Sejuta Pesona Terpancar dari Jawa Tengah
Candi Sukuh, Karanganyar |
Sejenak nafas panjang saya terhela, merasa takjub, tatkala menyadari, bahwa saya tengah berada di sebuah tempat yang telah eksis sekitar enam abad silam. Candi Sukuh adalah candi yang dibangun di zaman Majapahit, dan sejak 1995 telah didaftar sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage) oleh UNESCO.
Sukuh hanya salah satu candi yang tak terlampau besar. Selain Sukuh, kita mengenal Borobudur yang dibangun sekitar tahun 800 Masehi. Ketika menapakkan kaki menaiki tangga demi tangga Borobudur, yang juga lebih dahulu ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage, kita seakan sulit mempercayai bahwa umur bangunan megah tersebut telah lebih dari seribu tahun, dan menjadi satu dari sekian keajaiban dunia.
Borobudur dan Sukuh,
adalah beberapa ikon sejarah kebanggaan Jawa Tengah. Namun, Jawa Tengah tidak hanya
Borobudur atau Sukuh. Provinsi seluas 32.548 km² ini memiliki bentang alam yang beraneka ragam. Pegunungan, dataran tinggi, laut, sungai, kepulauan, hingga bentang alam karst dengan jenis-jenis keindahan yang menjadikan surga bagi para pelancong. Jawa Tengah memiliki ratusan
bahkan ribuan objek wisata yang menawan, lengkap dari wisata alam, wisata bahari, wisata sejarah, wisata kuliner, wisata budaya (culture tourism), wisata petualangan (adventure
rourism), dan juga wisata MICE (Meeting,
Incentive, Convention, Exhibition).
Saya merasa
menjadi orang yang bejo, alias sangat beruntung, karena terlahir, besar dan hidup di Jawa Tengah. Salah satu hobi saya adalah traveling, dan prinsip saya, sebelum yang di dekat saya selesai dijelajahi, saya tidak terlalu tertarik untuk pergi ke lokasi yang jauh. Dari 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah semua telah saya kunjungi. Demikian juga, hampir semua objek wisata yang terkenal di
daerah-daerah tersebut juga telah saya datangi.
Di blog ini, saya ingin membagi gambaran sekilas tentang pesona Jawa Tengah yang harus Anda ketahui. Ya, seperti saya sebut di atas, ada ratusan, bahkan ribuan objek wisata yang memancarkan berjuta pesona di Jateng, dan pada kesempatan ini saya akan mencoba membagi berbagai objek wisata tersebut dalam beberapa kelompok.
Di blog ini, saya ingin membagi gambaran sekilas tentang pesona Jawa Tengah yang harus Anda ketahui. Ya, seperti saya sebut di atas, ada ratusan, bahkan ribuan objek wisata yang memancarkan berjuta pesona di Jateng, dan pada kesempatan ini saya akan mencoba membagi berbagai objek wisata tersebut dalam beberapa kelompok.
Wisata Prasejarah dan Sejarah
Fase prasejarah dan sejarah dibedakan dengan adanya budaya literasi (aksara/tulisan) di sebuah masyarakat. Saya pernah guyon dengan teman-teman, bahwa di masa kini pun, jika kita tidak akrab dengan budaya literasi, sejatinya kita masih fase prasejarah. Kita tidak layak menyebut diri kita sebagai Homo sapiens, tetapi jenis Pithecanthropus erectus.
Jawa Tengah memasuki fase sejarah pada sekitar abad 6 Masehi, dengan ditemukannya Prasasti Tukmas, Prasasti Sojomerto dan Prasasti Upit yang dibuat pada masa pemerintahan Ratu Shima di Kalingga. Namun, sebelum itu, berbagai artefak sejarah ditemukan, sebagai bukti bahwa sejak sebelum itu, di Jawa Tengah juga telah hidup manusia prasejarah dengan berbagai pranata sosialnya. Adalah Eugene Dubois, seorang ilmuwan Belanda yang memulai melakukan eksplorasi di kawasan ini, lalu dilanjutkan ilmuwan lain seperti Von Koenigswald.
