Awas, Ada Bisikan Jahat ke Dalam Hati!
Alkisah, di negeri dongeng, Angin Badai dan Angin Sepoi-Sepoi sedang bertengkar
keras. Saling ngotot, saling adu mulut. Mereka
sama-sama ingin menunjukkan mana yang paling hebat di antara mereka.
“Tentu akulah yang
terhebat,” ujar si Angin Badai. “Sapuanku sangat kuat. Rumah dan gedung-gedung
bahkan bisa ambruk terkena diriku.”
“Siapa bilang? Aku lebih
hebat!” ujar si Angin Sepoi-Sepoi, tak mau kalah.
Akhirnya, tercapailah kesepakatan di
antara mereka, bahwa siapa yang bisa menjatuhkan seekor
monyet dari pohon, dialah yang terhebat.
Pada sesi pertama, si Angin Badai menggoyang dahan
sekuat-kuatnya, hingga pohon meliuk-liuk nyaris tumbang. Monyet yang sedang bermain di pohon kaget sekali. Namun,kekagetan itu tak
lama, sebab si monyet dengan cepat berpegangan sangat kuat, mendekap dahan. Walhasil, si Angin Badai tak mampu dia jatuhkan dari dahan. Semakin kuat angin bertiup, pegangan si monyet semakin erat.
Angin Badai menyerah.
“Kini giliranku!” ujar si Angin Sepoi-Sepoi. Dia pun
menghembuskan angin lembut kepada si monyet. Sangat lembut, sampai-sampai si monyet tak menyadari kedatangannya. Lama-lama,
si monyet merasakan juga angin lembut tersebut yang sungguh terasa sangat
nikmat. Si monyet pun akhirnya mengantuk dan tertidur,
sehingga pegangannya pun terlepas dan si monyet pun terjatuh.
“Nah, apa kataku?” Si
Angin Sepoi-Sepoi tertawa. “Aku lebih hebat dari kamu!”
Saya kurang tahu siapa yang mengarang kisah penuh hikmah di atas. Saya pernah mendapatkan cerita tersebut dari seorang penceramah, yang beliau juga bukan pengarangnya. Mohon jika ada yang tahu siapa pembuat cerita di atas, sampaikan salam dan ucapan terimakasih saya, karena sudah merangkai sebuah alur yang begitu penuh hikmah.
Inti sari dari posting saya memang sangat cocok jika diilustrasikan dengan kisah di atas.
Saya kurang tahu siapa yang mengarang kisah penuh hikmah di atas. Saya pernah mendapatkan cerita tersebut dari seorang penceramah, yang beliau juga bukan pengarangnya. Mohon jika ada yang tahu siapa pembuat cerita di atas, sampaikan salam dan ucapan terimakasih saya, karena sudah merangkai sebuah alur yang begitu penuh hikmah.
Inti sari dari posting saya memang sangat cocok jika diilustrasikan dengan kisah di atas.
Dalam kehidupan, seringkali kita merasakan bisikan-bisikan jahat dihembuskan ke dalam hati. Sesuatu yang dibisikkan dengan lembut,
seringkali justru menjerumuskan kita
kepada kehancuran, karena yang menjadi objek serangan adalah alam sadar kita. Ketika ada musuh yang mendatangi kita dengan suara keras, serangan jelas dan penghinaan vulgar, biasanya kita justru akan ekstrawaspada dan mampu mengerahkan segala yang kita miliki untuk bertahan, atau justru balik menyerang.
Akan tetapi, jika musuh itu adalah hembusan-hembusan yang melenakan, seringkali kita justru tak mampu mengantisipasi dengan baik.
Dalam Al-Quran, khususnya surat An-Nas, kita mendapati istilah Al-Khannas. Apa sih, definisinya? Menurut guru ngaji saya, juga beberapa buku tafsir yang saya baca, Al-Khannas adalah setan yang tugasnya menghembuskan ‘waswisu fii shudurrinnas’, membisikkan kejahatan ke dada manusia.
Akan tetapi, jika musuh itu adalah hembusan-hembusan yang melenakan, seringkali kita justru tak mampu mengantisipasi dengan baik.
Dalam Al-Quran, khususnya surat An-Nas, kita mendapati istilah Al-Khannas. Apa sih, definisinya? Menurut guru ngaji saya, juga beberapa buku tafsir yang saya baca, Al-Khannas adalah setan yang tugasnya menghembuskan ‘waswisu fii shudurrinnas’, membisikkan kejahatan ke dada manusia.
Bisikan itu begitu
lembut, tak terasa, membuat kita kehilangan kewaspadaan. Menyamarkan kebathilan
dengan kebaikan. Semua jadi campur aduk.
Al-Khannas ini adalah setan, tetapi bentuknya bisa berupa jin dan manusia. Kadar bahayanya sungguh luar biasa. Karena itu, untuk
berlindung dari kejahatan Al-Khannas yang sangat licin ini,
kita perlu menyebut
nama Tuhan sebanyak tiga kali: Qul a’u
dhubi-Robbinnaas, Malikinnas, Illahinnas. Luar biasa! Kita berlindung kepada Tuhan sebagai Rabb, Malik sekaligus
Ilahi. Ini menunjukkan bahwa Al-Khannas memiliki daya rusak yang sangat tinggi, sehingga kita perlu meminta perlindungan ekstra dari-Nya.
Sebagai perbandingan, di surat Al-Falaq, kita hanya
sekali menyebut nama Tuhan, yaitu Robbil
Falaq, saat berlindung dari kejahatan makhluk-Nya, kejahatan malam yang
gulita, penyihir dan para pendengki. Qul a'u dzubirabbil falaq. Min syarri maa khalaq. Katakanlah aku berlindung kepada Rabbil Falaq (Tuhan Penguasa waktu subuh), dari kejahatan makhluq yang Dia ciptakan-Nya.
Catat, ya! Saat meminta perlindungan dari Al-Khannas, kita menyebut tiga nama tuhan. Yakni Robbinnaas, Malikinnas, dan Illahinnas. Sedangkan saat meminta perlindungan dari makhluk-Nya, kita hanya menyebut satu nama tuhan, Rabbilfalaq.
Catat, ya! Saat meminta perlindungan dari Al-Khannas, kita menyebut tiga nama tuhan. Yakni Robbinnaas, Malikinnas, dan Illahinnas. Sedangkan saat meminta perlindungan dari makhluk-Nya, kita hanya menyebut satu nama tuhan, Rabbilfalaq.
Bukan berarti kejahatan deretan makhluk
yang ada dalam surat Al-falaq itu tidak berbahaya. Tetapi ternyata, bisikan
dalam hati itu sungguh lebih mengerikan, karena kadangkala kita terperdaya.
Bisikan itu kadang tidak kita sadari sebagai kejahatan. Misal prasangka buruk,
perasaan bangga berlebihan, perasaan paling hebat, meremehkan, meredahkan,
kecemasan berlebihan, dan sebagainya.
Bisikan-bisikan jahat itu kadang justru terasa sebagai kebenaran, sehingga
kita tertipu dan tak sadar mengikuti bisikan tersebut. Ya, bisikan jahat
bagaikan angin sepoi-sepoi yang membuat kita terlena dan akhirnya remuk karena
ketelenaan itu.
Mari kita berlindung
kepada Allah, dari was-was yang ditebarkan Al-Khannas, yang senang membisikkan
kejahatan di dada kita. Jangan sampai kita bertahan ketika badai ganas menerpa, namun justru jatuh saat dihembus angin sepoi-sepoi.
4 komentar untuk "Awas, Ada Bisikan Jahat ke Dalam Hati!"
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!