Widget HTML #1

Kisah Para Agen Rahasia Cantik Jelita

Mata Hari (Foto: Look and Learn)

Masih ingat kisah Siti Aisyah dan kaitannya dengan peristiwa terbunuhnya Kim Jong Nam, saudara seayah dari pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un beberapa waktu lalu? Kalau sudah lupa, boleh kan, saya kilas balik sejenak. Siti Aisyah adalah WNI yang sedang bekerja di Malaysia. Nama Siti Aisyah menjadi terkenal di seluruh dunia karena diduga membunuh Kim Jong-nam. Bersama Doan Thi Huong, Siti mengusapkan zat beracun yang mengakhiri nyawa kakak tiri Kim Jong-Un tersebut di Bandara Kuala Lumpur, bulan Februari 2017. 

Banyak spekulasi yang beredar saat itu, di antaranya bahwa Siti adalah agen rahasia dari Korea Utara yang ditugaskan membunuh Jong-nam. Nyata-nyatanya, akhirnya Siti dibebaskan tuduhan setelah sempat mendekam di tahanan. Ternyata, Siti dan Doa hanya dijebak oleh para pembunuh, dengan modus semacam acara lucu-lucuan seperti reality show di televisi. Untuk itu, mereka dibayar sebesar 400 ringgit. Mereka dibayar oleh orang-orang yang diduga agen rahasia Korea Utara yang sengaja hendak membunuh Jong-nam [1].

Kisah Siti Aisyah ini sempat ramai dibicarakan. Apakah benar-benar korban jebakan dengan dalih reality show; atau memang benar-benar agen rahasia yang direkrut Korea Utara untuk membunuh Kim Jong Nam; nyata-nyatanya, sejak tahun 2019, Siti Aisyah sudah dibebaskan dari tahanan. 

Dengan dibebaskannya Siti, tampaknya jadi benderang, bahwa dia ternyata memang hanya korban jebakan semata, bukan agen rahasia.

Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle

Tetapi, dalam sejarah, kisah-kisah agen rahasia perempuan yang cantik jelita ternyata memang ada. Di antaranya adalah kisah Mata Hari. Berbeda dengan Siti yang lugu, Mata Hari jelas perempuan matang yang benar-benar menceburkan diri di dunia spionase.

Mata Hari bernama asli Margaretha Geertruida "Grietje" Zelle, seorang penari erotis berdarah Jawa-Belanda yang menjadi mata-mata di saat Perang Dunia I setelah direkrut Jerman. Perempuan yang biasa dipanggil Mata Hari, yakni nama panggungnya, lahir pada 7 Agustus 1876. Zelle lahir di Belanda, dari keluarga kaya raya. Namun kebangkrutan usaha ayahnya membuat hidupnya hancur. Zelle atau Mata Hari pun menikah dengan Kapten Rudolf Macleod saat masih remaja, dan pindah ke Indonesia. Sempat menetap di Jawa Tengah, yakni kota Ambarawa. Konon, di Jawa inilah dia belajar tari-tarian, yang membuat dia menjadi seorang penari terkenal, meski lebih karena erotismenya. 

Mata Hari bercerai dengan suaminya yang pencemburu dan kasar, lalu pindah ke Perancis dan menjadi penari erotis yang langsung dikenal. Uniknya, dia mengaku sebagai perempuan Jawa, padahal sejatinya seorang bule. Tetapi, memang ada yang berpendapat bahwa Zelle memiliki darah Jawa, meski wajahnya lebih terlihat bule. Saat perang dunia pertama, Zelle direkrut oleh agen rahasia Jerman dan menjadi mata-mata Jerman. Konon, dia terlibat hubungan asmara dengan para pentolan Jerman. 

Mata Hari dikenal sebagai 'The Greatest Woman Spy' dan disebut-sebut memiliki kode "H21" yang diberikan oleh agen rahasia Jerman. Uniknya, meskipun menjadi agen rahasia Jerman, Mata Hari juga menjadi mata-mata Perancis, sehingga dia dikenal sebagai agen ganda. 

Hidupnya berakhir karena dieksekusi oleh para algojo Perancis yang menghukumnya dengan tembakan 41 tahun setelah kelahirannya, yakni pada 15 Oktober 1917. Kisah Mata Hari banyak diangkat dalam film dan novel, yang terbaru adalah karya Remy Silado, Namaku Mata Hari

Sang Waranggana

Di tanah Jawa, ada juga kisah agen rahasia yang cantik jelita. Agen rahasia ini benar-benar spesial, karena dia adalah puteri seorang raja. Nama agen rahasia tersebut adalah Sang Waranggana, agen rahasia kerajaan Mataram. Sang Waranggana menjadi agen rahasia karena misi penting dari negara. Dan, dia sendiri adalah seorang gadis ningrat yang terhormat, terkenal cerdas, santun, dan tentu saja, cantik jelita.

