Widget HTML #1

Malaysia dan Singapura "Mencuri Start" Kehidupan?

Menara Petronas di KLCC (Kuala Lumpur City Center) Foto: Pexels

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di Bumi Malaya, beberapa tahun silam, saya dibuat kaget dengan ritme masyarakat sana yang sangat cepat, cekatan ... kalau istilah kita: sat-set das-des. Begitu bangun pagi waktu Shubuh, mereka shalat Subuh, lalu beraktivitas dengan cepat. Mandi, berkemas, sarapan, dan berangkat kerja, sekolah atau aktivitas lainnya. Lho, apa bedanya dengan masyarakat kita? Bukankah kita juga melakukan hal yang sama?

Beda! Kalau di masyarakat kita, khususnya tentu di Solo Raya atau Jawa Tengah, atau Pulau Jawa pada umumnya, masih ada jeda sekitar satu jam. Rata-rata tentu kita bangun saat adzan Subuh berkumandang kan, ya? Kalau pembaca blog saya ini, saya yakin paling tidak sejam, mungkin lebih dari itu, atau paling tidak setengah jam sebelum Subuh sudah bangun, untuk shalat tahajud, munajat, atau makan sahur bagi yang mau puasa sunnah. Misal saja jam shalat subuh saat ini sekitar jam 04.30, usai shalat subuh ada jeda waktu cukup lama. Para ibu biasanya langsung bersih-bersih, masak untuk makanan pagi, olahraga dan sebagainya. Sementara yang longgar, bisa mengerjakan aktivitas lain, atau malah tidur lagi. Wajar, aktivitas perkantoran dimulai sekitar jam 08.00, sementara sekolah sekitar jam 07.00. Ada jeda waktu sekitar 2 sampai 3 jam, bahkan lebih.

Bagaimana dengan di Malaysia? Subuhnya sekitar jam 06.00, bahkan saat saya ke Malaysia kemarin, Februari 2023, waktu shalat Subuh di Seremban dan Kuala Lumpur sekitar jam 06.20 waktu Malaysia. Akan tetapi, meski subuhnya jam 06.20, acara yang saya ikuti ternyata dimulai jam 08.00 tepat. Makan pagi di hotel pun sudah siap mulai jam 06.30. Lalu, saat saya cek, ternyata anak-anak sekolah di Malaysia mulai masuk sekolah jam 07.30. Jadi, hanya ada jeda waktu sejam antara shalat subuh dengan aktivitas sehari-hari. Pantesan orang Indonesia yang biasa bersantai selesai shalat Subuh terasa pontang-panting mengikuti agenda orang Malaysia.

Pertanyaannya, mengapa Malaysia seunik itu? Usut punya usut, ternyata Malaysia menggunakan konsep satu negara satu waktu, padahal di Malaysia sendiri sebenarnya ada 2 waktu, yaitu GMT/UTC +7 dan +8.

Tentu teman-teman sudah tahu kan, kalau pembagian waktu di seluruh dunia menggunakan konsep Greenwich Mean Time (GMT). Pembagian waktu ini juga sering dikenal sebagai UTC atau Temps Universel Coordonné kalau dalam bahasa Inggris menjadi Coordinated Universal Time. GMT atau UTC terdiri dari UTC 0 atau biasa disebut UTC saja, yakni di London, Dublin, Lisbon, Casablanca dan sebagainya. Adapun daerah lain ada UTC +1 hingga +12, dan UTC -1 hingga -12.

Zona UTC-12 yakni di daerah kepulauan luar Amerika Serikat, seperti Pulau Baker dan Pula Howland. UTC-11 adalah kepulauan Samoa Amerika, UTC-10 contohnya Alaska dan Hawai, dan seterusnya. 

Indonesia sendiri terdiri dari 3 waktu, yaitu UTC +7 (Waktu Indonesia Barat), UTC +8 (waktu Indonesia Tengah) dan UTC +( (Waktu Indonesia Timur). Detilnya, silakan cek peta zona waktu ini ya.


