Anak Sakit? Tak Usah Panik, Kerjakan 3 Hal Ini

Foto: PxHere.com
Mungkin Anda pernah mengalami kejadian seperti yang menimpa Riyanti (bukan nama sebenarnya) ini? Suatu hari, selepas beraktivitas dari profesinya di kantor Riyanti panik bukan kepalang. Pasalnya, begitu turun dari mobilnya, dia langsung disambut khadimatnya yang gugup bercerita, bahwa anak bungsunya, Fariz sakit panas. 

Riyanti tak habis pikir. Baru sebulan yang lalu Fariz juga sakit batuk pilek. Mengapa Fariz begitu mudah sakit? Dengan dada sesak, Riyanti menghambur ke kamar Fariz. Dilihatnya si bungsu yang baru berusia 3 tahun itu terbaring lemas di atas tempat tidur. Wajahnya yang biasanya ceria, terlihat pias. 

Sambil memeriksa suhu badan Fariz, Riyanti pun mengomeli khadimatnya. Dia menyalahkan khadimatnya yang membiarkan Fariz terus bermain-main air di kamar mandi. Dengan perasaan bersalah, khadimatnya mencoba menerangkan bahwa dia sudah berusaha untuk membujuk Fariz agar tidak berlama-lama saat mandi, tetapi Fariz tetap bandel. Namun, Riyanti tak menerima penjelasan Fariz. Sambil terus marah-marah, dia membawa Fariz pergi ke dokter langganannya saat itu juga. 

Anak Memang Relatif Lebih Mudah Sakit

Sebagai ibu, mungkin kita sering mengalami hal seperti Riyanti. Panik dan cemas saat si buah hati mengalami hal-hal yang tidak kita inginkan. Namun, haruskah kita bersikap kalut seperti itu? 

Sebenarnya, anak lebih sering sakit ketimbang orang dewasa itu wajar. Menurut dr. Indriyati Oktaviano, staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah Surakarta, “Anak memang lebih gampang sakit dibanding orang dewasa, karena sistem imunnya belum berkembang sempurna.” 

Ketika seorang bayi keluar dari rahim ibunya, banyak sekali perubahan yang terjadi dari keadaan dalam rahim (intrauterine) ke kondisi luar rahim (ekstrauterine), sehingga bayi harus melakukan adaptasi. Dalam kondisi intrauterine, bayi terlindung dari serangan bakteri, virus dan sebagainya. 

Namun, ketika bayi terlahir, bayi  akan mulai terpapar berbagai mikroorganisme. Lalu, semakin bayi itu membesar, sistem imun atau kekebalan tubuh akan semakin kuat, dan akan semakin jarang sakit.

Akan tetapi, lanjut Dr Indriyati Oktaviano, “Untuk bisa sakit, memang bukan faktor tunggal itu (sistem imun—red.) saja. Penyebab sakit itu multifaktor. Ada faktor host atau individu seperti genetik, status gizi, dan daya tahan tubuh; faktor lingkungan, misal sanitasi, paparan polusi udara; juga ada faktor agent atau mikroba penyebab sakit seperti virus dan bakteri. Artinya, meskipun sistem imun belum terbentuk, asal faktor-faktor lain terpenuhi, anak akan relatif lebih sehat.”

Jangan Terlalu Panik, Jangan Terlalu Abai

Menurut jurnal “Sinusitis Pada Anak” yang ditulis oleh Rinaldi, Helmi M. Lubis dkk, yang dimuat di Jurnal Sari Pediatri, IDAI, Vol. 7, No. 4, Maret 2006, rata-rata anak-anak mengalami infeksi saluran napas akut sebanyak 6-8 kali dalam setahun, sementara orang dewasa hanya 2-3 kali dalam setahun. Namun begitu, tak lantas kita membiarkan begitu saja anak mengalami penyakit tersebut. Kita harus sensitif terhadap sakit yang diderita si anak, tetapi sikap panik tentu tidak tepat. Jika orang tua terlalu panik, secara psikologis anak juga akan terpengaruh, misal ikut menjadi cemas, kalut, bingung yang justru akan memperparah sakitnya.

Banyak ibu yang khawatir anaknya sering sakit, lantas si anak dilarang melakukan aktivitas-aktivitas yang menurutnya mendekatkan pada sumber penyakit, misal main pasir, masuk kebun, nyebur kolam. Padahal, aktivitas-aktivitas semacam itu, seringkali justru akan mengasah kreativitas dan imajinasi anak.  

Di dalam dunia medis, dikenal The Hygiene Hypothesis, dikeluarkan oleh Marc McMorris, M.D., seorang pediatric allergist dari University of Michigan. Menurut teori tersebut, hidup terlalu steril, tak membiarkan setitik debu pun ada di rumah kita, justru akan membuat sistem imun tidak bisa berkembang. Anak-anak memang akan terhindar dari sumber penyakit, tetapi di satu sisi terkena resiko alergi. “Sistem imun saat ini tidak sebaik sekitar 50 tahun yang lalu, karena terlalu memproteksi anak dari kuman dan kotor,” kata McMorris, sebagaimana dikutip dari rilisnya di 
sciencedaily.com.

Akan tetapi, terlalu abai dengan penyakit anak juga berbahaya. Orang Jawa misalnya, seringkali mengistilahkan penyakit dengan masuk angin. Obatnya simpel, kerokan, mau penyakit apapun obatnya sama. Atau jika pada anak, cukup dikasih minyak kayu putih. Padahal, acapkali penyakit yang diderita anak, harus segera diobservasi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Tetap Tenang Menghadapi Anak Sakit
Sebagai orangtua, sebenarnya wajar jika panik saat mengetahui anak sakit. Namun, apapun yang terjadi, bersikap tenang pasti akan jauh lebih menguntungkan. Apa saja yang harus dilakukan jika anak sakit?

Pertama, kenali kedaruratan penyakit si anak
Ada penyakit yang harus segera ditangani di Unit Gawat Darurat, ada yang tidak. Beberapa penyakit yang harus segera dibawa ke UGD, menurut dr. Indriyato Oktaviano di antaranya: 
  1. Bila anak diare lebih dari 4 kali dengan muntah, yang menyebabkan dehidrasi. Cirinya rasa haus yang terus menerus. 
  2. Jika demam tinggi yang disertai kejang (penting disediakan thermometer di rumah)
  3. Jika anak sesak napas dengan frekuensi napas lebih dari 30 kali/menit (normalnya 16-28 kali/menit pada anak-anak, khususnya pada Balita). 
  4. Jika anak luka sobek, harus segera di UGD untuk dijahit dan diberi anti tetanus.
Kedua, lakukan observasi
Sementara, jika penyakit tidak termasuk dalam yang dicirikan sebagai darurat, misal batuk, pilek, demam yang tidak terlalu tinggi, bisa dilakukan observasi 1 x 24 jam. Berilah banyak air minum dan obat pereda panas. Sambil melakukan observasi, kita bisa mencari informasi yang valid, misal dengan browsing situs yang memiliki kredibilitas baik. Kita bisa juga bertanya kepada orang-orang yang berpengalaman, atau membuka-buka buku tentang kesehatan yang kita miliki.

Periksakan ke dokter
Baru jika sakit anak tak juga membaik, segeralah pergi ke dokter untuk diperiksa lebih lanjut. 

Jadi, jangan pernah lagi merasa panik ya?

Posting Komentar untuk "Anak Sakit? Tak Usah Panik, Kerjakan 3 Hal Ini"