Brutus, Si Penghianat Legendaris: Et Tu Brute?

Ilustrasi pembunuhan Julius Caesar (foto: history.com)


"Awas, Brutus-Brutus berkeliaran!"

Barangkali Pembaca sekalian pernah mendengar warning semacam itu. Menjelang tahun-tahun politik, bisa jadi warning ini semakin santer terdengar, apalagi jika Anda adalah politisi. Eh, memang apa sih, salahnya Brutus? Siapa Brutus sebenarnya?

Sebagaimana Firaun yang sering disimbolkan sebagai penguasa zalim dan jahat, yang ditarik dari kisah Nabi Musa a.s. melawan raja Mesir yang sangat kuat itu, Brutus juga memiliki kisah sendiri. Hanya saja, Brutus merupakan simbol musuh yang berasal dari sahabat sendiri. Ingin tahu ceritanya?

Dalam kelit kelindan sejarah, kita mengenal banyak karakter. Ada ksatria, ada penjahat, ada juga pembelot atau pengkhianat. Kisah pengkhianatan paling terkenal dalam sejarah, bisa jadi adalah kisah pembelotan Brutus dari Julius Caesar, yang tak lain adalah pamannya sendiri.

Brutus diperkirakan lahir sekitar tahun 85 SM dan meninggal pada 23 Oktober 42 SM. Jadi, masih cukup muda, ya? Hanya sekitar berusia 43 tahun saja. Meski mati dalam usia relatif muda, Brutus memiliki banyak kisah yang sering disorot sejarah. Sayang, kisahnya banyak negatif, bahkan disimbolkan sebagai pengkhianat.

Dilansir dari history.com (15/3/2018), pria dengan nama lengkap Marcus Junius Brutus sebenarnya merupakan sahabat dekat dan keponakan Julius Caesar, Kaisar Roma. Awalnya dia sangat dipercaya oleh pamannya tersebut, dan bahkan mendapatkan kedudukan cukup penting. Dia berhasil meraih jabatan sebagai senator di Roma. Namun, akhirnya, Brutus membelot dengan alasan tak suka dengan kediktaktoran Julius Caesar. Brutus dan para senator lainnya, merasa sangat mencintai Roma sehingga perlu melenyapkan sang kaisar. 

Namun, di berbagai referensi lain, disebutkan bahwa Brutus memang menaruh dengki kepada Julius Caesar, di samping perasaan ingin menjadi penguasa Roma menggantikan Julius Caesar. Mungkin, kedua alasan tersebut saling berkait. Di satu sisi, Julius Caesar, sebagaimana dikutip dari situs biography.com (30/11/2017), meskipun berhasil membangun Roma, memang Caesar memerintah dengan gaya diktator. Di sisi lain, Brutus juga memiliki keinginan untuk berkuasa. Klop kan, kedua alasan tersebut?

Tapi, sekali lagi, sejarah selalu penuh dengan kontroversi. Jangankan kita yang membaca kisah mereka setelah 2 ribu tahun kemudian. Mereka-mereka yang hidup pada masa itu saja, mungkin tidak bisa membaca kejadian secara objektif. Maka, sejarah-sejarah selalu memiliki versinya sendiri-sendiri. 

Tetapi faktanya, Brutus memang membunuh Julius Ceaser. Maka 15 Maret 44 SM pun menjadi satu kisah sejarah yang paling terkenal. Dikutip dari telegraph.co.uk (16/3/2016), pada tanggal tersebut, 60 orang senator Roma, termasuk Brutus dan Cassius, dengan belati di tangan serta toga senat yang mulia, mengeroyok Julius Caesar saat berada di Ruang Senat Teatro di Pompeo. Caesar menderita luka-luka dengan 23 tusukan. 

Cassius, atau Gaius Cassius Longinus, adalah teman Brutus yang membujuk atau mungkin menghasut Brutus untuk berkhianat kepada pamannya. Pembelotan Brutus sebenarnya sudah diketahui Julius Caesar. Namun, Sang kaisar memaafkan sang keponakan. Tetapi, sang kaisar tidak menduga bahwa keponakannya itu tega ikut menghabisinya.

Peristiwa pembunuhan itu cukup tragis. Sang Kaisar diundang untuk datang menemui para senator. Beberapa sumber menyebutkna bahwa istri Julius Caesar, Calpurnia, sudah melarang suaminya untuk datang memenuhi undangan para senator. Namun Julius bergeming. Nyatanya, memang itulah hari kematian Julius. Awalnya, seorang senat menarik jubah kebesaran Julius Caesar yang sedang membaca dokumen di mimbar, lalu ditusuknya sang kaisar dengan belati. 60 senator lainnya pun ramai-ramai menghabisi Julius Caesar.

Julius Caesar sangat terkejut dengan peristiwa tersebut. Ketika melihat Brutus ada di antara mereka, Julius semakin kaget dan kemudian mengeluarkan perkataan yang terkenal dalam sejarah, “Et, tu, Brute?” Artinya kurang lebih, “dan kau juga Brutus?” Kalimat ini menunjukkan bahwa Julius benar-benar tak menyangka jika sahabat dekatnya itu ikut membelot dan berkhianat. Terbayang ya, betapa kaget dan terpukul Julius saat itu, melihat orang kepercayaannya ternyata ikut terlibat dalam pembunuhan dirinya. 

Setelah melakukan kudeta, para senator sempat menguasai kota Roma. Namun, mereka kemudian dikalahkan oleh trium virat ke-2, yakni tiga serangkai Antonius, Octavianus dan Lepidus, teman-teman setia Julius Caesar yang bertekad menuntaskan dendam Julius Caesar. 

Dalam pertempuran di Filipi, Macedonia, Octavianus dan tentaranya berhasil mengalahkan dan menghabisi pasukan Brutus. Karena putus asa, apalagi dia juga mendengar bahwa temannya, Cassius bunuh diri setelah dikalahkan Antonius, Brutus pun memutuskan mengikuti jejak Cassius untuk bunuh diri, diikuti oleh sebagian pengikutnya yang masih tersisa. 

Sejak peristiwa itu, Brutus sering disimbolkan sebagai pengkhianat yang menggunting dalam lipatan. Sahabat dekat yang tega menghabisi orang yang sangat mempercayainya.

Posting Komentar untuk "Brutus, Si Penghianat Legendaris: Et Tu Brute?"