Tak Mau Tertipu Buku Bajakan Saat Belanja Online? Terapkan 5 Tips Ini!
Pernah mengalami tertipu membeli buku bajakan? Saya sudah pernah. Ceritanya, suatu hari saya sedang hunting sebuah buku yang tengah booming. Lalu saya searching di sebuah marketplace. Ketemu! Saya memutuskan untuk mengorder di sebuah toko yang terlihat cukup ramai.
Terus terang, saya tergoda diskon. Toko itu tidak memasang harga supermurah yang mencurigakan. Kan banyak tuh, toko menjual buku seharga hanya 20 ribu atau 30 ribu, padahal harga aslinya bisa 3 atau 4 kali lipat. Kalau seperti itu, hampir yakin deh, pasti bajakan. Nah, toko tersebut menjual produk itu dengan harga sekitar separuh dari harga asli. Saya pikir, mungkin saja toko itu sedang promosi, atau memang sedang cuci gudang. Akhirnya, saya pun memutuskan untuk membeli. Tiga hari kemudian, buku datang. Dan... jiaah, saya kecewa berat, saudara-saudara!
Tanpa membandingkan dengan buku asli, dengan melihat dari tampilannya saja, saya sudah tahu, itu bajakan. Kualitas cover jelek, potongannya tidak simetris, dan cetakannya jauh dari sempurna. Setelah saya bandingkan, ukurannya juga berbeda. Buku yang saya beli itu ternyata lebih kecil ukurannya.
Beberapa penerbit memang lebih suka menggunakan ukuran-ukuran khas untuk buku terbitannya. Biasanya sengaja memilih ukuran kertas yang tidak bisa dicetak oleh mesin-mesin kecil (yang biasa dipakai untuk membajak buku). Sehingga, jika ada buku dibajak, terlihat jelas perbandingan ukurannya.
Karena pengalaman tertipu untuk pertama kali, suatu hari, ketika melihat buku inceran dijual dengan harga miring, saya mencoba chat ke penjual. "Ori, nggak, Min?"
Dia jawab gini, "Grade ori, kak!"
Lagi-lagi, saya tertipu. Saya putuskan beli. Dan ketika datang... iya sih, sekilas lumayan bagus. Tapi pas saya buka, memang cukup jelas, tetapi cetakannya agak miring. Mungkin karena dia ambil konten dari men-scan buku asli, lalu di-layout ulang. Pantas posisinya miring-miring. Haha, GRADE ORI. Saya tertipu alias kurang teliti dengan kata grade ori. Maksud dia mungkin, bukunya nggak ori, tapi selevel buku ori. Ya, namanya kalau buku bajakan, mau grade ori atau apapun istilahnya, tetaplah buku bajakan.
Saya memang cukup garang dengan bajak membajak. Mereka boleh memiliki seribu satu alasan, tetapi bagi saya, tak ada satupun alasan yang bisa membenarnya perilaku membajak buku. Ketika saya menegur sebuah stand di pameran buku yang menjual buku bajakan, si penjaga stand mencoba ngeles, "Kan ini demi mencerdaskan anak bangsa, menghadirkan buku-buku murah!"
Saya berkata jengkel, "Kalau mau mencerdaskan anak bangsa, coba kamu bagi gratis buku-buku kamu itu, jangan dijual! Kamu mau nggak, merugi?"
Ya, untuk menghadirkan sebuah buku berkualitas, penerbit harus menggaji editor. Ada editor yang menyeleksi dan memberikan catatan-catatan revisi, ada yang bertugas mempermak dan mengedit buku sehingga makin ciamik. Penerbit juga membayar royalti penulis, membayar tenaga layout dan desain, menggaji karyawan lain yang terlibat seperti tenaga distribusi, pemasar, keuangan dan sebagainya. Juga harus sewa gedung (atau beli kantor, yang sudah pasti mahal, kan?), bayar listrik, telephon, internet, bayar pajak, dan sebagainya.
Sementara, untuk membajak buku, si pembajak hanya memfoto kopi atau men-scan ulang buku asli (yang untuk proses terbitnya membutuhkan kerja keras banyak pihak), lalu mencetaknya ke percetakan yang biasanya pun berkualitas rendah. Pantas saja murah!
Ada beberapa alasan, mengapa kita wajib menghindari membeli buku bajakan.
Pertama, jika buku bajakan marak, maka buku asli akan kurang atau malah tidak laku. Penerbit jadi malas menerbitkan buku berkualitas, penulis juga ogah nulis lagi. Maka, dunia perbukuan akan mengalami kemunduran pesat. Yang rugi siapa? Semua dong! Termasuk bangsa, negara, masyarakat, juga kita sendiri.
Kedua, buku bajakan jelas-jelas ilegal. Itu semacam curian. Kalau membeli barang curian, kan sama halnya dengan menjadi penadah.
Masalahnya, kalau beli secara offline, mungkin kita bisa melihat jelas ujud barangnya. Rata-rata buku bajakan itu kualitasnya sangat jelek. Sebab, kalau ingin kualitasnya bagus, pasti membutuhkan biaya produksi yang lebih tinggi, sehingga tidak bisa dijual murah.
Lalu, bagaimana ketika belanja online? Kan kita tidak tahu ujudnya?
