Widget HTML #1

Parents, Inilah 5 Poin Penting Pendidikan Seks Untuk Anak Lelaki


Mom, Dad, adakah di antara Anda yang memiliki anak lelaki yang sesaat lagi menginjak usia remaja? Mendidik anak laki-laki tentu berbeda dengan perempuan. Salah satu beda yang paling utama adalah permasalahan kedewasaan biologis. Berikut ini adalah beberapa fakta yang harus dipahami orang tua dalam mendampingi anak lelaki kita yang beranjak dewasa.

Pertama, pahami proses kematangan biologisnya 
Kedewasaan anak laki-laki ditandai dengan matangnya saluran reproduksi, di mana sel kelamin jantan sudah dilepaskan . Jadi, Mom, Dad, jika suatu hari anak Anda menceritakan perihal mimpi basahnya, maka Anda tahu, bahwa dia sudah dewasa. Jika pada anak perempuan ada siklus haid, maka pada anak lelaki tidak ada siklus. Setiap hari, menurut berbagai referensi, lelaki memproduksi sekitar 70 hingga 150 juta sel kelamin jantan per hari.

Ketika anak lelaki sudah mimpi basah, sebaiknya pisahkan tidurnya dengan saudara-saudara perempuannya, meski ini sebenarnya sudah terlambat. Karena pemisahan tempat tidur, sebaiknya dilakukan sejak anak berusia 7 tahun, sebagaimana pesan Rasulullah SAW, “Suruhlah anak-anakmu shalat ketika mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak mau shalat) ketika mereka berumur sepuluh tahun; dan pisahkanlan tempat tidur mereka “ (HR. Abu Dawud).

Kedua, ajari anak untuk bisa mengendalikan diri 
Khususnya dengan cara banyak menundukkan pandang dan menjauhkan sejauh-jauhnya dari pergaulan yang tidak selayaknya. Anak lelaki juga sebaiknya lebih banyak berpuasa, sebab puasa bisa mencegah dari perilaku yang tidak semestinya.

Menurut Richard Brodie dalam buku Virus of The Mind, kaum Adam merupakan objek pornografi yang paling empuk. Sedangkan berdasarkan penelitian Soetjiningsih (2008), perilaku seksual pranikah pada remaja laki-laki ternyata juga lebih besar daripada remaja perempuan.

Paparan pornografi yang menimpa kaum lelaki, ditengarai juga merupakan hasil dari strategi marketing bisnis pornografi global. Sangat mengerikan, bahwa menurut Attorney General’s Final Report on Pornography  bisnis pornografi (baik dari majalah, internet, tabloid, dan lain-lain) ternyata memilih target market anak usia remaja, khususnya laki-laki berusia 12 sampai 17 tahun[1].

Mengapa lelaki menjadi sasaran bisnis pornografi? Menurut penjelasan Mark B. Kastleman dalam buku The Drug of the New Millennium - The Brain Science Behind Internet Pornography Use, alasannya adalah karena lelaki merupakan makhluk yang sangat kuat secara visual, lebih cepat bergairah, cenderung menyukai kepraktisan dalam pemuasan kebutuhan biologis. Lelaki juga memiliki hormon testosteron hingga 20 kali lebih banyak daripada perempuan, dan otak lelaki juga cenderung cepat fokus, termasuk dalam pemenuhan kebutuhan biologis.

Meskipun memiliki potensi-potensi sebagaimana tersebut di atas, sebenarnya kaum lelaki bisa menjaga diri. Dalam ajaran agama, kita mengenal istilah ghadul bashar atau menundukkan pandangan, yang prinsipnya adalah memiminalisir stimulus yang masuk ke dalam organ penglihatan. Semakin tingginya tingkat religiusitas, menurut Soetjiningsih (2008) juga bisa menjadi salah satu benteng menghadapi serbuan pornografi. Selain itu, kualitas hubungan orangtua dengan anak yang lebih intensif, menguatnya self-esteem, juga ketegasan dan keterampilan menolak tekanan negatif teman sebaya, serta berusaha keras meminimalkan eksposur media pornografi, juga akan mampu menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak semestinya.[2]

Ketiga, pilihkan lingkungan yang kondusif untuk anak 
Penelitian Khoirul Anam (2015) dan Soetjiningsih (2008) menunjukkan bahwa perilaku seksual yang tidak semestinya, serta kegemaran mengakses situs pornografi pada remaja tidak sekedar tercipta dan ditentukan oleh tindakan rasional semata, namun dipengaruhi pula oleh kelompok pergaulan dimana mereka berinteraksi. Pada penelitian tersebut, Anam menggunakan teori Habituasi Pierre Fellix Bourdie, di mana perilaku remaja putra dalam mengakses situs pornografi merupakan aktivitas yang terbentuk akibat pembiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang.[3]. Jika perlu, pilihlah sekolah yang antara lelaki dan perempuan memiliki kelas terpisah, atau sekolah khusus lelaki saja.

Keempat, perbanyak anak untuk melakukan aktivitas yang menguras energi
Misal olahraga, kepanduan, pecinta alam, dan sebagainya. Selain bisa membentuk maskulinitasnya, aktivitas tersebut akan membuat anak lelaki tidak berpikiran macam-macam yang bisa menjerumuskan dirinya ke hal-hal yang tidak diinginkan.

Kelima, dampingilah anak dengan porsi seimbang antara ibu dan ayah
Masa remaja, menurut psikolog G. Stanley Hall adalah masa stoorm and stress. Pendampingan ibu dan ayah akan sangat mampu memberikan rasa nyaman kepada mereka. Sebaiknya, porsi pendampingan seimbanng antara ayah dan ibu. Jika porsi ayah kurang, anak akan cenderung kecewek-cewekan, jika porsi ibu kurang, anak akan terlalu keras, maskulin dan kurang lembut. Pilihlah cara pendampingan sebagaimana sahabat, karena anak remaja akan lebih senang curhat dan terbuka pada sosok yang dianggap sebagai sahabatnya.

Itulah beberapa poin penting yang perlu diperhatikan dalam edukasi seks anak lelaki. Selamat mempraktikkan!

Referensi: 
[1] Supriyati & Fikawati. 2009. EFEK PAPARAN PORNOGRAFI PADA REMAJA SMP NEGERI KOTA PONTIANAK TAHUN 2008. MAKARA, SOSIAL HUMANIORA, VOL. 13, NO. 1, JULI 2009: 48-56
[2] Soetjiningsih. 2008.Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja (Tesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
[3] Anam, Khoirul. 2015. PERILAKU REMAJA MENGAKSES SITUS PORNOGRAFI ( Studi Fenomenologi Tentang Perilaku Remaja Mengakses Situs Pornografi Di Kecamatan Jebres, Surakarta). SOSIALITAS; Jurnal Ilmiah Pend. Sos Ant. Vol 5, No 2 (2015).

Posting Komentar untuk "Parents, Inilah 5 Poin Penting Pendidikan Seks Untuk Anak Lelaki"