FiksiIslami.Com, Solusi Membaca Fiksi Islami Masa Kini


Bagi teman-teman yang di era 90-an aktif di kerohaniahan Islam, baik di masjid sekolah maupun kampus, pasti tahu dong, keberadaan majalah-majalah semacam Annida dan Ummi yang diterbitkan oleh Ummi Group. Majalah Annida terbit dari tahun 1991, sempat meraih kejayaan di tahun 2000-an, namun mengalami antiklimaks dan akhirnya berhenti terbit beberapa tahun kemudian. Sempat nyesek juga, mendengar kabar Annida, dan kemudian disusul Ummi, memutuskan untuk tidak beroperasi. Mengingat kedua majalah tersebut menyumbang peran cukup besar dari proses pembelajaran kepenulisan saya. Belasan, atau mungkin puluhan, tulisan saya telah dimuat di kedua majalah tersebut, baik fiksi maupun non fiksi.

Setelah Annida dan Ummi berhenti terbit, beberapa pihak sempat mencoba menerbitkan majalah remaja Islami. Indiva Media Kreasi pun termasuk di antaranya. Tahun 2009, saya diberi amanah mengelola majalah remaja Gizone oleh manajemen Indiva, dan ternyata hanya bertahan sekitar 2 tahun saja. Berat sekali mengelola majalah. Setiap bulannya, paling tidak butuh biaya operasional sekitar Rp 25 hingga 30 juta, sedangkan majalah yang terjual paling banter setiap terbit hanya sekitar 5000-an atau maksimal 10 ribu eksemplar saja. Berbeda dengan buku yang umurnya cukup lama, asal tidak rusak dan tetap bersegel masih dianggap produk baru, majalah mengenal overdue, atau expired. Majalah yang terbit di bulan Desember, akan dianggap overdue jika dibeli bulan Januari, dan harganya akan turun sangat drastis, bahkan ganti ongkos cetak saja tidak cukup. Maka, meski berderai-derai air mata karena Gizone terpaksa harus berhenti beroperasi, kenyataan pahit itu tetap harus dihadapi.

Selain majalah, fiksi Islami juga sempat melejit dalam format buku. Novel-novel dan kumpulan cerpen Islami diterbitkan oleh berbagai penerbit, seperti Asy-Syaamil, Gema Insani, Mizan, Era Intermedia dan lain-lain. Indiva Media Kreasi yang berdiri tahun 2007, sampai sekarang masih istiqomah menerbitkan fiksi Islami, tetapi tentu tak seheboh tahun-tahun 2000-2010, dan puncaknya sekitar tahun 2005. Bahasan tentang ini sudah saya tulis di berbagai posting saya dengan kategori FIKSI ISLAMI. Silakan klik saja tautan tersebut untuk lebih jelasnya. 

Baik majalah maupun format buku, ternyata tak bertahan lama, sama-sama mengalami antiklimaks. Mulai tahun 2020-an, siapa saja para penulis fiksi Islami yang bertahan dengan karya-karyanya? Ada Mbak Asma Nadia yang terus berkarya dan tidak diragukan lagi basis pembacanya, Mbak Sinta Yudisia yang cukup produktif, Riawani Elyta yang sering dapat penghargaan, Azzura Dayana, Daeng Gegge Mappangewa ..., saya sesekali meski tidak seproduktif mereka, tetapi berusaha terus berkarya (hehe), juga sejumlah nama lain (yang tidak banyak). Tetapi nama-nama ini sebenarnya nama yang sudah terlalu "tua". Mbak Asma sepertinya sudah masuk 50 tahun, Daeng Gegge, saya dan Mbak Sinta sudah lewat 40 tahun, sebentar lagi juga 50. Azzura Dayana, kalau tidak salah juga sebentar lagi 40. Siapa dong, generasi pelapis selanjutnya? Ada nama-nama seperti YF Rijal, Ari Keling, Nicho Machi, Eika Vio dan lain-lain, tetapi jumlahnya juga sangat kecil.

Ada banyak faktor mengapa kaderisasi penulis fiksi Islami seperti jalan di tempat. Salah satunya disrupsi yang terjadi di dunia media dan penerbitan. Kalau mau jujur, antiklimaks tidak hanya terjadi di dunia fiksi Islam, tetapi dunia literasi pada umumnya. Sejak 2010-an, kita diberondong info tentang media X tutup, media Y berhenti beroperasi, dan sebagainya. Terakhir, yang bikin nyesek, Koran Republika yang sempat berjasa mengantarkan Ayat-Ayat Cinta pun akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Kalau medianya mati, bagaimana penulis mau berkarya? Solusinya: literasi digital. Sejumlah pegiat literasi sudah mulai menginisiasi website yang menampung karya-karya digital. Lalu bagaimana dengan Fiksi Islami? Mbak Asma Nadia, Mbak Helvy dkk, sudah mencoba membuat aplikasi KBM, yang saya kira sudah mampu memberi warna. Tetapi sepertinya masih belum cukup. Tergerak dari pemikiran itu, akhirnya saya dan kawan-kawan mencoba berkontribusi dengan membuat fiksiislami.com yang mulai rilis 20 September 2022 kemarin.