Fosil-fosil dan artefak prasejarah hasil penggalian tersebut sekarang bisa Anda lihat di Museum Sangiran, yang berlokasi di Kabupaten Sragen, sekitar 17 KM dari Pusat Kota Solo. Museum ini telah dibangun dengan megah, indah dan modern, di lokasi yang disebut sebagai Situs Sangiran, dan juga telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai World Heritage. Di situs ini, terdapat berbagai jejak prasejarah yang telah berusia dari 2 juta tahun hingga 200.000 tahun. Saya sangat merekomendasikan tempat ini, dan sebaiknya Anda datangi bersama anak-anak. Kita bisa berwisata sembari belajar arkheologi. Sst, jangan lupa, kalau mau ke Sangiran, mampir ya, ke rumah saya, karena pasti kelewatan jika Anda datang dari arah Solo, hehe.
Jawa Tengah, bisa dikatakan merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki perabadan tertua. Bisa dimaklumi, Jawa Tengah merupakan pusat beberapa kerajaan besar. Sebut saja Kalingga yang diperintah Ratu Sima, yang oleh sebagian sejarahwan diperkirakan berlokasi di Pekalongan atau Jepara. Demikian juga Kerajaan Medang/Mataram Kuno yang diperintah oleh Dinasti Syailendra, berbagai sumber sejarah menyebutkan bahwa kerajaan ini berpusat di sekitar daerah Magelang/Kedu. Karena erupsi Gunung Merapi yang dahsyat, dan juga ancaman serangan Sriwijaya, di masa pemerintahan Empu Sindok, ibu kota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur. Namun, jejak sejarah kejayaan dinasti ini bertebaran di berbagai lokasi di Jawa Tengah, di antaranya Candi Pawon, Candi Plaosan, candi-candi di Gedongsongo serta Dieng, dan juga Candi Borobudur yang terkenal seantero dunia dan menjadi salah satu dari keajaiban dunia.
Pada masa Islam, Jawa Tengah juga menjadi pusat pemerintahan kerajaan Islam yang berkuasa, yaitu Demak, Pajang, dan Mataram Islam. Awalnya, Mataram Islam memang berpusat di Mentaok (Yogyakarta), namun oleh Sultan Amangkurat II, ibu kota Mataram Islam kemudian dipindah ke Kartasura. Lalu, setelah terjadinya pemberontakan yang dilakukan oleh Sunan Kuning dan didukung pasukan China, keraton dipindah dari Kartasura ke Solo. Mataram Islam, hingga kini masih eksis dalam wujud Istana Kasunanan dan Mangkunegaran di Kota Solo, dan Kesultanan Hamengkubuwono dan Pakualaman di Yogyakarta.
Meski tidak beribu kota di Jawa Tengah, Majapahit pun meninggalkan banyak peninggalan bersejarah yang sangat penting, misalnya komplek Candi Sukuh dan Candi Cetho di lereng Gunung Lawu. Pajang, yang berlokasi di sekitar Surakarta, adalah salah satu kadipaten penting di masa Majapahit.
Beberapa kota di Jawa Tengah juga telah eksis sejak berabad-abad silam. Magelang, adalah kota tertua di Jawa Tengah, berdiri pada 11 April 907. Selain itu, kota-kota lain juga sudah termasuk tua, misalnya Semarang berdiri pada 5 Mei 1547, Pemalang pada 24 Januari 1575, Tegal pada 12 April 1580 dan Solo pada 17 Februari 1745.
Peradaban yang tua itu masih meninggalkan begitu banyak peninggalan bersejarah, baik fisik maupun budaya yang merupakan warisan yang tak ternilai. Hingga kini, peninggalan bersejarah itu sebagian besar masih terawat baik, dan bahkan telah menjadi objek wisata berkelas internasional yang diminati para turis asing. Sebut saja Borobudur, Candi Dieng, Candi Gedongsongo, Candi Sukuh, Candi Cetho, Masjid Demak, Keraton Kasunanan Solo, Keraton Mangkunegaran dan sebagainya. Demikian juga peninggalan sejarah zaman kolonial seperti Lawang Sewu Heritage Complex di Semarang, Little Netherland (Kota Tua Semarang), Kota Lama Tegal, Museum Kereta Api Indonesia di Ambarawa dan sebagainya.
