Jangan Pernah Memilih Untuk Tidak Setia
Kartun Kawanimut |
Hujah tengah mengucur dari langit dengan sangat deras,
ketika Narita membuka telepon
genggamnya. Sebuah
pesan masuk, dari Jaka, lelaki yang telah hampir tiga bulan ini masuk dan
hampir menguasai seluruh ruang dalam hatinya. Lelaki yang hampir membuatnya
lupa, bahwa saat ini, statusnya bukan lagi lajang. Dia istri orang. Johan,
hingga saat ini masih resmi sebagai suaminya.
“Aku tunggu
jawabanmu sekarang, Say… siapa yang akan kamu pilih. Aku, atau Johan! Aku sudah
siap berumah tangga, dan aku memilih kamu. Namun saat ini, aku tak mungkin
menikahimu karena kau adalah istri Johan.”
Perempuan itu terhenyak, antara kaget, cemas dan bingung. Sudah dia duga, bahwa suatu saat, pertanyaan
ini pasti akan datang. Tetapi, pertanyaan ini terlalu cepat. Dan, dia tak tahu
bagaimana harus menjawabnya.
Sejenak dia
menghela napas. Bayangan Johan tiba-tiba menari-nari di benaknya. Apa
yang salah dari suaminya itu?
Mengapa dia justru
berselingkuh? Apa kekurangan sang suami? Johan gagah, ganteng, kaya raya, sukses, terpandang, dan rajin
beribadah. Mengapa? Mengapa? Mengapa?
Tapi, Johan
tak pernah punya waktu untuknya. Johan memang mencukupi seluruh
kebutuhan hidup Narita,
bahkan berlimpah. Bergelimang
kemewahan. Narita mudah saja jalan-jalan ke luar negeri, shopping tanpa
takut isi dompet habis, memesan hotel semahal apapun, dan beli perhiasan
setinggi apapun nilainya. Namun, yang lebih dia butuhkan sebenarnya justru perhatian
dan kasih sayang. Johan hampir
tak punya waktu untuknya. Bahkan, seks pun, sepertinya hanya semata-mata
pemenuhan kebutuhannya.
Hujan kian
menderas, kembali HP Narita berdenting-denting, entah pesan dari siapa. Sejurus
kemudian, hening menerpa. Narita memilih menonaktifkan pesawat itu. Sekarang,
dia ingin berpikir jernih.
…………………………….
Pembaca, kisah yang saya tuliskan di atas, memang fiksi
belaka. Tetapi, pada faktanya, kejadian serupa banyak terjadi di tengah-tengah
kita. Mungkin Johan dan Narita
adalah tetangga, saudara, atau... jangan-jangan kita sendiri? Na’udzubillah, jangan
sampai, ya! Semoga rumah tangga yang kita bina, senantiasa diberikan
keselamatan dan perlindungan dari-Nya, hingga sakinah, mawaddah wa rahmah
selamanya.
Sekarang, mari coba kita bahas, apa sebenarnya yang terjadi
pada pasangan Johan dan Narita? Mari pahami duduk perkaranya. Semoga
dengan memahami hal tersebut, kita tidak bisa belajar dari kasus tersebut.
Narita,
sang istri selingkuh, sebab dia merasa tak pernah dicurahi cinta dan kasih
sayang dari suaminya. Johan
memang berlimpah harta, namun, sang suami yang sangat sibuk bekerja, jarang
sekali memiliki waktu khusus untuk dia. Dalam keadaan kesepian dan butuh kasih
sayang, seorang pria datang dengan segala keromantisan dan bujuk rayunya. Maka,
terjadilah peristiwa itu. Narita
jatuh cinta pada lelaki lain.
Selingkuh.
Sekilas, persoalan itu seperti sepele. Mungkin kita bisa dengan
mudah menudingkan jari kepada Narita,
“Kamu tuh, istri tak tahu diuntung! Jarang-jarang ada suami seperti Johan, eh, kamu malah
selingkuh!”
Ssst, tahan dulu wahai, Mama! Narita memang bersalah. Tetapi, mari
kita pahami dahulu, mengapa Narita
tergelincir untuk tidak setia kepada Johan.
TIGA DIMENSI CINTA
Ada sebuah teori yang sangat terkenal tentang cinta, yang
dicetuskan oleh Robert Stenberg, seorang psikolog ternama dari Amerika Serikat. Teori itu disebut dengan Teori
Segitiga Cinta (the Triangular Theory of Love). Menurut Robert Stenberg, cinta itu memiliki
tiga dimensi, yakni passion (hasrat, gairah, gelora seksual, birahi), intimacy (keintiman, kedekatan, keakraban, persahabatan) dan commitment atau decision
(komitmen, sikap
bertanggungjawab dan
memutuskan untuk hidup bersama dengan segala hak dan kewajibannya).
