Catatan Piala Dunia #1: Mari Belajar dari Edinson Cavani!
![]() |
Salah dan Cavani berpelukan (foto: mykhel.com) |
Di tengah sorak-sorai penonton, khususnya euforia pendukung Uruguay yang sedang meledak disebabkan kemenangan timnya yang menundukkan Mesir, ada satu pemandangan menarik. Salah seorang bintang Uruguay, Edinson Cavani, terlihat mencari-cari sosok salah seorang pemain Mesir yang duduk di bangku cadangan karena belum pulih dari cedera. Begitu bertemu, tanpa ragu Cavani meminta jersey sang pemain Mesir untuk dia berikan kepada anak-anaknya yang sangat ngefans dengan pemain Mesir itu.
Sang pemain Mesir pun dengan senang hati memberikan jersey
itu kepada Cavani. Mereka berpelukan, dan dihujani jepretan kamera ribuan
wartawan seluruh dunia.
![]() |
Mohamed Salah (tengah, foto: dailystar.co.uk) |
Siapakah pemain Mesir tersebut? Ya, dia adalah Mohamed
Salah. Memang, saat itu Salah tidak diturunkan. Pemuda 25 tahun itu belum benar-benar
pulih dari cedera dislocated shoulder,
saat ‘duel’ dengan Sergio Ramos di final UCL akhir Mei kemarin. Hasilnya, Mesir
ditekuk Uruguay. Dan Anda, penggemar Mesir, memang harus gigit jari, karena
Mesir benar-benar dipastikan angkat koper lebih dini dari Rusia setelah
impiannya dihancurkan tuan rumah semalam, dini hari (20/6/2018).
Meski begitu, sebagai seorang ibu sekaligus penggemar bola, apalagi
anak-anak saya juga suka bola, saya benar-benar terkesan dengan adegan
mengharukan tersebut. Ada beberapa catatan positif saya tentang sepenggal
episode humanis itu.
Pertama, meski ngetop dan punya catatan bagus di sepak bola,
Cavani yang sehari-hari merumput di PSG (Paris Saint-Germain) ini tidak
sombong. Cavani memiliki rekam jejak yang cemerlang. Total sepanjang karir
profesioanlnya, dia mencetak 324 gol. Puluhan gelar individu dan tim berhasil
dikantongi. Musim kemarin, Edinson Cavani juga menjadi top scorer Liga Perancis
dengan 28 gol, mengalahkan si pemain bintang super mahal, Neymar yang 'hanya'
mencetak 19 gol.
Namun, sekali lagi, Cavani tidak jumawa. Bayangkan, Uruguay
saat itu adalah pemenang, dan Mesir kalah. Namun kekalahan Mesir tidak membuat
Cavani ngelunjak. Dia tetap menghargai bahwa ada sosok pemain bintang di kubu
lawan, yaitu Mohamed Shalah. Prestasi cowok itu memang juga keren. Meski
Liverpool hanya mendarat di posisi 4 liga Inggris, tetapi tim yang dibela Salah
mampu masuk ke final Liga Champions. Mohamed Salah sendiri berhasil menjadi top
scorer Liga Inggris dengan 32 gol.
Jadi, Cavani dan Salah adalah sama-sama top scorer,
sama-sama pemain bintang. Ternyata, kebintangan mereka tidak hanya pada cara
menggocek bola, tetapi juga dalam soal karakter dan keteladanan.
Terlalu banyak kejadian di negeri kita, di mana dua kubu
yang bertarung tetap saja ogah mengakui keunggulan masing-masing. Yang menang
ngelunjak, yang kalah gagal move on. Sepertinya, kita harus belajar banyak
kepada Cavani.
Kedua, saya terkesan dengan bagaimana Cavani bersikap
terhadap anak-anaknya yang disebut-sebut ngefans dengan Mohamed Salah. Usaha
Cavani mendapatkan jersery Salah, saya bayangkan seperti ayah saya yang susah
payah membelikan buku kegemaran anak-anaknya. Ketika dalam kondisi gerimis,
beliau datang dengan seplastik besar buku sewaan, perasaan kami girang luar
biasa.
Saya bisa membayangkan, bagaimana perasaan anak-anak Cavani,
saat sang Papa datang membawa jersey Mohamed Salah. Uniknya, itu jersey dari
seorang lawan!
![]() |
Cavani |
Seandainya Cavani seorang yang egois, mungkin dia akan
bilang kepada anak-anaknya, “Ngapain kalian ngefans orang lain, Papa aja nggak
kalah hebat dibanding dia, kok…” Tetapi, apa yang dilakukan oleh Cavani ternyata sebaliknya. Betapa rendah hati!
Ah, kadang, kita memang harus banyak belajar dari sekitar
kita, termasuk belajar kepada seorang Edinson Cavani.
1 komentar untuk "Catatan Piala Dunia #1: Mari Belajar dari Edinson Cavani!"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!