Jika Anda ingin menyelami aroma sejarah dan juga mencerap salah satu peradaban khas nusantara yang tertua, datanglah ke Jawa Tengah. Anda tidak salah pilih. Kalau Anda kesulitan mencari guide, saya bersedia, asal pas ada waktu saja, hehe.
Wisata Petualangan (Adventure
Tourism)
Selain sejarah, Jateng memiliki banyak objek wisata yang sedang ngehit di kalangan anak muda: adventure tourisme. Jenis wisata yang mampu memicu adrenalin ini tersedia dalam berbagai bentuk. Mulai dari pendakian gunung, di mana Gunung Slamet, Sindoro, Sumbing, Merapi, Merbabu atau Lawu telah sejak lama menjadi gunung-gunung favorit bagi para pendaki gunung.
Selain pendakian gunung, saat ini di Jateng juga marak olahraga arung jeram (rafting). Lokasi rafting di Sungai Elo (Magelang), dengan jarak tempuh sekitar 12 KM, selalu ramai didatangi pengunjung, khususnya dari kalangan pemula hingga level menengah. Sedangkan untuk kelas menengah hingga mahir, ada lagi lokasi rafting lainnya yang lebih menantang adrenalin dan jarak tempuh lebih jauh (hingga jarak sekitar 26 KM) dan lebih menantang berada di hulu Sungai Serayu, Banjarnegara. Di daerah kelahiran saya, Purbalingga, juga telah dibuka jalur rafting Sungai Klawing dengan jarak sekitar 10 KM, dan ditempuh dalam waktu sekitar 2,5 jam.
Rafting di Hulu Sungai Elo (Foto Koleksi Ummu Sasha) |
Persiapan Tubing di Ngargoyoso, Tawangmangu (Foto Koleksi Pribadi) |
Jangan lupakan olahraga caving (susur gua). Gua Barat, Gua Jatijajar dan Gua Petruk di Kebumen adalah destinasi caving yang cukup banyak digemari. Sementara, untuk gua tipe lava, bisa dicoba deh, menyusuri Gua Lawa di Purbalingga. Sangat menarik, karena di Indonesia, gua tipe lava (lava tube), hanya ada di Purbalingga dan Bali. Selain menikmati keindahan dalam perut bumi, kita juga bisa belajar geologi.
Wisata Bahari
Jateng memiliki
dua garis pantai, yaitu Pantai Utara dan Pantai Selatan. Keduanya memiliki
pantai-pantai yang indah. Pantai yang sangat saya sukai adalah jenis pantai di
bentang alam karst (bentang alam yang disusun oleh batu gamping), karena
biasanya memiliki karang-karang dan gua-gua yang indah. Pantai karst ditemui di
sepanjang garis pantai Kebumen, misal Logending, Karangbolong, Ayah, Menganti
dan sebagainya; juga pantai di Wonogiri seperti Nampu dan Sembukan di Kecamatan
Paranggupito.
Pantai-pantai di Wonogiri, bisa dikatakan merupakan pantai kelas internasional. Sebab, tujuh situs di Wonogiri, saat ini termasuk dalam 33 situs Geopark Gunung Sewu, yang sejak September 2015 ditetapkan sebagai International Geopark oleh UNESCO dan masuk dalam jaringan GGN (Global Geopark Network). Geopark Gunung Sewu adalah lokasi untuk menyebut ekosistem karst yang terbentang di tiga kabupaten, yaitu Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Selain Geopark Gunung Sewu, hanya ada satu geopark berkelas internasional di Indonesia, yaitu Geopark Gunung Batur di Bali.
Berbicara soal
Wisata Bahari, jangan lupakan Karimun Jawa yang eksotis. Kepulauan Karimun Jawa
terletak di Laut Jawa, termasuk dalam Kabupaten Jepara. Taman Nasional Karimun
Jawa ditetapkan sebagai Cagar Alam Laut. Meski harus menempuh perjalanan laut
yang lumayan panjang, yakni 83 KM dari Pantai Jepara, kita akan disuguhi
keindahan alam yang luar biasa. Kita bisa dengan leluasa melakukan berbagai
olahraga air seperti berenang, snorkeling atau diving. Saat ini banyak biro perjalanan
pariwisata membuat paket wisata ke Karimunjawa dengan biaya minimal sekitar
satu setengah juta.
