Widget HTML #1

Selamat Jalan Menuju Keabadian, Ustadz Muinudinillah Bashri! Allah Merahmatimu

Ustadz Dr. Muinudinillah Bashri, Lc, MA


Tanggal 8 Desember 2020 kemarin, salah seorang ulama kharismatik, Ustadz Dr. Muinudinillah Bashri, Lc., MA, wafat. Rasa sedih masih terasa hingga saat ini. Berikut ini adalah kenangan saya atas sosok tawadhu tersebut.

Solo, 2003...

Suatu hari, saya dan sahabat saya, Dewi Zulaikhoh (almarhumah), berboncengan menggunakan vespa ke rumah beliau, Ustadz Muinudinillah Bashri. Saat itu, beliau tinggal di daerah Ngruki, Cemani. Kami bermaksud silaturahim ke rumah beliau. Sebelumnya, saya diperkenalkan kepada beliau oleh suami saya, Mas Ahmad. Saya yang saat itu menjadi ketua PPAP Seroja, ingin meminta nasihat beliau, sebagai sosok alim ulama yang karismatik.

"Silakan masuk," beliau menyambut kami dengan ramah. Saya dan Dewi pun masuk. Kami duduk di atas karpet yang dibentangkan. Percakapan yang akrab pun terjalin. Padahal, baru 2 kali saya bertemu. Pertama, saat diajak suami ikut taklim beliau yang berlangsung di rumah Pak Wiranto (sekarang ketua Yayasan Nurhidayah). Kedua, saat menjenguk putra pertama beliau, yang kecelakaan.

Beliau menyatakan bersedia menjadi penasihat PPAP Seroja, alhamdulillah. Banyak nasihat yang beliau berikan. Jelang maghrib, kami pamit pulang. Qodarullah, vespa Dewi macet. Ustadz pun keluar rumah. "Sudah, pakai motor saya saja, vespanya ditinggal, nanti saya masukkan ke bengkel dekat rumah."

MasyaAllah...

Saya dan suami memang banyak berguru, meski secara tidak formal kepada beliau. Sebagai salah satu bentuk takzim kami, saat anak kami kedua lahir, Rama, kami membawa bayi Rama yang masih berusia 3 hari ke rumah beliau. Saat itu, bulan Oktober 2006. Bayi merah itu beliau pangku dengan luwes, lalu beliau tahnik dan didoakan. Kami memang biasa men-tahnik anak-anak kami kepada para ulama. Anak saya pertama, qodarullah, di-tahnik oleh Habib Salim, alias Dr. Salim Segaf Al Jufry. Kami sangat bersyukur, karena Habib Salim saat itu bersedia rawuh ke rumah kami untuk mentahnik puteri sulung saya, Syahidah.

Tahun 2007, saya kembali terlibat interaksi yang cukup intens dengan Ustadz Muin. Di Masjid Abu Bakar, Jajar, Surakarta, dekat kantor Penerbit Indiva Media Kreasi saat ini, beliau bertanya, "Saya pengin ngajak Mbak Yeni dan Mas Ahmad (nama suami saya) bikin penerbit untuk remaja. Apakah bisa dibikinkan konsepnya? Ini ada teman di Jakarta siap menjadi investor."

Saya terpana. Benarkah tawaran beliau itu? Bersama suami, saya brainstorming, membuat konsep penerbit yang beliau inginkan. Akhirnya, 1 Agustus 2007, PT Indiva Media Kreasi berdiri. Selain Ustadz Muin, saya, dan suami, pendiri yang lain adalah Pak Riyanto dan istri (Bu Eliana), Pak Herman Susilo dan Pak Nasirun Purwokartun.

Alhamdulillah, Indiva masih eksis sampai sekarang. Beliau sempat menjadi direktur Indiva sampai tahun 2013, lalu karena kesibukan yang luar biasa, beliau pun memasrahkan kepada saya dan tim. Beliau berstatus sebagai komisaris di Indiva.

Interaksi masih berlanjut, ketika kami memutuskan memasukkan anak-anak kami untuk berguru dengan beliau di Ponpes Ibnu Abbas. Si sulung Syahidah sekarang kelas 1 SMAIT Ibbas, dan nomor 2, Rama, di kelas 2 SMPIT Ibbas.

Ustadz Muin, beliau sosok yang ramah, entengan, humble, zuhud dan humoris. Kalau diskusi dengan beliau, topiknya bisa kemana-mana. Rasanya betah berbincang-bincang dengan beliau berlama-lama.
Meski saat ceramah beliau terlihat berapi-api, aslinya beliau sangat lembut dan penuh kasih sayang. Beberapa kali kami bertamu ke rumah beliau di Makamhaji. Beliau selalu menyambut hangat. Hidangan dibentangkan nyaris memenuhi karpet. Kami lesehan, duduk, dan beliau melayani. Mengambilkan piring, menyendok nasi, lalu diserahkan ke kami...

Puncak keindahan pertemuan terjadi di rooftop Masjidil Haram, di area 3 kubah rooftop, ketika kami menyimak nasihat beliau, saat musim haji 2018. Berlanjut di Mina, usai lempar jumroh, saat bertemu di sebuah acara silaturahim bersama ratusan pegiat dakwah seluruh dunia. Nasihat yang saya ingat saat itu, kita harus totalitas memperbaiki masyarakat lewat jalur apapun, termasuk politik. Ya totalitas. Beliau memang selalu totalitas. Bergerak kesana kemari dengan lincah, seakan tak pernah lelah berdakwah.

Ah, Ustadz... begitu banyak kenangan indah. Masih banyak cita-cita besar kita yang belum terlaksana.
Tetapi Allah SWT berkehendak lain. Allah memanggilmu, begitu mengagetkan. Karena sebelumnya Ustadz terlihat seperti biasa: bugar, semangat, penuh energi. Antum memang seperti tak pernah letih. Kesana kemari, menjalani aktivitas yang sangat padat. Tahu-tahu, mendapat kabar antum sakit. Dan... 8 desember 2020, seperti petir menggelegar, berita wafatnya antum, mengagetkan semua....

Ustadz, amanah antum akan kami laksanakan. Indiva adalah titipan antum. Bismillah, semoga kebaikan yang ditoreh dari 700 judul buku yang kini bertebaran, bisa menambah timbangan amal Ustadz...

Hari Kamis, tanggal 9 Desember, bakda subuh saya, suami dan kedua anak saya yang sudah besar, Syahidah (Anis) dan Rama meluncur ke Masjid Isyka, Makam Haji, sekitar 10 KM dari rumah saya, untuk menshalati jenazah beliau dan mengantar ke makam.

Selamat jalan, Ustadz. Kami sangat mencintaimu. Tapi Allah lebih cinta padamu.

Afifah Afra

1 komentar untuk "Selamat Jalan Menuju Keabadian, Ustadz Muinudinillah Bashri! Allah Merahmatimu"

Comment Author Avatar
Masya Allah guru panutan kami di kuttab Ibnu Abbas...kami bersaksi atas semua kebaikan ustadz...

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!