Andakah Satria Piningit Abad Ini?


Satria piningit itu apa, sih? Banyak teman-teman yang bertanya-tanya kepada ketika saya menyodorkan kepada mereka alat ukur "Kepemimpinan Satria Piningit" yang hendak saya uji cobakan. Tahun ini, saya memang sedang mengerjakan tesis master saya di jurusan Psikologi UMS. Tema tesis saya mungkin agak kurang familiar. Biasanya teman-teman mengambil tesis berupa penelitian kualitatif seperti studi kasus atau fenomena tentang gejala-gejala tertentu yang menarik untuk diteliti, penelitian kuantitatif seperti korelasi atau komparasi antar variabel tertentu, atau eksperimen, berupa melakukan treatment tertentu dan mengukur efektivitasnya. 

Nah, tesis saya ini mengembangkan alat ukur, dari sebuah konsep lokal yang jarang diteliti, yakni kepemimpinan Satria Piningit. Karena belum ada konsep atau terori yang fix tentang Satria Piningit, akhirnya penelitian saya lakukan dalam dua tahap. Lumayan rumit sih, tapi asyik. Apalagi pembimbing saya, Dr. Eny Purwandari, M.Si yang sangat humble, ramah dan asyik diajak berdiskusi, sangat mendukung penelitian saya ini. Sebenarnya, memang beliau yang memberikan tantangan kepada mahasiswa untuk membuat riset model bottom up dengan mix methode kualitatif ke kuantitatif. Beliau, selain menjadi Kaprodi di Magister Psikologi UMS, memang juga mengampu mata kuliah metodologi penelitian kuantitatif dan juga pengembangan alat ukur psikologi.

Tahap pertama adalah tahap kualitatif, gampangnya,  saya harus menemukan apa itu definisi Satria Piningit, apa aspek-aspeknya, apa indikator-indikatornya. Tahap pertama saya lakukan dengan 2 metode, yaitu studi literatur dan wawancara ke narasumber atau kalau dalam istilah penelitian Psikologi, disebut sebagai subyek.

Untuk studi literatur, saya melakukan systematic literature review (SLR) ke jurnal-jurnal yang membahas kepemimpinan Satria Piningit dan beberapa istilah yang related, seperti Ratu Adil, Ramalan Jayabaya, Ajaran Ranggawarsita dan sebagainya. Tapi, SLR ini ternyata baru mengarahkan saya kepada definisi Satria Piningit saja, belum sampai pada aspek dan indikator. Maka, saya pun mencoba mendalami beberapa literatur Jawa klasik, seperti Serat Wulangreh, Serat Wedatama, Serat Tripama dan Serat Kalatidha. Untuk memperkuat dan memperjelas, saya melakukan wawancara ke 5 narasumber yang memiliki keahlian dalam Budaya Jawa.

Setelah berhasil menemukan definisi, aspek dan indikator, maka saya mencoba membuat menyusun alat ukur dengan membuat aitem-aitem atau butir-butir statemen. Alat ukur ini saya mintakan experts judgement ke 10 ahli dari bidang psikologi, bahasa dan budaya Jawa. Hasilnya, dengan menggunakan rumus Aiken semua aitem valid. Eh, belum selesai. Masih harus uji coba secara kuantitatif untuk mengestimasi reliabilitas (konsistensi) dan validitas (kevalidan) dan konstruk yang kami kembangkan ini. Butuh paling nggak 300 subyek, kata Bu Eny. Wkkk... dengan 62 aitem, mencari 300 subyek dengan kualifikasi tertentu, tentu bukan perkara mudah.

Kalau Sobat tertarik melakukan uji coba, silakan klik link kuisoner ini. UJI COBA ALAT UKUR SATRIA PININGIT. Syaratnya, Sobat harus berusia di atas 20 tahun, pernah memimpin di organisasi atau lembaga, punya pengalaman manajerial dan sudah memiliki pekerjaan atau profesi tertentu. Eh, tapi bukan orang Jawa? Jangan khawatir, alat ukur ini meski dikembangkan dari konsep Jawa, tetapi ditujukan untuk masyarakat secara umum, bersifat universal. Alat ukur ini adalah pandangan konsep Jawa terhadap kepemimpinan yang ideal, jadi bukan ditujukan untuk orang Jawa semata.

Kembali ke atas, jadi, sebenarnya apa sih Satria Piningit itu? Satria piningit gampangnya adalah individu yang memiliki jiwa kepemimpinan kuat, awalnya tidak dikenal karena tidak mau menonjolkan diri, namun karena memiliki kapasitas dan kapabilitas, serta memiliki kemampuan membawa perubahan ke arah yang lebih baik, maka dia akan muncul dan membawa sebuah perubahan signifikan dari zaman yang kurang baik menuju era keemasan.

Istilah Satria Piningit konon muncul dari Ramalan Jayabaya, seorang raja Kediri yang bertakhta pada 1135-1159, beliau bergelar Sri Maharaja Sang Mapanji Jayabhaya Sri Warmeswara Madhusudana Awataranindita Suhtrisingha Parakrama Uttunggadewa. Pada masa itu, Kediri berada di puncak kejayaan. Akan tetapi, banyak sejarawan yang menyangsikan apakah betul Satria Piningit itu berasal dari beliau, sebab, pada masa Jayabaya, sebenarnya ada pujangga yang terkenal yaitu Empu Sedah dan Empu Panuluh. Tetapi, mereka berdua tidak menuliskan Satria Piningit. Bahkan, diksi Satria Piningit muncul di era Islam, khususnya era Mataram.

Karena dianggap sebagai ramalan, maka banyak orang Jawa yang menganggap Satria Piningit ini semacam orang-orang dengan kekuatan magic yang "turun begitu saja dari langit" untuk membenahi kondisi penuh permasalahan (kalabendu) menuju masa penuh keemasan (kalasuba). Padahal, Satria Piningit sebenarnya adalah sebuah konsep kepemimpinan yang dirancang oleh para raja, cendekiawan dan pujangga zaman dahulu.

Seseorang yang memiliki karakter kepemimpinan Satria Piningit, dalam riset saya, memiliki 7 aspek, yaitu kecakapan atau keahlian dalam bidang yang ditekuni, memiliki kesamaptaan (siap siaga dan bugar secara fisik), mampu menjadi komandan atau pemimpin yang andal, berbudi luhur, cerdas dan pembelajar, mampu memimpin perubahan dan memiliki spiritualitas-religiusitas yang kuat. 

Ingin tahu apakah Sobat memiliki karakter kepemimpinan tersebut? Yuk isi UJI COBA ALAT UKUR SATRIA PININGIT ini... ya, masih uji coba, tapi setidaknya sudah muncul gambaran, yang bisa menjadi bahan refleksi, sepantas apakah kita ini untuk menjadi pemimpin sejati? Jangan-jangan, Sobat adalah Satria Piningit abad ini yang akan membawa bangsa kepada keemasan.

Posting Komentar untuk "Andakah Satria Piningit Abad Ini?"