Telemedicine, Cara Praktis Mendapatkan Layanan Rumah Sakit dan Kesehatan Di Era Pandemi Corona Virus

foto: depositphotos.com

Boleh ya, saya nulis tema yang agak serius? Tema telemedicine! Wah, apa sih, telemedicine itu? Mungkin ada sebagian dari pembaca yang baru mendengar istilah ini. Apakah masih satu keluarga dengan telekomunikasi, telegram, atau malah telepati? Sama-sama menggunakan kata "tele" sih, tapi artinya jelas lain. Tapi, sebelum mendiskusikan lebih lanjut, perkenanankan saya menulis sedikit kisah saya ini ya...

* * *

Hari itu saya benar-benar merasa capek bukan main. Jam 9 persis saya mengantar ibu mertua saya periksa di rumah sakit terdekat. Beliau mengeluhkan kondisi matanya yang mulai sulit melihat dengan jelas. Ya, beliau mengalami katarak. Dulu, sekitar 5 tahun silam, kataraknya masih stadium awal. Tetapi akhir-akhir ini, tampaknya kondisi katarak beliau semakin memburuk. Beliau mulai kesulitan membaca, pandangannya kabur, apalagi jika malah hari, juga lebih silau terhadap cahaya. Untuk itulah kami memutuskan untuk datang ke rumah sakit terdekat untuk berkonsultasi pada ahlinya.

Jam 9 kami mulai antre di poliklinik, menunggu jadwal konsultasi dengan seorang dokter spesialis mata. Ternyata, antrenya puanjaaang, Sodara-sodara. Ada lebih dari selusin pasien yang sudah mendaftar. Kami dapat nomor hampir terakhir. Jika masing-masing pasien membutuhkan waktu sekitar 10 menit, kapan nih, jatah kami?

Saya mencoba santai. Ada buku kesayangan di tas, bisa untuk mengusir penat. Meeting dengan orang kantor bisa berlangsung secara online. Senang juga, karena di rumah sakit tersebut, tersedia tempat men-charge HP, sehingga tak khawatir lowbat.

Ibu juga tampak tenang dengan biji-biji tasbih di tangan beliau yang selalu bergulir, berdzikir. Jika sudah bersama tasbih, ibu biasanya akan larut dalam wiridannya.

Rasa tak tenang mulai muncul saat perawat tiba-tiba mengumumkan, bahwa dokter datang terlambat, karena ada suatu hal yang sangat penting.

Dan ternyata, jam 11, dokter baru datang. Ya, maklum saja sih, namanya juga dokter, pasti banyak urusan dan semua penting. Jam 13 kurang, baru kami dipanggil perawat. Alhamdulillah, dokternya ramah, dan pelayananannya efisien. Rasa capek menunggu berjam-jam sedikit berkurang.

Karena stadium sudah lanjut, ibu diminta untuk operasi sesuai dengan jadwal yang disepakati. Meski begitu, sambil menunggu pelaksanaan operasi, ada sejumlah obat yang harus dikonsumsi. Dokter pun memberikan resep untuk ditebus di bagian farmasi.

“Biar nggak lama antre resep, pakai aja Halodoc, mbak,” saran seorang perawat. "Nanti obatnya diantar ke rumah, kok."

Saat lewat di ruang poli tadi, saya memang sempat melihat banner Halodoc terpasang di sudut poli. Rumah sakit tempat kami berobat ini memang sudah bekerjasama dengan Halodoc. Tetapi, terus terang saat itu saya tidak (belum) berminat. Ya entahlah, takut ribet, malas download aplikasinya, dan sebagainya. Walhasil, saya memutuskan untuk antri di bagian farmasi. Dan... lagi-lagi, lama bingit, sodara-sodara! Lebih dari sejam kami antre di bagian farmasi. Ya wajar sih, sedang padat-padatnya pasien.

“Lho, nggak pakai Halodoc saja?” tanya suami saya pas menjemput kami. “Kan praktis. Apalagi, rumah sakitnya juga sudah kerjasama.”

Saya menggeleng. Masih belum connect nih, ceritanya, haha.... Memang saya ini masih termasuk generasi X, walaupun generasi X yang terakhir. Sebagai kelahiran 1979, saya bukan termasuk milenial, meski banyak berhubungan dengan anak-anak milenial. Jadi, agak kolot dengan teknologi, begitu... hihi.