Pantai-pantai di Wonogiri, bisa dikatakan merupakan pantai kelas internasional. Sebab, tujuh situs di Wonogiri, saat ini termasuk dalam 33 situs Geopark Gunung Sewu, yang sejak September 2015 ditetapkan sebagai International Geopark oleh UNESCO dan masuk dalam jaringan GGN (Global Geopark Network). Geopark Gunung Sewu adalah lokasi untuk menyebut ekosistem karst yang terbentang di tiga kabupaten, yaitu Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta), Wonogiri (Jawa Tengah), dan Pacitan (Jawa Timur). Selain Geopark Gunung Sewu, hanya ada satu geopark berkelas internasional di Indonesia, yaitu Geopark Gunung Batur di Bali.
Pantai Sembukan, Wonogiri, salah satu situs International Geopark Gunung Sewu Foto: koleksi pribadi |
Wisata MICE
Anda adalah pengurus dari sebuah organisasi nasional? Jangan sungkan ajukan beberapa kota di Jawa Tengah, khususnya Solo dan Semarang sebagai tempat penyelenggarakan kegiatan organisasi Anda, seperti Munas atau Rakernas. Sebab, Solo dan Semarang memang memiliki daya dukung yang kuat sebagai kota MICE alias Meeting, Incentive, Convention, Exhibition. Kota Solo,
merupakan kota pontensial MICE yang menduduki rangking 8 setelah Bali, Jakarta,
Surabaya, Jogja, Makasar, Bandung, dan Medan. Selain Solo, Semarang juga
merupakan andalan Jawa Tengah sebagai kota MICE. Indikator kota dikatakan
potensial sebagai kota MICE antara lain aksesibilitas, dukungan stakeholder, ketersediaan
tempat-tempat menarik, fasilitas akomodasi, fasilitas meeting, fasilitas
pameran, citra destinasi, keadaan lingkungan dan profesionalitas sumber daya
manusia.
Di Solo terdapat berbagai pergelaran internasional
yang diakui eksistensinya, di antaranya SIPA (Solo International Perfoming
Arts), Solo Batik Carnival, World Military Parachuting Championship (WMPC),
Solo City Jazz dan sebagainya. Sedangkan di Semarang ada Jateng Fair dan Festival Kota Lama, di Magelang ada Pameran Warisan Dunia, di Pekalongan ada Pekan Batik Nusantara dan sebagainya.
Sumber Foto: http://sipafestival.com/ |
Wisata Alam
Wisata alam termasuk dalam objek wisata yang konvensional. Meski begitu, peminatnya masih sangat banyak. Jawa Tengah
merupakan lokasi dengan aneka wisata alam yang memanjakan mata kita dengan panorama menawan,
udara yang sejuk dan pelayanan yang ramah. Di Jawa Tengah bagian barat, ada
Objek Wisata Baturaden di lereng Gunung Slamet, Telaga Ranjeng di Brebes, Guci di Tegal, Pemandian Owabong dan Gua
Lawa di Purbalingga. Di bagian tengah, kita disuguhi keindahan Dieng Plateau
yang terkenal dengan Golden Sunrise-nya yang terlihat dari Puncak
Sikunir, Ketep Pass (dengan ciri khas wisata kegunungapian), Kopeng, Bandungan dan sebagainya. Sementara, ke arah
timur, jangan lewatkan lereng Gunung Lawu yang eksotis.
Berkuda di Bumi Perkemahan Sekipan, Tawangmangu (Foto Koleksi Pribadi) |
Wisata alam lain yang terbilang unik dan memiliki nilai pendidikan yang tinggi terdapat di Grobogan, yaitu Bleduk Kuwu dan Sumber Api Mrapen. Bleduk Kuwu adalah sebuah kawah lumpur (mud volcano) yang secara periodik meletupkan lumpur-lumpur dengan kandungan garam yang tinggi. Sedangkan di Api Abadi Mrapen, terdapat fenomena geologi yang menarik, di mana terdapat api abadi yang tak pernah padam. Api itu berasal dari gas alam terus menerus keluar dari dalam bumi dan tersulut api. Api abadi dari Mrapen ini pernah menjadi api yang digunakan untuk menyalakan obor PON X/1989, PON XVI/1996, Pesta Olahraga Ganefo tahun 1963 dan berbagai kegiatan lain.