Sang Waranggana adalah nama samaran dari Puteri Pembayun, puteri kesayangan dari Panembahan Senapati, raja sekaligus pendiri Kerajaan Mataram. Sebenarnya, Puteri Pembayun bukan seorang agen rahasia, namun suatu hari, dia mendapatkan tugas yang tak pernah diduga sebelumnya. Tugas untuk meredam pemberontakan Ki Ageng Mangir, alias Raden Wanabaya, penguasa Mangiran (daerah Bantul), terhadap Mataram.

“Apakah Kanjeng Rama tak salah mengutus saya?” Puteri Pembayun tersentak kaget. Namun dengan cepat Panembahan Senapati mengangguk dan terus meyakinkan sang puteri. Senapati tidak mau ada darah tertumpah, karena Raden Wanabaya terkenal sebagai bangsawan yang sakti mandraguna dan memiliki pasukan yang sangat kuat. Maka, dirancanglah misi rahasia tersebut.

Puteri Pembayun pun kemudian menyamar menjadi seorang penari bernama Sang Waranggana. Bersama rombongannya, dia tampil di mana-mana. Ketika singgah di daerah Mangiran, Raden Wanabaya terkesima melihat penampilannya. Raden Wanabaya yang saat itu masih lajang pun jatuh cinta, dan meminta kesediaan Sang Waranggana untuk menjadi istrinya. Ternyata, Sang Waranggana bersedia dinikahi. Secara fisik, Raden Wanabaya adalah seorang yang tampan dan gagah, juga lemah lembut kepada kaum wanita. Keduanya pun menikah, dan … celakanya, Sang Waranggana jatuh cinta pada sang suami.

Mereka hidup dalam kebahagiaan, sampai akhirnya Sang Waranggana sadar akan misinya. Pelan-pelan dia pun menceritakan siapa dirinya kepada Raden Wanabaya. Betapa kagetnya sang suami ketika tahu bahwa sang istri ternyata anak dari musuh besarnya.

Raden Wanabaya gundah gulana. Tetapi, dia sudah terlanjur jatuh cinta pada sang istri, dan saat itu, sang istri juga tengah mengandung anak mereka. “Baiklah, Diajeng… mari kita pergi ke Mataram. Kangmas akan menyerahkan diri kepada Panembahan Senapati, mertua Kangmas.”

Akhir kisah tersebut tragis. Karena, begitu sampai di Mataram, bukannya diterima sebagai menantu, Raden Wanabaya ternyata  justru dibunuh. Puteri Pembayun, sang agen rahasia pun histeris. Misinya memang sukses besar, tetapi, kisah cintanya hancur luluh.

Ada beberapa perbedaan pendapat tentang kematian Ki Ageng Mangir. Menurut kisah yang banyak dimainkan di panggung-panggung ketoprak, Panembahan Senapatilah pembunuh Ki Ageng Mangir alias Raden Wanabaya tersebut. Tetapi, menurut beberapa kalangan, sebagaimana dikutip dari akarasa.com, ada kemungkinan kisah Ki Ageng Mangir tersebut dibelokkan oleh campur tangan Belanda, dalam rangka mendiskreditkan Panembahan Senapati. Pembelokan kisah itu ditengarai terjadi pasca perang Diponegoro, saat Belanda benar-benar mengalami kebangkrutan luar biasa karena perang yang berlangsung selama 5 tahun tersebut. Kisah yang sebenarnya, Ki Ageng Mangir tidak dibunuh oleh Panembahan Senapati, namun oleh segolongan orang di Mataram yang membenci Ki Ageng Mangir dan tidak mau lelaki itu menjadi menantu sang raja[2]. Membaca kisah-kisah keteladanan Panembahan Senapati, saya cenderung sepakat dengan pendapat ini.

Lepas dari pro dan kontra tersebut, Ki Ageng Mangir memang akhirnya dibunuh. Dan Sang Waranggana, agen rahasia yang sukses tersebut, akhirnya merana karena kehilangan kekasih hatinya. Tragis, bukan? Tetapi, memang riskan sih, jatuh cinta dengan musuh politik. Bayangkan jika saat ini ada pentolan "cebong" menikah dengan pentolan "kadrun", pasti akan jadi isu besar di tanah air, hahaha....

[1] https://www.bbc.com/indonesia/dunia-47519881

[2] http://www.akarasa.com/2016/11/pro-kontra-sejarah-ki-ageng-mangir.html

Posting Komentar untuk "Kisah Para Agen Rahasia Cantik Jelita"