Widget HTML #1

Cinta Suci Adinda: Dari Riset ke RSJ hingga Kebakaran Hutan di Sumatera


Alhamdulillah, seakan menyambut milad saya yang ke-39, pada bulan Februari, terbit satu novel saya: Cinta Suci Adinda. Novel bercover pink ini mungkin berbeda dengan novel-novel saya pada umumnya yang cenderung serius. Ya, novel ini lumayan easy reading. Namun, tentunya saya tidak mau novel ini disamakan dengan kerupuk yang lezat, berkeriuk namun minim gizi.

Cinta Suci Adinda bertutur tentang Adinda, perawat sederhana yang bekerja di sebuah Rumah Sakit Jiwa. Di RSJ tersebut juga terdapat seorang dokter spesialis kejiwaan yang tampan, terkenal dan sangat cerdas, yakni dr. Irhamuddin Prasetyo.

Adinda berasal dari keluarga miskin, pernah menjadi pembantu di keluarga Brata Kusuma yang kaya raya dan sangat terpandang. Karena kebaikan Brata Kusuma, Adinda pun disekolahkan hingga berhasil menjadi perawat. Ketika Brata Kusuma terpuruk dan didiagnosis skizofrenia (gila), Adinda berusaha keras mengobati sakit sang majikan, justru ketika keluarga besar Brata justru membiarkannya.

Sayang, usaha Adinda justru dianggap melanggar etika oleh keluarga Brata. Adinda pun diusir dari rumah tersebut. Brata sendiri dikurung dalam sebuah vila mewah di pegunungan.

Diam-diam, Adinda berusaha terus mengajak Brata berobat. Dia bahkan berani mengeluarkan biaya besar untuk membayar jasa dr. Irhamuddin.

Awalnya hanya interaksi antara dokter dengan perawat di RSJ, kemudian berubah menjadi dokter yang diminta mengobati pasiennya, Irham melihat banyak kejanggalan dari kedekatan Adinda dengan Brata Kusuma. Benarkah kedekatan itu hanya sekadar balas budi Adinda kepada lelaki tua itu? Dan, mengapa keluarga Brata bersikeras melawan usaha Adinda menyembuhkan ayah mereka?


OIKOS

Selain Cinta Suci Adinda, di novel ini juga terdapat bonus novelet berjudul OIKOS. Novelet ini terilhami dari oikos nomos (ekonomi) dan oikos logos (ekologi). Konflik kedua bidang ilmu ini sudah sedemikian kuat. Peristiwa kebakaran hutan yang terus menerus, menjadi alasan saya mengangkat kisah ini.

Tersebutlah dua sosok manusia bernama Oikos. Satu pria mapan, ekonom dan pebisnis andal. Satu perempuan, cerdas dan idealis, ekolog, aktivis lingkungan. Saat masih remaja, keduanya pernah jatuh cinta, tetapi memutuskan berpisah karena ekonomi dan ekologi sering menjelma bak bumi dan langit.

Mereka bertemu kembali ketika perusahaan Oikos sang ekonom membakar hutan di Sumatera, membuat bencana asap super hebat. Oikos sang ekolog bersuara keras melawan si pembakar hutan. Dalam keadaan berlawanan, bibit-bibit cinta justru kembali tumbuh. Lantas, apa yang terjadi dengan mereka?

Behind The Scene

Ketika baru saja menikah, suami saya yang saat itu masih ko-as, dan pada saat itu sedang di stase kejiwaan, mengajak saya main ke RSJ Surakarta yang berlokasi tak jauh dari kampus UNS. "Katanya ingin survey untuk novel terbarumu," ujar suami saya.

Wah, rasanya, girang bukan alang kepalang. Sudah lama saya ingin tahu, bagaimana sih, keadaan sebuah RSJ? Apa yang terjadi di sana, bagaimana kondisi pasiennya, dan sebagainya. Perizinan seperlunya saya urus, alhamdulillah, pihak rumah sakit tidak berkeberatan. Maka, saya pun mulai menyelusuri lokasi tersebut. Sesekali saya berdiri mengamati bangsal, melihat para pasien dengan segala perilakunya. Ada yang sedang menangis tersedu-sedu, ada yang tak henti-henti menyanyikan lagu India, ada yang marah-marah, dan sebagainya.

Survey, bagi saya sangat penting, agar bisa menghadirkan kisah yang terasa nyata. Akhirnya, lembar demi lembar cerita pun tersusun. Manuskrip novel tersebut saya beri judul "Cinta Adinda". Saat itu, belasan tahun silam, saya mencoba mengirim manuskrip novel ke Mas Ali Muakhir, editor di Mizan. Alhamdulillah, Mas Ali tertarik dan novel tersebut pun terbit. Ini covernya, masih 'unyu banget' khas novel Mizan zaman itu.


