarnya, di novel saya AKIK dan PENGHIMPUN SENJA, penjelasannya sudah sangat memadai lho. Coba deh, dibaca! (sekalian promosi).
Tapi, baiklah… saya jelaskan, ya. Ekosistem Karst adalah sebuah lingkungan yang dibentuk dengan komponen utama batu gamping atau mungkin lebih dikenal sebagai batu kapur. Ciri khas dari lingkungan ini adalah banyaknya gua-gua dengan dekorasi alami yang sangat indah, tersusun atas stalaktit, stalakmit dan sebagainya. Tidak semua gua memiliki stalaktit dan stalakmit ya. Hanya gua-gua karst. Pantai-pantai di lokasi karst juga terkenal sangat indah, karena biasanya berpasir putih, banyak batu-batu karang, gua-gua tepi pantai dan airnya jernih. Biasanya, lokasi semacam ini juga menjadi sumber alami batu-batu akik, lho.
Nah, Geopark Gunung Sewu adalah lokasi untuk menyebut ekosistem karst yang terbentang di tiga kabupaten, (dan uniknya) tiga provinsi, yaitu Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Seperti dikutip dari Kompas.com, Kawasan Taman Bumi Gunung Sewu terbagi atas 33 situs geologi, yaitu 13 situs di Pacitan, 7 situs di Wonogiri, dan 13 situs di Gunung Kidul. Di Pacitan ada 13 lokasi situs geologi, antara lain Luweng Jaran, Luweng Ombo, Goa Gong, Goa Tabuhan, Goa Song Terus, Teluk Pacitan, Pantai Klayar, Pantai Srau Pantai Watu Karung, Sungai Baksoka, dan Telaga Guyang Warak . Beberapa lokasi tersebut, saya jadikan setting di novel AKIK dan PENGHIMPUN SENJA, lho. Misalnya Gua Luweng Jaran, Pantai Srau dan Pantai Klayar di Pacitan.
Geopark sendiri adalah istilah untuk menyebut kawasan yang memiliki warisan geologi (geological heritages) yang unik dan langka, memiliki nilai ilmiah yang kuat, serta memiliki nilai estetika yang tinggi. Geopark merupakan kawasan dengan manajemen terpadu. Selain dioptimalkan sebagai kawasan rekreasi, geopark juga dilindungi, karena menjadi obyek pusat pengembangan berbagai disiplin ilmu pengetahuan, tak hanya geologi, tetapi juga arkheologi, biologi (ekologi), bahkan juga budaya, sejarah dan ekonomi.
Geopark ada yang berskala nasional, ada juga yang internasional alias kelas dunia. Di Indonesia banyak geopark kelas nasional, tetapi yang internasional sangat sedikit. Jadi, kita harus berbangga, karena setelah melalui serangkaian kajian mendalam, akhirnya UNESCO menetapkan Geopark Karst Gunung Sewu sebagai Geopark Kelas Dunia. Penetapan Geopark Internasional dilakukan oleh lembaga bentukan UNESCO yaitu GGN (Global Geopark Network) yang bersidang dua tahun sekali. Setahu saya, baru ada dua Geopark kelas dunia di Indonesia, yaitu Geopark Gunung Batur di Bali, dan Geopark Karst Gunung Sewu ini.
Syarat utama menjadi geopark kelas dunia, selain keunikan, keindahan, ilmu pengetahuan, adalah manajemen terpadu. Mungkin faktor manajemen terpadu inilah yang membuat Karst Sewu baru ditetapkan sebagai Geopark Dunia September 2015 ini. Terlebih, Geopark Gunung Sewu ada di tiga kabupaten dan tiga provinsi. Kebayang kan, ribetnya koordinasi lintas provinsi? Padahal, pengajuannya sudah lumayan lama. Ada tiga lokasi di Indonesia yang diajukan menjadi Geopark Internasional, yaitu Gunung Batur, Karst Gunung Sewu dan Gunung Rinjani.
