Ingin Rumah Tangga Harmonis? Cermati 5 Hal Ini, Yuk!


Rumah tangga harmonis adalah impian semua orang. Sayang, tak semua dari kita bisa mewujudkannya. Banyaknya permasalahan dengan suami atau istri, membuat rumah tangga harmonis kadang menjadi impian semata.

Ya... bicara soal interaksi dengan pasangan hidup, dalam hal ini suami, memang penuh dengan berbagai macam kisah. Ada suka, ada duka. Ada manis, ada pahit, juga kecut. Banyak sekali cerita miring seputar interaksi dengan suami, masuk ke telinga saya. Tak hanya mampir, tapi banyak juga yang bahkan sengaja berkonsultasi (ah, terlalu tinggi kata konsultasi, tepatnya mungkin sharing, atau curhat) tentang suami. Dengan dosis kekecewaan, kalau digambarkan emoticon, mulai dari sekadar bibir datar (tanpa ekspresi 😐), bibir melengkung ke bawah (😒), unamused 😓, confounded 😖, disapointed 😥, loudly crying 😭hingga angry 😡.

Hampir 4 tahun saya mengampu program Harmoni Keluarga di radio 92,1 MH FM Solo, tema-temanya kebanyakan soal rumah tangga harmonis. Banyak sekali respon masuk ke saya. 

Selain itu, setelah merilis buku trilogi Sayap-Sayap Sakinah, Sayap-Sayap Mawaddah dan Sayap-Sayap Rahmah--juga tentang tips membentuk rumah tangga harmonis, yang saya tulis bersama Riawani Elyta, berbagai feedback juga masuk ke saya. kebanyakan dari kaum Hawa. Mereka mengeluhkan kondisi suaminya masing-masing, dan berharap masukan dari saya.

Saya tidak akan menceritakan detil-detil kisah mereka. Tetapi, umumnya berkisar tentang soal-soal ini: selingkuh, suami yang dingin (tidak romantis), kekerasan dalam rumah tangga, suami tidak bisa memberikan nafkah yang cukup, suami posesif dan pencemburu, suami lebih perhatian pada ibu dan saudara-saudaranya.... dan sebagainya.

Tentunya, saya juga tidak akan membagikan secara detil, apa yang saya sampaikan ke mereka untuk mencoba mengurangi beban sakit hati dan kebaperan para sahabat tersebut. Hanya saja, memang ada beberapa poin penting yang sepertinya menjadi kunci dari permasalahan-permasalahan tersebut. Agar kita bisa mendapatkan rumah tangga harmonis, poin-poin itu tidak boleh kita abaikan.

Pertama, kurangnya komunikasi

Komunikasi adalah pilar penting rumah tangga harmonis. Tetapi, entah mengapa, meskipun sering disebut sebagai makhluk talkative, banyak kaum perempuan tidak atau belum mampu mengkomunikasikan keinginan dan perasaannya dengan baik kepada pasangan. Tetapi, memang beda kan ya, antara komunikatif dan banyak bicara. Bicara hanya salah satu dari bentuk komunikasi. Bicara jelas dibutuhkan untuk komunikasi, tetapi kebanyakan bicara, justru bikin komunikasi jadi tidak efektif.

Komunikasi memang tidak memecahkan masalah. Tetapi minimal bisa membuat kita memahami peta masalah, sehingga kita bisa sama-sama memberikan solusi. Komunikasi yang baik membuat kita jadi mengerti apa keinginan masing-masing. Keinginan tentu tak selalu bisa dipenuhi, tetapi minimal ada proses negosiasi atau menemukan jalan tengah, bisa jadi tidak memuaskan kedua belah pihak, tetapi setidaknya tidak mengecewakan kedua belah pihak.

Bagaimana berkomunikasi efektif? Saya memang belum punya artikel khusus di blog ini, dan belum berani berjanji menuliskannya (saya terlalu banyak janji membuat tulisan, dan banyak yang belum dipenuhi, hiks...). Tapi, buku-buku tentang komunikasi, banyak kok di toko-toko buku. Misalnya buku "Komunikasi Efektif" yang ditulis oleh pakar komunikasi, Prof. Deddy Mulyana.

Kedua, kurangnya perasaan saling menerima satu sama lain

Rumah tangga harmonis membutuhkan perasaan saling menerima satu sama lain. Banyak di antara kita, masuk ke gerbang pernikahan dengan membawa harapan yang begitu tinggi terhadap pasangan kita. Eh, ternyata begitu hidup bersama, tampak semua keburukan-keburukan dia yang selama ini tidak tertutupi, terbuka sedemikian terang-benderang.

Wajar sekali, suami-istri memang sangat dekat. Tak hanya serumah dan sekamar, tapi seranjang. Agama kita bahkan menghalalkan suami dan istri saling melihat sampai bagian-bagian yang harusnya ditutupi. Dengan teman-teman, saat kecewa, kita bisa menghindar untuk beberapa saat. Begitupun dengan orangtua dan saudara-saudara. Tetapi, itu tak bisa dilakukan saat bersama suami atau istri.

Sejatinya kita harus memahami, bahwa semua orang memang memiliki kekurangan masing-masing. Tak semestinya jika di satu sisi kita selalu memanfaatkan kelebihan orang lain, namun di sisi lain, tidak memaafkan kekurangannya. Tak ada orang sempurna. Yang sempurna hanya malaikat. Tapi, nggak enak lho, nikah sama malaikat, haha. Sebab, malaikat kan tidak punya nafsu. Jadi tidak tahu seperti apa makanan lezat, baju yang keren, jalan-jalan ke tempat asyik. Pekerjaannya ibadaaah terus, hehe. Just kidding! Karena itulah, Allah memberikan jodoh kepada kita dari jenis kita sendiri. Yakni sama-sama manusia.