Nah, kalau ditarik dari konsep ini, di Malaysia sebenarnya ada 2 zona waktu, yakni UTC +7 yakni daerah Semenanjung Malaya dan UTC +8 yakni bagian dari Malaysia yang berada di Kalimantan, yakni Sabah dan Serawak. Akan tetapi, karena kebijakan satu waktu, Malaysia memutuskan menggunakan waktu seperti Sabah dan Serawak (UTC +8). Lho kok yang dipilih Sabah dan Serawak? Kenapa bukan UTC +7 saja? Kabarnya sih karena Malaysia ingin penduduknya lebih gesit, memanfaatkan waktu pagi dengan optimal, waktu yang terbaik untuk meningkatkan produktivitas. Jadi, ibaratnya Malaysia itu "mencuri start" kehidupan lebih awal. Kalau ditarik garis bujur, Kuala Lumpur itu hampir segaris dengan Pekanbaru. Saat di Pekanbaru masuk jam 6.00 pagi, di Kuala Lumpur sudah jam 7.00 dan sudah mulai beraktivitas. Jadi, jam yang berlaku di Malaysia, khususnya di daerah Semenanjung Malaya, lebih tepatnya merupakan jam psikologis, yang ternyata mengubah perilaku dan mental masyarakat untuk membentuk pola hidup yang lebih sehat.

Nah, Singapura, meski berbeda negara, karena lokasinya dekat sekali dengan Malaysia, akhirnya mengikuti pola Malaysia. Ternyata, kebijakan tersebut benar-benar berefek terhadap produktivitas warganya, lho. Karena di sana, baik Muslim maupun Non Muslim sama-sama terbiasa bangun pagi, bahkan sebelum subuh. Saya pun, saat berada di Malaysia, memang mencoba telah aktif sejak jam 5 pagi, sejam sebelum subuh. Mandi, berkemas, Shalat Subuh sudah berpakaian lengkap, habis shalat Subuh sarapan, dan beraktivitas.

Hasil dari 'mencuri start kehidupan" itu membuat Malaysia dan Singapura menjadi negara dengan perekonomian yang sangat kuat. Pada tahun 2021, Singapura memiliki PDB per kapita paling unggul di negara-negara ASEAN, yaitu US $ 72,79 ribu. Diikuti Brunei Darussalam dengan PDB per kapita US$ 31,72 ribu, dan Malaysia sebesar US$ 11,37 ribu. Sementara Indonesia hanya US$ 4,29 ribu. 

Sempat ada wacana di Indonesia untuk menjadikan sebagai negara dengan satu zona waktu. Beberapa kalangan, termasuk Indonesia Marketing Association (IMA) dengan tokoh-tokohnya seperti Pak Hermawan Kertajaya pernah mengusulkan agar Indonesia menjadi satu waktu saja, agar ada percepatan pertumbuhan ekonomi. Mereka mengusulkan agar Indonesia menjadi satu waktu dengan UTC +8 atau Waktu Indonesia Tengah, sehingga sama dengan Malaysia dan Singapura. Selain tempat-tempat tersebut, beberapa kota besar di dunia dengan pertumbuhan ekonomi yang cepat, seperti Taiwan, Hongkong, Makau, dan Beijing juga berada di UTC +8. Tetapi, hingga saat ini, usulan tersebut belum terealisasi.

Ya wajar sih, pasti akan ada kebingungan waktu, kalau diterapkan zona satu waktu. Daerah Indonesia Barat secara psikologis akan "mencuri start" satu jam, sementara daerah Indonesia Timur akan makin bersantai-santai.

Tetapi, tetap saja, saya kira ada korelasi signifikan antara pola hidup masyarakat Singapura dan Malaysia dengan kemajuan yang didapatkan oleh negara tersebut. Memang saat pagi adalah kondisi paling bugar untuk melakukan berbagai aktivitas. Yuk, bangun pagi, dan tidur malam lebih awal! Semoga kita juga bisa "mencuri start kehidupan". 

Posting Komentar untuk "Malaysia dan Singapura "Mencuri Start" Kehidupan?"