Alhamdulillah, sekitar setahun kemudian, novel ini dicetak ulang dengan cover baru, begini penampakannya!

Bagaimana pendapat Anda dengan cover kedua ini? Lebih realis? Tentu, di cover pertama, kesannya sangat meremaja, cover kedua lebih dewasa. Tetapi, tampaknya perbedaan cover ini sangat dipengaruhi dengan tren cover di penerbit tersebut yang memang berubah-ubah sesuai dengan zamannya.

Dengan difasilitasi Mizan, Cinta Adinda juga sempat diterjemahkan dalam bahasa Malaysia dan diterbitkan oleh Pelangi Books dengan judul "Kasih Adinda."

Hampir 10 tahun sesudah penerbitan edisi pertama, stok buku ini kosong, karena Mizan tak melanjutkan mencetak ulang. Nah, akhirnya, setelah perjanjian kerjasama dengan Mizan berakhir dan right buku ini sudah kembali ke saya, akhirnya saya mencoba untuk menulis ulang novel ini.

Cinta Adinda sempat saya posting secara bersambung di Fanpage Afifah Afra. Tak terduga, responnya sangat menggembirakan.

"Saya udah pernah baca, tapi bukunya hilang, tolong diterbitkan lagi, mbak."
"Wah, saya baru pernah baca tulisan mbak, meski namanya sudah sering saya dengar. Mau dong diterbitkan jadi buku."
"Mbak, mau banget ... ditunggu terbitnya."

Apa sih yang paling menggembirakan seorang penulis selain respon yang antusias dari pembaca? Setelah merevisi total, mengubah dan memperbaiki logika-logika cerita, menajamkan karakter dan sebagainya, akhirnya saya berikan manuskrip naskah ini ke Indiva. Oleh kru Indiva, untuk membedakan dengan buku pertama, judulnya sedikit diubah menjadi "Cinta Suci Adinda."

Oya, di dalam buku ini, ada juga novelet setebal 50 halaman (naskah aslinya, kuarto), atau sekitar 100 halaman (naskah jadinya) berjudul Oikos. Novelet ini belum pernah saya publikasikan di mana-mana. Berkisah tentang dua orang bernama Oikos, satunya seorang top manager di sebuah perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit. Satunya seorang aktivis lingkungan. Keduanya pernah saling jatuh cinta. Namun, keduanya harus berhadapan saat perusahaan di mana Oikos pria terlibat dalam pembakaran hutan di Sumatera.

Apa yang terjadi dengan keduanya? 



SINOPSIS:

Adinda ditangkap polisi? Siapa yang bisa percaya kabar itu? Adinda perawat lugu dan berhati selembut sutera. Tak mungkin dia terlibat dalam kriminalitas. Apalagi, tuduhan yang dilayangkan padanya sungguh tak masuk akal: menculik Brata Kusuma, sang penderita skizofrenia yang tak lain adalah mantan majikannya.

Pria itu bagai mutiara bagi Adinda, selalu dirawat dan dijaga. Irham, dokter jiwa ternama itu menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa besar pengorbanan Adinda untuk Brata Kusuma. Rasanya mustahil dia menjadi aktor di balik penculikan Brata Kusuma.

Irham memang tak percaya gadis selugu Adinda terlibat kasus pelanggaran hukum, namun di saat bersamaan, Irham mendapati hubungan yang janggal antara Adinda dan Brata Kusuma. Ya, sebuah interaksi aneh. Tak lagi sekadar hubungan pasien dan perawatnya.

Dokter Irhamudin Prasetya semakin terbebat ketidakmengertian. Bukan sekadar karena kelit kelindan kehidupan yang kian sulit dicerna, namun juga dirinya yang akhirnya menyadari, bahwa daya tarik Adinda telah membuatnya pria terhormat seperti dirinya, justru jatuh pada gadis sederhana yang jauh dari standar idealnya.

Cinta Suci Adinda merupakan novel yang bertutur tentang loyalitas, totalitas dan kesederhanaan yang menawan dari seorang perawat bernama Adinda.

Selain Cinta Suci Adinda, sebuah novelet cantik berjudul “Oikos” pun dipersembahkan Afifah Afra dalam buku ini. Sebuan novelet dengan latar belakang peristiwa kebakaran hutan di Sumatera beberapa waktu silam.

Selamat membaca!

Judul: Cinta Suci Adinda
Penulis: Afifah Afra
Tebal: 368 hlm
Ukuran: 13 x 19 cm
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Harga: Rp 75.000
Harga diskon: Rp 55.000

MINAT? Bisa beli DI SINI.

Posting Komentar untuk "Cinta Suci Adinda: Dari Riset ke RSJ hingga Kebakaran Hutan di Sumatera"