Berapa modalnya? Hehe ... modalnya dengkul. Kami berenam: saya, Rianna Wati, Asri Istiqomah, Nurul Afifah, Aisyah Turiskiyyah, dan Listyorini, iuran dana yang tak seberapa besar untuk mendirikan website ini. Rianna adalah dosen jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas Maret, UNS Surakarta. Di sela-sela kesibukannya mengajar dan mengerjakan disertasi doktoralnya, Rianna yang diamanahi sebagai redaktur fiksi, masih menyempatkan diri mengkurasi ratusan naskah yang masuk. Rianna juga tak segan-segan memberikan catatan perbaikan atau revisi kepada penulis.

Asri Istiqomah juga pegiat literasi yang sempat menjadi redaktur Majalah Gizone dan pernah menjadi Pimpinan Redaksi penerbit Indiva Media Kreasi. Asri yang alumni Ilmu Komunikasi UNS, ketiban sampur menjadi redaktur non fiksi.

Sementara ketiga nama terakhir ini nama baru di dunia literasi, tetapi komitmennya luar biasa. Nurul Afifah mendapatkan amanah sebagai staf bagian keuangan dan administrasi. Aisyah Turiskiyah, pegiat FLP cabang Solo menjadi sekretaris redaksi, dan Listyorini--atau akrab dipanggil sebagai Kak Rien, menjadi desainer yang mendesain ilustrasi-ilustrasi keren di FILMI.

Kembali bicara modal--atau lebih tepatnya investasi sosial, karena website ini memang bersifat nirlaba, tak seberapa besar. Tapi, alhamdulillah, banyak pihak-pihak yang berbaik hati memberikan donasi, sehingga kami bisa memberikan sedikit honor untuk penulis, meski masih sekadar ganti pulsa, hehe. Sebagai website nirlaba, fiksiislami.com kami dedikasikan untuk umat, agar bisa mengakses konten-konten yang bermutu dan edukatif. Meski mengusung genre Fiksi Islami, kami tidak membatasi karya hanya yang kental menggunakan diksi-diksi Islami. Karya-karya universal yang menggambarkan Islam sebagai rahmatan lil 'alamiin tentu juga kami sukai. Juga meskipun namanya Fiksi Islami, kami tak hanya menyediakan rubrik cerpen, cernak dan novel, tetapi juga artikel, puisi dan resensi.

Jika Sobat punya naskah-naskah yang kami butuhkan, jangan ragu mengirimkannya ya. Tetapi, memang ada kurasi yang kami lakukan. Kami juga tidak terlalu banyak mengapprove naskah, hanya 1 atau 2 posting sehari, agar kami bisa menjaga kualitas.

Hingga kini, sudah ratusan konten kami terbitkan, dengan tingkat keterbacaan dan jumlah pengunjung yang kian hari kian meningkat. Kami berharap, Fiksi Islami atau kami singkat menjadi FILMI, bisa menjadi solusi membaca fiksi Islami di masa kini. Yuk, ajak teman-teman, saudara-saudara, handai taulan dan sebagainya untuk menjadikan FILMI sebagai laman yang setiap hari kita kunjungi. FILMI bisa diakses GRATIS tanpa harus download aplikasi apapun. Untuk mengakses konten FILMI dengan mudah, silakan gabung di channel telegram t.me/fiksiislami atau bisa follow akun-akun medsos kami. Jangan lupa, book mark laman kami di gadget Sobat yaaa.... (sedikit maksa, hehe).


Mau donasi? Kami bekerja sama dengan INFAK ID dari Rumah Zakat untuk mengumpulkan dana literasi. Jangan ragu untuk berinfak di bit.ly/fiksiislami mulai dari Rp 1.000 yang bisa dibayarkan melalui Shopeepay, Gopay, DANA, dan sejumlah e-wallet lainnya, juga transfer dari berbagai jenis bank. Dukungan Anda sangat berkontribusi terhadap keberlangsungan website ini.

Yuk, baca FILMI!

Posting Komentar untuk "FiksiIslami.Com, Solusi Membaca Fiksi Islami Masa Kini"