* * *
Setelah dua kali mengalami tertipu, akhirnya saya mencoba memikirkan, bagaiaman tips untuk bisa menghindari buku bajakan saat membeli buku secara online. Saya yakin, banyak orang sebenarnya tidak sengaja, atau bahkan tidak tahu, bahwa buku tersebut sebenarnya bukan buku legal alias bajakan. Nah, berikut ini adalah beberapa saran saya.
Pertama, Jangan Tergoda Harga
Saya tahu, harga buku memang seringkali begitu mahal, sehingga akhirnya kita suka kalap kalau ada program diskon. Kalau diskonnya resmi sih, tidak masalah. Seringkali, penerbit memang suka menempuh cara semacam itu untuk menarik pembeli. Tetapi, secara umum, buku yang ori, apalagi masih baru atau karangan penulis top, atau sedang booming, sangat tidak mungkin diobral. Sementara, buku-buku macam inilah yang diincar para pembajak.
Kalau saya lihat, buku-buku yang paling sering dibajak adalah karya Tere Liye, Habiburrahman el-Shirazy, Salim A Fillah dan sebagainya. Kalau buku saya, alhamdulillah, jarang mendengar cerita dibajak, haha... saya kan tidak sepopuler mereka. Tapi, pernah juga sih, ada website yang menampilkan PDF novel saya tanpa izin.
Silakan lakukan cek ke website atau akun media sosial resmi penerbit tersebut, lihat harga asli buku itu berapa. Katakanlah Rp 100.000,- Biasanya, agen, distributor atau reseller mendapat diskon dari penerbit maksimal 40% hingga 50%. Beberapa penerbit yang sudah mapan malah kurang dari itu, paling hanya 30%-40% dalam memberi diskon kepada agen. Untuk bisa sampai ke agen, juga ada biaya ongkir. Sementara, tak mungkin kan, agen/distributor/reseller tidak mengambil keuntungan?
Jadi, jika harga buku asli Rp 100.000, lalu buku tersebut booming di pasaran, sangat tidak mungkin jika ada toko yang menjual Rp 50.000 atau bahkan lebih murah dari itu. Paling ngepres ya Rp 60.000, itu kalau agen/distributornya mendapatkan diskon maksimal dan hanya sedikit mengambil untung. Biasanya, agen/distributor memberi diskon ke enduser sekitar 15-25% atau kadang 30% jika ada event khusus. Agen yang hobi membanting harga atau mematikan pasar, biasanya justru tidak akan bertahan lama, karena tidak mungkin kan, dia bisa bertahan jika terus-menerus perang harga?
Kedua, Lihat Review Produk
Ada memang, marketplace yang memberikan privilege kepada toko tertentu untuk menghapus review negatif--tentu tidak semua toko. Tidak secara mutlak, ya... biasanya hanya toko yang memiliki kredibilitas tertentu, juga tidak semua review negatif bisa dihapus. Tetapi, marketplace macam Shopee, review sama sekali tidak bisa dihapus, kecuali jika review tersebut berisi kebohongan dan penjual melakukan upaya komplain ke pihak marketplace.
Jadi, review pembeli memang jujur apa adanya, dan toko tidak bisa mengutak-atiknya. Biasanya, kalau ada produk yang buruk dan mengecewakan, pembeli sebelumnya akan melakukan review. Ini juga menjadi satu pertimbangan penting, apalagi jika reviewnya cukup banyak yang negatif.
Ketiga, Amati Tingkat Kredibilitas Toko
Saya memang lebih menganjurkan membeli lewat marketplace daripada akun-akun media sosial, kecuali jika sudah berlangganan, kenal ownernya atau merupakan media sosial official dari penerbit atau toko buku tertentu. Marketplace relatif terbebas dari penipuan, dengan catatan, semua proses transaksi berlangsung sesuai dengan aturan yang berlaku.
Marketplace juga menyimpan semua feedback baik positif maupun negatif dari sebuah toko. Pada Shopee, penilaian pembeli ada para range bintang 1 hingga 5. Jadi, jika ada toko memiliki penilaian 4,9 misal, padahal feedback yang masuk ribuan, maka toko itu sangat kredibel.
Keempat, Tanyakan Kepada Admin Toko Tentang Orisinalitas Buku
Jangan segan chatting kepada admin toko, misal, "Min, bukunya ori nggak?" Ya bisa aja sih, si admin berbohong dengan mengatakan ori. Tetapi biasanya penjual buku bajakan tidak berani menjawab ori. Biasanya akan ngeles, "Ini kan demi mencerdaskan anak bangsa!" Paling maksimal ya seperti di atas: GRADE ORI! Haha....
Kelima, Jika Ternyata Bajakan, Jangan Segan Berbagi Informasi
Nah, ini jika ternyata kita terlanjur jadi korban buku bajakan. Jangan berhenti di kamu! Sampaikan ke yang lain. Kasih review jujur, misal: "Aduh, kok bukunya nggak ori, kecewa deh!" Trus kasih juga bintang yang jelek, misal bintang 1. Review kita sangat berharga untuk pembeli lain, dan juga menjadi semacam punnishment untuk toko tersebut.
Bahkan, kita juga bisa melaporkan ke pihak marketplace, bahwa toko tersebut menjual produk bajakan. Caranya, untuk SHOPEE bisa klik DI SINI. Kalau Tokopedia silakan klik DI SINI. Untuk marketplace lain, silakan cari sendiri caranya dengan Googling ya!
Semoga info ini berguna!
Posting Komentar untuk "Tak Mau Tertipu Buku Bajakan Saat Belanja Online? Terapkan 5 Tips Ini!"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!