Idealnya, para pecinta memadukan tiga hal ini dalam racikan cintanya, dengan
dosis yang sama, sehingga membentuk segitiga dengan sudut yang sama. Menurut Stenberg, hal tersebut adalah cinta yang sempurna. Itulah mengapa teori ini disebut dengan teori segitiga
cinta.
Jadi, rumah
tangga yang ideal, mestinya terbangun dari tiga dimensi tersebut di atas. Jika
akhirnya ada dimensi yang menipis, dimensi lain sebaiknya menguat. Misal, semakin
menua, mungkin passion (gairah seksual) akan semakin menipis, namun tak
mengapa jika dimensi intimacy meninggi dan komitmen tidak hilang.
Memang, pada
kenyataannya, sulit sekali untuk mengkolaborasikan tiga dimensi tersebut
sekaligus. Sehingga, banyak ikatan pernikahan ternyata hanya dibangun oleh dua
atau bahkan hanya satu dimensi
belaka. Ada pasangan yang sangat meledak-ledak dalam passion, jatuh cinta “gila-gilaan”,
tetapi lupa merawat keakraban dan juga sulit untuk menerapkan komitmen. Ada
juga yang seperti Johan, dimensi
commitment sangat mendominasi, sampai-sampai menegasikan dua dimensi yang lain. Dia bekerja
keras untuk memenuhi kewajibannya sebagai ayah dan suami, membanting tulang
mencari nafkah dan membesarkan bisnisnya. Semua itu tentu dia lakukan untuk
kebahagiaan Narita. Sayang, karena terlalu sibuk, dia sangat minus dalam
masalah pemenuhan kasih sayang (intimacy), dan bahkan seks pun (passion)
hanya dilakukan sekadar pemenuhan kebutuhan biologisnya selalu lelaki.
Dalam istilah Robert Stenberg, cinta yang hanya menyisakan commitment belaka disebut
dengan Empty Love (Cinta yang Kosong). Itulah yang tengah terjadi pada pasangan Johan
dan Narita. Sang istri sulit menerima hal tersebut. Karena itu, begitu
datang lelaki lain yang menawarkan kehangatan dan kasih sayang, dia memilih berpaling dari Johan. Apakah Narita salah? Tetap salah,
karena dia telah
menanggalkan dimensi komitmen. Jika satu-satunya yang tersisa pun hilang, apa
lagi yang bisa dipertahankan?
Di dalam ajaran agama—apapun, komitmen adalah sesuatu yang
sangat besar nilainya. Menurut ajaran
agama Islam misalnya, komitmen diwujudkan dengan AQAD NIKAH yang merupakan
sebuah perjanjian yang sangat kuat dan agung (MITSAQON GHOLIDZHO). Meskipun
secara akal sehat, apa yang dilakukan Marita itu bisa diterima
nalar, secara agama, dia telah memutus sebuah perjanjian yang sangat
kuat tersebut dengan cara yang tidak sesuai syariah, yakni perselingkuhan.
Ya, kadang, di dalam kehidupan rumah tangga, kita memang
harus bersabar dengan semua yang terjadi. Problematika yang ada, seyogyanya
dimenej dengan baik, sehingga jangan sampai kita menanggalkan komitmen berupa
memutus aqad nikah yang sangat luhur tersebut.
Di dalam berumah tangga, cinta saja tidak cukup. Yang paling
utama adalah komitmen kuat, yang merupakan ujud dari sebuah kesetiaan. Jangan
pernah memilih untuk tidak setia, meskipun rumah tangga kita kering akan cinta.
Yang perlu kita lakukan bukan memutus komitmen, karena itu sama halnya dengan
mencabut pohon rumah tangga dan membiarkan mati. Jika pohon rumah tangga layu,
maka yang perlu dilakukan adalah dengan menyirami, memupuk, dan menjauhkan dari
teriknya sinar matahari.
Narita harus cepat memutuskan untuk meninggalkan
selingkuhannya. Kembalilah kepada Johan, dan mencoba merefresh kembali hubungan
cintanya. Johan juga harus introspeksi, bahwa dia butuh merawat cinta dengan
sentuhan kasih sayang.
Sekali lagi, jangan pernah memilih untuk tidak setia, meski
sang selingkuhan menjanjikan kehidupan yang penuh dengan gairah dan luapan
kasih sayang.
_____________________
Butuh Bekal Nikah?
Yuk, dapatkan 5 buku ini, hanya Rp 150.000 sudah bebas ongkir. Info LENGKAP klik SINI
_____________________
Butuh Bekal Nikah?
Yuk, dapatkan 5 buku ini, hanya Rp 150.000 sudah bebas ongkir. Info LENGKAP klik SINI
2 komentar untuk "Jangan Pernah Memilih Untuk Tidak Setia"
Bagus mbak artikelnya (y)
Terimakasih ya, Dedi
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!