Nah, kisah berubah ketika suatu saat saya bertemu dengan seorang sahabat, namanya Bunda Nurul. Dia bercerita bahwa sudah beberapa kali menggunakan jasa Halodoc. Katanya, dia sangat puas menggunakan Halodoc. Praktis banget, sebab habis periksa bisa langsung pulang, dan nanti obatnya diantar oleh Halodoc. Bisa juga konsultasi dengan dokter secara online, mencari rumah sakit terdekat, dan berbagai layanan menarik lainnya.

"Berapa standard kepuasanmu kalau dalam range 1-10," tanyaku padanya.
“Hm, 8 atau 9 deh!” jawabnya, still yakin gitu, deh. Saya percaya sih, kalau doski yang bilang. Tipe emak shalihah soalnya, hehe.

Saya nyengir. Tahu gini... ah, sudahlah!

Akhirnya, saya penasaran untuk mencari tahu, apa sih sebenarnya Halodoc ini? Ternyata, Halodoc adalah sebuah aplikasi yang dibikin untuk memberikan kemudahan pada masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan. Karena penasaran, saya akhirnya download juga aplikasinya.


Wow, ternyata sesuai ekspektasi. Ada berbagai fitur yang disediakan, Di antaranya: Tes Covid-19, Periksa Covid-19, Chat dengan Dokter, Beli Obat, Buat Janji dengan RS, sampai Update Covid-19, Pengingat Obat dan Kalkulator BMI.

Pada fitur Chat dengan Dokter, kita bisa melakukan chat secara instan dengan dokter umum dan spesialis, di mana saja, serta kapan saja.

Di layanana BELI OBAT, kita bisa membeli berbagai obat dan vitamin, yang bakal diantar dalam waktu sekitar sejam saja.

Kita bisa juga mencari rumah sakit terdekat dan melakukan kunjungan secara lebih praktis di fitur Buat Janji dengan RS. Lewat fitur ini, kita akan diberi rekomendasi Rumah Sakit Terdekat, tentunya yang sudah bekerjasama dengan Halodoc. Ajaib, karena kita bisa langsung buat janji, jadi kita akan bebas antre di RS. Merdekaaaa!

Beberapa layanan Halodoc

Orang seperti saya, yang sok sibuk (eh, sibuk beneran kok, suer, serius! hihi), pasti akan sangat butuh aplikasi yang membuat hidup jadi lebih efisien seperti Halodoc. Apalagi, di rumah saya ada Lansia yang pasti akan sangat membutuhkan keberadaan rumah sakit dengan segala pernak-perniknya. Kalau saya sih, berharap selalu sehat. Tetapi, sedia payung sebelum hujan itu selalu jauh lebih baik, bukan?

* * *

Sudah selesai ya, baca sekelumit cerita saya di atas? Nah, sekarang kita bahas soal telemedicine, ya. Telemedicine berasal dari kata tele dan medicine. Tele artinya jarak jauh, medicine adalah medis. Jadi, arti secara harfiah adalah semacam pemakaian teknologi komunikasi untuk memberikan pelayanan kesehatan jarak jauh. Secara konsep, telemedicine bisa dilihat di gambar ini, Sobat...

Ilustrasi: bangka.go.id

Di era pandemi seperti sekarang ini, rumah sakit juga menjadi salah satu momok yang menakutkan. Banyak kalangan wanti-wanti agar kita nggak usah dekat-dekat dengan rumah sakit. Jadi, kalau nggak penting-penting amat, mending tak usah ke rumah sakit. Nah, telemedicine merupakan salah satu solusi jitu untuk mengatasi problem kesehatan kita.

Baca juga: Menghadapi Virus Corona, Cukupkah Dengan Imunitas?

Dilansir dari forbes.com (4/5/2020), telemedicine, atau disebut juga telehealth, telah dan akan semakin menjadi tren di era pandemi serta pasca pandemi. Berdasarkan survey Sage Growth Partner (SGP) dan Black Book Market Research, 25% responden mengaku sudah menggunakan telehealth/telemedicine sebelum pandemi. Dan setelah wabah Covid-19 merebak, angkanya naik menjadi 59%.

Pengalaman saya berurusan dengan rumah sakit seperti tersebut di atas, berjam-jam antre, terjadi sebelum corona outbreak. Tentu akan sangat berisiko jika harus berlama-lama di rumah sakit pada kondisi semacam ini.

Layanan telemedicine benar-benar praktis dan efisien. Dan itu saya temukan di Halodoc. Nah, masih belum mau install aplikasinya? Nah, kalau sudah install, jangan dianggurin saja, kan malah cuma menghabiskan memori di HP kita. Manfaatkan ya, Guys!