Manajemen terpadu yang diterapkan ini memang terasa, kok, Sobat! Setahun terakhir ini, saya melihat perkembangan sangat pesat dalam pengelolaan lokasi ini. Jalan-jalan diaspal mulus, fasilitas untuk pengunjung pun dibangun dengan baik. Papan-papan petunjuk berisi penjelasan aneka fenomena geologi, ekologi dan sebagainya, juga membuat wawasan kita semakin tercerahkan. Hampir semua pantai terlihat sangat bersih. Tempat-tempat sampah dibedakan antara sampah organik dan anorganik. Selain itu, juga dikembangkan wisata snorkeling atau diving, khususnya di lokasi-lokasi yang memungkinkan. Saya pernah merasakan indahnya terumbu karang, ikan-ikan dan binatang laut yang berseliweran, saat snorkeling di kawasan Pantai Sadranan.
Kawasan-kawasan pantai juga diberi bantuan Pembangkit Listrik Tenaga Surya, sehingga para pengunjung tak perlu takut jika mendatangi lokasi tersebut pada malam hari. O, ya? Malam hari? Siapa yang mau datang ke pantai yang jauh dari pemukiman penduduk, berbukit-bukit dan berhutan-hutan di malam hari? Jangan salah! Pengunjung pantai ini di malam hari cukup banyak, lho. Beberapa hari yang lalu, saya dan keluarga bahkan baru saja camping di Pantai Siung, salah satu destinasi di kawasan tersebut. Kami berangkat dari rumah jam delapan malam. Tak dinyana, saat melewati posko penjagaan, ternyata tidak kosong. Ada penjaga yang menyambut kami dengan ramah, dan memberikan serangkaian informasi menarik tentang pantai tersebut. Padahal, saat itu sudah jam setengah sebelas malam. Sampai di pantai, sudah ada tenda-tenda terpasang, siap menikmati suasana malam di pantai yang indah. Beberapa warung juga buka 24 jam, dengan toilet yang relatif bersih dan jumlahnya memadai.
Camping Keluarga di Pantai, Murah-meriah-seru! |
Bagi yang enggan bermalam di tenda, jangan khawatir, banyak penginapan mulai dari yang murah meriah hingga sekelas hotel berbintang di kawasan tersebut, khususnya di Kabupaten Gunung Kidul (kalau di Wonogiri dan Pacitan, fasilitas belum selengkap di Gunung Kidul). Di Pantai Indrayanti misalnya, bahkan banyak cottage yang menurut saya cukup “mewah” serta saung-saung cantik yang dibangun di tepi pantai. Tapi, bagi yang berdompet pas-pasan, saran saya jangan memilih lokasi pantai tersebut, karena harga-harga lebih tinggi dari kawasan yang lain.
Saat ini, kawasan Geopark Gunung Sewu adalah destinasi wisata yang terfavorit bagi keluarga saya. Selain lokasinya relatif dekat, dekorasi alamnya sangat indah, infrastruktur bagus, suasana alami, fasilitas lengkap, saya juga bisa mengajari anak-anak berbagai pengetahuan yang menarik. Sangat mudah mendapati binatang-binatang laut yang berenang-renang dengan tenang di sela-sela bebatuan pantai. Bintang laut, kepiting, udang, ubur-ubur, hingga ikan-ikan kecil dari aneka species. Dan, yang juga menjadi daya tarik, pantai-pantai di lokasi tersebut berpasir putih, sehingga meski kita telah berendam dan bermain pasir sepuasnya pun, begitu kering, pasir akan ambrol dengan sendirinya.
Eh, teman-teman dekat saya pun akhirnya ikutan “ketagihan” main ke pantai di kawasan tersebut. Bagaimana dengan Anda? Ah, saya sih enggak mau promosi berlebihan. Tetapi, coba deh sesekali sempatkan main kesana, kalau tidak terkesima dan “kecanduan”, boleh deh Anda minta buku gratis ke saya. Tapi ambil sendiri, ya di rumah. O, ya, jika ada yang hendak main ke kawasan tersebut, boleh deh, colek saya. Siapa tahu kita bisa main bareng. Saya siap jadi guide. Hehe.
Sumber Foto: Koleksi Pribadi
Artikel tentang Geopark Gunung Sewu ini juga perlu Anda baca!
3 komentar untuk "Wow, Karst Gunung Sewu Jadi Geopark Kelas Dunia!"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!