Kata guru ngaji saya, bagi seorang istri, suami tetaplah kunci surga. Tetapi, pintunya bisa lewat sabar, atau syukur. Sabar dengan kekurangan-kekurangannya, syukur dengan kelebihan-kelebihannya. Maka, jika ternyata suami kita kekurangan dalam masalah nafkah, dan justru kita menjadi tulang punggung, bersabarlah. Siapa tahu, rezeki kita berasal dari doa-doa yang dia lantunkan dengan kesedihan, karena belum dibukakan pintu rezeki, juga rasa malu yang sangat, karena masih menjadi beban istri.

Memahami bahwa semua orang punya kekurangan dan kelebihan, membuat kita seimbang dalam sabar dan syukur. Dan itu akan membuat kita merasa legawa. Misalnya... kita akan berkesimpulan, iya sih, suami saya memang posesif, pencemburu berat, suka ngatur-ngatur, tetapi, kan dia sangat bertanggung jawab, sangat melindungi, dan sebagainya.

Ada memang suami yang kebangetaaaaan banget. Tapi, percayalah, sepertinya tidak ada suami yang sejahat Fir'aun, sementara, juga sangat jarang ada istri sebaik Asiyah binti Muzahim. 

Ketiga, terhentinya kegiatan merefresh mimpi, visi dan misi

Visi dan misi adalah hal penting dalam rumah tangga harmonis. Banyak rumah tangga menjadi tidak punya orientasi, salah satu alasannya, tak ada kegiatan merefresh visi dan misi. Padahal, salah satu alasan mengapa kita menikah dengan seseorang, adalah kesamaan visi dan misi, bukan? Adakah di antara teman-teman di sini yang menikah tanpa paham visi dan misi? Wah, ini tambah parah, hehe....

Suatu hari, saya pernah mendengar suami saya memberi nasihat kepada seseorang. Intinya begini, "Namanya rumah tangga, ya biasalah bentrok dengan istri. Saya juga kadang kecewa dengan istri. Tetapi saya tahu, bahwa berumah tangga adalah salah satu cara kami mewujudkan visi dan misi hidup. Sehingga saya berusaha untuk tidak mempedulikan hal-hal kecil, dan fokus pada hal besar, yakni menggapai visi dan misi tersebut."

Saya terentak mendengar pernyataan suami itu. Benar juga. Visi dan misi ibarat secercah cahaya dalam kegelapan. Juga kompas penunjuk arah. Memberikan kita petunjuk saat sedang dalam ketersesatan.

Visi dan misi kadang mati suri, atau pingsan sesaat. Kita perlu menghidupkannya kembali. Merefresh. Duduklah berdua dengan suami. Mulai berbicara, tentang filosofi kehidupan. Tentang perjuangan. Tentang visi. Tentang misi.

Keempat, Kurang Mampu Menahan Diri

Pada rumah tangga harmonis, pengendalian diri, atau kontrol diri, adalah kunci dari keharmonisan hubungan kita dengan siapa saja, apalagi suami. Ada kondisi dalam diri kita di mana emosi mendominasi, sehingga logika kita tertutup oleh luapan amarah. Dalam kondisi semacam itu, kita sering kehilangan kendali, sehingga melakukan hal-hal fatal yang akan kita sesali saat emosi sudah mereda. Tetapi, hati yang sudah terluka, akan sangat sulit untuk memaafkan.

Karena itu, kenali warna emosi kita. Kalau kita termasuk tipe yang mudah marah, coba jika kita merasa emosi mulai naik, segeralah tekan katup pengaman. Misal, hindari HP (daripada jempol kita nulis kata-kata yang buruk), pergi ke kamar dan mengunci pintu, berwudhu, ambil Al-Quran dan tilawah, ambil tasbih dan berzikir, dan sebagainya.

Kelima, Tidak Memiliki "Ventilasi Kehidupan"

Jika ingin mendapatkan rumah tangga harmonis, upayakan ada "ventilasi kehidupan". Bayangkan jika rumah tak ada ventilasi. Pasti sangat pengap, karena tidak ada sirkulasi udara yang membuat racun-racun keluar, diganti oksigen yang segar. Kehidupan juga butuh "ventilasi", agar tubuh kita bisa fresh. Toksik hilang, berganti semangat dan kesegaran.

Ventilasi kehidupan yang saya sebut ini macam-macam. Bisa piknik, menjalani aktivitas hobi, aktivitas "me time" atau menjalin persahabatan dengan teman-teman baik kita. Suami sebaiknya memberikan kesempatan kepada istri untuk memiliki ventilasi kehidupan, demikian juga istri, jangan cemberut jika suami minta izin 'nggowes bareng' dengan konco-konconya. Biarkan pasangan kita memiliki sahabat-sahabat terbaik. Suatu saat, sahabat-sahabat itu bahkan bisa menolong kita jika hubungan kita dengan pasnagan sedang mengalami surut.

Itulah 5 hal yang merupakan sebab dari ketidakharmonisan hubungan kita dengan suami. Semoga bisa menjadi pelajaran untuk kita semua.


Posting Komentar untuk "Ingin Rumah Tangga Harmonis? Cermati 5 Hal Ini, Yuk!"