Membaca, Menulis dan Sepasang Kekasih
Pernahkah Anda bertemu dengan seorang penulis, namun malas
membaca? Atau bertemu dengan seorang kutu buku yang telah membaca ribuan teks,
namun tak sekalipun mencoba menulis sebuah karya tulis? Keduanya, menurut saya,
sama-sama menyedihkan. Sama-sama makhluk yang malang.
Menulis dan membaca itu seperti sepasang kekasih yang enggan
berpisah. Seperti sepasang sahabat yang saling mengasihi dan tak mau dipisahkan
jarak dan waktu. Jika satu kita kerjakan, yang lain akan mengikuti.
Ketika kita hendak menulis, otomatis timbul keinginan
membaca. Sebab, menulis itu seperti menuang gelas. Apa yang akan kita tuang
jika gelas kita kosong? Seringkali kita mengalami writer’s block, macet di jalan, bingung bagaimana hendak meneruskan
tulisan kita. Yakinlah, bahwa 90% sebab dari masalah tersebut adalah kita
kekurangan bahan. Persis seorang pembuat kue yang mati kutu saat kehabisan
telur, mentega dan tepung terigu. Solusinya, ambil uang, pergi ke toko,
belanja! Kalau penulis, main ke perpustakaan, baca-baca. Kalau dompet tebal,
datanglah ke toko buku, dan beli buku dengan tema seperti yang tengah kita
kerjakan.
Para senior di bidang kepenulisan selalu mengatakan, “Ingin
ahli menulis? Banyaklah membaca!” Bahkan ada yang mengatakan, pekerjaan seorang
penulis, 75% di antaranya adalah membaca. Jangan menulis hanya mengandalkan
imajinasi belaka, kecuali jika kau hanya menghasilkan kumpulan impian dan
angan-angan kosong semata. Jika kau
ingin karyamu penuh bobot dan pengetahuan, maka membacalah!
Kumpulkan referensi-referensi yang berbobot untuk dijadikan
sebagai acuan, yang memperkuat opini pribadi kita. Sebab, referensi adalah “pemandu
perjalanan ilmiah” seseorang. Ibarat seseorang yang hendak mendaki gunung, dia
harus memiliki bekal memadai: makanan, peta, kompas, dan peralatan mendaki.
Orang yang menulis tanpa referensi, ibarat pendaki gunung yang minim bekal.
Perjalanan tak akan terarah, bisa kembali turun dengan selamat saja sudah
sangat baik buatnya.
Awas, jangan sekadar main copas. Hargailah karya orang lain.
Cantumkan semua sumber referensi tersebut di karya-karya kita. Selain itu,
memplagiasi karya orang lain juga termasuk kejahatan, melanggar Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Jangan juga mengutak-atik karya orang
lain dengan bentuk epigonisme. Meski tidak melanggar hukum, bagi saya
epigonisme itu sama sekali tidak kreatif dan tidak etis.
Baca juga Kreativitas, Epigonisme dan Plagiasi
Sementara, jika kita senantiasa rajin membaca, secara
naluriah kita akan butuh menulis. Sebab, tatkala simpanan informasi di otak
kita melimpah, informasi itu akan tumpah dengan sendirinya. Orang yang terbiasa
dengan komunikasi lisan, biasanya dia akan memiliki banyak bahan untuk bicara,
ngobrol kesana kemari, nyaris tiada henti. Stop kebiasaan lisan itu! Salurkan
ke komunikasi gaya tulisan. Bukan berarti komunikasi lisan itu tak perlu.
Tetapi, jika kita senantiasa bicara terus menerus, non stop, siapa yang akan
mau mendengarkan kita? Capek, tahu!
Namun, jika kita salurkan kelimpahan bahan itu dalam bentuk
tulisan, selain tak ada yang terganggu meski semalam suntuk kita berada di
depan komputer, mengetuk-ketuk keyboard sepuasnya, kita juga bisa menghasilkan
prasasti yang abadi. Setiap kita selesai menghasilkan tulisan, Kata Mbak Helvy
Tiana Rosa, sejatinya kita sedang memperpanjang usia kita. Usia karya. Usia
biologis kita mungkin hanya 60, 70, atau 80. Tetapi, selama karya kita diprasastikan,
kita akan tetap dikenang hingga ribuan tahun ke depan.
Mari membaca, nanti kau akan bisa menulis. Mari menulis,
nanti kau akan terbiasa membaca. Membaca dan menulis, sama-sama tradisi yang
harus dibangun agar kita berhasil memiliki prasasti. Prasasti itu tanda bahwa
sebuah kaum telah melewati pasa prasejarah dan masuk fase sejarah. Demikian
juga, karya tulis yang kita susun, menjadi satu bukti bahwa kita pun telah
masuk dalam sejarah. Jadi, buatlah sejarahmu dengan karya tulismu!
7 komentar untuk "Membaca, Menulis dan Sepasang Kekasih"
ngobrolbarengazzar.blogspot.com
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!