Wisata Budaya
Bicara Jateng, jangan lewatkan yang satu ini, wisata budaya (culture tourisme). Mengusung tag line: The Spirit of Java, kota Solo mencoba memposisikan diri sebagai "ibu kota" budaya Jawa. Pada kenyataannya, kota ini memang cukup aktif memposisikan diri sebagai "spirit of Java". Tak sekadar turis, kita pun bisa belajar budaya Jawa di jurusan Sastra Jawa UNS, atau jurusan Pedalangan, Tari, Karawitan, Etnomusikologi, dan Teater di ISI (Institut Seni Indonesia) Surakarta.
Menurut informasi yang saya peroleh, jumlah penutur bahasa Jawa adalah 84,3 juta jiwa[1]. Hal ini menunjukkan kultur Jawa merupakan potensi wisata yang luar biasa besar. Di Solo dan Jawa Tengah pada umumnya, terdapat aneka budaya yang sangat menarik perhatian, misalnya pagelaran wayang kulit, ketoprak, seni membatik dan produknya, dugderan di Semarang, calung banyumasan, dan sebagainya, termasuk juga makanan tradisional yang beraneka ragam.
Makanan Tradisional Jawa (Foto Koleksi Pribadi) |
Dengan sedemikian
banyaknya destinasi wisata di Jateng, sepertinya Anda harus menjadikan Jateng
sebagai lokasi yang tepat untuk rehat. Saya sendiri, sebagai orang Jateng,
pernah berkomitmen bersama suami, “Pokoknya kalau Jateng belum selesai
diubek-ubek, nggak usah keluar dulu deh.”
Beberapa keuanggulan berwisata di Jateng, selain pilihan objek wisata yang melimpah, harga-harganya murah, SDM profesional, masyarakatnya ramah, fasilitas akomodasi dan transportasi juga nyaman. Di Jateng ada dua bandara internasional, yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo, juga dekat dengan Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta. Dua jalur kereta api melewati Jateng, yaitu Pantura dan jalur selatan, dengan pilihan kereta api mulai kelas ekonomi hingga eksekutif. Jalur darat terbagi tiga, yaitu pantura, tengah, dan selatan, bahkan kini sudah proses finishing jalur pantai selatan yang menghubungkan Cilacap-Yogyakarta-Pacitan.
Beberapa keuanggulan berwisata di Jateng, selain pilihan objek wisata yang melimpah, harga-harganya murah, SDM profesional, masyarakatnya ramah, fasilitas akomodasi dan transportasi juga nyaman. Di Jateng ada dua bandara internasional, yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang, dan Bandara Internasional Adi Sumarmo Solo, juga dekat dengan Bandara Internasional Adi Sucipto, Yogyakarta. Dua jalur kereta api melewati Jateng, yaitu Pantura dan jalur selatan, dengan pilihan kereta api mulai kelas ekonomi hingga eksekutif. Jalur darat terbagi tiga, yaitu pantura, tengah, dan selatan, bahkan kini sudah proses finishing jalur pantai selatan yang menghubungkan Cilacap-Yogyakarta-Pacitan.
Sejuta pesona
memancar dari Jawa Tengah, sebagaian berkelas internasional, baik sebagai World Heritage ataupun International Geopark. Bagaimana mungkin Anda tidak memburunya?
[1] http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/artikel/1343
Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Blog Visit Jawa Tengah 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah @VisitJawaTengah (www.twitter.com/visitjawatengah)
44 komentar untuk "Sejuta Pesona Terpancar dari Jawa Tengah"
Ayo ke Jateng :-)
Silakan saja dibuat referensi
Padahal Solo itu gudangnya penerbit buku
***sekadar saran
Bikin paket wisata nulis aja mbak. Pasti seruuuuu
Pernah dulu, tapi buat anak-anak. InsyaAllah ada rencana utk remaja/dewasa
Ditunggu artikel Mas Ali, ntar komen deh
Btw, wisata ke Indiva, ada nggak..? :)
Btw, tiba-tiba pingin rafting. :D
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!