Widget HTML #1

Jangan Sepelekan Mitsaaqan Ghaliidza!

Foto: goodwp.com


Beberapa hari ini, saya merasa bahagia. Kebahagiaan yang tiada tara, melebihi saat gajian atau mendapatkan royalti dalam jumlah berjeti-jeti. Pasalnya, sepasang suami istri yang saya kenal, yang awalnya sudah bersikeras hendak bercerai, tiba-tiba memutuskan untuk kembali bersatu. Ya, meski kata talak belum terucap, sempat ada ketegangan luar biasa yang membuat mereka hampir saja memutus perjanjian suci yang pernah terucap bertahun-tahun yang lalu.

Menurut kabar yang saya dengar, mereka memutuskan saling memaafkan dan mengubur segala kesalahan. Sebab, setelah introspeksi mendalam, ternyata mereka sama-sama memiliki andil dalam meletuskan konflik tersebut. Mari kita doakan, agar pasangan ini langgeng hingga maut memisahkan, dan mereka kembali bertemu di surga-Nya, kelak. Allahumma, amiin.

Pernikahan, memang bukan suatu hal yang main-main. Pengikat dari pernikahan adalah sebuah perjanjian yang sangat agung, yang disebut dengan istilah mitsaaqon ghaliidza. Dalam Al-Quran, kata mitsaqon ghalidza (perjanjian yang agung) disebutkan 3 kali.

Pertama, ketika Allah membuat perjanjian dengan para Nabi dan Rasul Ulul Azmi, yang terdapat pada Al-Quran surat Al-Ahzab: 7, yang artinya begini. "Dan ingatlah ketika Kami mengambil perjanjian (mitsaq) dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa Putra Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh (mitsaaqon ghaliidza)" (QS. Al-Ahzab: 7).

Sumber: tafsirq.com
Kedua, saat Allah mengangkat Bukit Thursina di atas kepala Bani Israil dan menyuruh mereka bersumpah setia, yakni di surat An-Nisa: 154. Allah menyuruh Bani Israil untuk masuk ke gerbang kota Baitul Maqdis sembari bersujud, dan juga memerintahkan untuk tidak melanggar peraturan mengenai hari sabtu. Inti dari ayat tersebut, adalah Bani Israil disuruh taat kepada Nabi Musa a.s. melewati satu perjanjian yang disebut dengan mitsaqon ghalidza.

Sumber: tafsirq.com
Ketiga, di surat An-Nisa ayat 21, yakni ayat yang berbicara tentang pernikahan. Mitsaaqon ghaliidza dipakai untuk menyebut perjanjian seorang suami kepada istrinya dan sebaliknya untuk tetap setia dalam ikatan perjanjian tersebut.

Sumber: tafsirq.com
Apakah kadar mitsaaqon ghaliidza pada ketiga ayat itu sama? Mungkin berbeda. Akan tetapi, penyebutan ketiga hal itu menjadi satu istilah, menujukkan pada betapa dahsyat nilai yang terkandung dalam perjanjian tersebut. 
Lantas, bagaimana akhir dari perjanjian tersebut? 
Pada kasus pertama, tak ada Rasul Ulul Azmi yang mengingkari mitsaqon ghalidza. Mereka terus berjuang sepenuh kesabaran, mendakwahkan ajaran tauhid di muka bumi, meskipun harus mengalami begitu banyak cobaan dan ujian yang sangat dahsyat. Turbulensi yang menimpa mereka bukan sekadar cobaan kecil, tetapi melebihi takaran manusia, bahkan nabi dan rasul yang lain. Tetapi, mereka tetap menggenggam erat perjanjian yang agung tersebut.

Kasus kedua, ternyata Bani Israil ingkar. Al-Quran mengisahkan bahwa keingkaran mereka sudah sampai pada tahap yang sangat mengerikan. Mereka tak hanya mendurhakai nabi Musa, tetapi sampai pada taraf di mana Allah kemudian menjuluki mereka sebagai Al-Maghdhuubu 'alaihim (golongan yang dimurkai). Na'udzubillah.
Bagaimana dengan kasus ketiga? Ternyata tidak semua pasangan suami istri menjaga perjanjian tersebut dengan sekuat tenaga. Jangankan menjaga, paham artinya saja mungkin tidak. Apalagi menjiwai maknanya. Buktinya, kasus-kasus perceraian dengan alasan-alasan yang tidak dibenarkan secara syariah terus bermunculan. Tetapi, setelah membaca artikel pendek ini, semoga kita semua bisa merenungi apa yang terkandung dari semua itu.
Meski kadarnya mungkin berbeda, suami atau istri yang dengan sengaja mengingkari perjanjian agung itu karena selingkuh, merasa tak lagi cinta, atau memutus ikatan tanpa alasan syar'i, ada satu kesamaan dengan Bani Israil yang ingkar: sama-sama mengkhianati mitsaqon ghalidza.
Jadi, jangan main-main dengan mistaqon ghalidza. Jagalah sekuat tenaga, jika perlu gigit kuat dengan geraham kita. Alasan tak cinta lagi bukan sebuah alasan yang dibenarkah, sebab cinta sebenarnya merupakan "sesuatu yang aktif", di mana jika kita rajin menyirami, pasti akan tumbuh berseri.
Ayo, belajarlah untuk setia, sebab yang sedang kau tempuh adalah mitsaqon ghalidza.
Eh, janji setia kamu di bawah pohon jambu, yang hanya disaksikan rembulan, nyamuk dan kadal, itu bukan mitsaqon ghalizha, tapi "Sumpah Firaun" hihi...

Posting Komentar untuk "Jangan Sepelekan Mitsaaqan Ghaliidza!"