Catatan Penting Memahami Film Oppenheimer: Bekal Wajib Untuk Nonton Oppenheimer
Salah satu adegan paling berkesan, percakapan Oppenheimer dengan Albert Einstein |
Akhirnya, setelah sekitar seminggu yang lalu saya merencanakan menonton film Oppenheimer, kemarin Senin (31/7/2023), rencana tersebut terlaksana. Bagi saya, menentukan waktu menonton film ini cukup dilematik, permasalahannya, di bioskop langganan saya, Cinema 21 Solo Square, Oppenheimer diputar sehari hanya 3 kali, yakni jam 13.00, jam 16.30 dan jam 20.00. Jam 16.30 bagi saya agak tidak mungkin, karena pasti menabrak shalat maghrib, sebab durasi film ini cukup panjang, 3 jam. Padahal, kabarnya, menonton film ini pun harus "mindfullness", so ... kalau kita meleng atau beralih fokus beberapa detik saja bisa ketinggalan alur ceritanya. Jam 20.00 sebenarnya longgar, tetapi terus terang, akhir-akhir ini sedang berusaha mengurangi begadang. Jam 9 malam biasanya saya sudah tidur pulas, dan saya tidak ingin merusak waktu istirahat saya. Maka, satu-satunya jam tayang yang pas adalah jam 13.00. Karena jam itu adalah jam produktif, maka saya harus menunda sampai benar-benar mendapatkan timing yang pas.
Jika ada yang menulis bahwa slogan Oppenheimer adalah "this film is not for everbody", saya sih setuju 1000%. Bahkan saya yang anak IPA saat SMA, lalu pernah belajar sains selama 4 tahun di bangku S1 meski jurusannya biologi, agak terbata-bata mengikuti alur ceritanya. Lebih mudah bagi saya mengikuti film-film sains berbasis bioteknologi, seperti film yang diangkat dari novel Michael Crichton, Jurassic Park dan sejenisnya, ketimbang menelaah teori-teori Fisika Kuantum sebagaimana yang menjadi basik film ini. Walau sebenarnya, kalau mau jujur, tak terlalu banyak perbincangan soal Fisika dikupas di sini.
Anak sulung saya, Syahidah atau yang biasa dipanggil Anis, malah berkali-kali berkata, "Aku bingung, Mi... tapi asyik." Katanya, dia mencoba mengalihkan kebingungannya dengan menikmati percakapan bahasa Inggrisnya. Anak sulung saya ini sangat menyukai bahasa Inggris. Tahun ini, dia lulus dari SMA, dan alhamdulillah diterima di jurusan Sastra Inggris, UNS. Okelah... setidaknya, saya tidak salah mengajak orang nonton bareng film ini. Saya yakin, dari 10 teman saya yang suka nonton film, mungkin tak sampai separuh yang tahan menonton film ini sampai ending, hehe....
Ada beberapa catatan saya tentang film Oppenheimer yang mungkin bisa Sobat simak ... semoga bisa menjadi bekal sebelum menonton film ini.
Kabarnya, film ini memang dibanjiri penonton di seluruh dunia, kecuali di Jepang. Sobat tentu bisa menebak, kenapa Jepang belum menayangkan film yang menceritakan kisah pembuatan senjata pemusnah massal yang berhasil membuat Hiroshima dan Nagasaki luluh lantak.
Tentang Sosok Oppenheimer
Film Openheimmer adalah sebuah biopic, atau film tentang biografi dari seorang tokoh bernama Julius Robert Oppenheimer, yang diangkat dari novel karya Kai Bird dan Martin J. Serwin yang berjudul American Promotheus: The Triumph and Tragedy of J. Robert Oppenheimer. Biaya pembuatan film ini, konon $ 100 juta. Kalau dirupiahkan, sekitar 1,5 trilyun! Bandingkan dengan Buya Hamka yang biaya produksinya "hanya" Rp 70 milyar (ini pun sudah merupakan film dengan budget besar untuk ukuran film nasional), atau Bumi Manusia yang "hanya" sekitar Rp 50 milyar.
Oppenheimer lahir di New York, 22 April 1904, berasal dari keluarga imigran Yahudi dari Jerman. Tahun 1925, Oppenheimer lulus sebagai sarjana kimia dari Harvard University, dan dalam waktu singkat, berhasil meraih gelar PhDnya 2 tahun kemudian dari Universitas Göttingen, Jerman. Pulang dari Jerman, Robert atau juga dipanggil sebagai Oppie, mengajar di jurusan Fisika California University dan tahun 1936 menjadi profesor dalam usia 32 tahun.
Oppie punya riwayat agak "nyebelin" soal perempuan. Tahun 1936, Oppie saling jatuh cinta dengan seorang gadis bernama Jean Tatlock, yang berasal dari keluarga terpandang. Ayah Jean adalah pakar sastra, profesor di kampus Berkeley, tempat di mana Oppie juga mengajar. Jean seorang gadis cerdas, mahasiswa kedokteran di Universitas Standford. Sayangnya, Oppie justru berselingkuh dengan menghamili Katherine Puening, atau Kitty, yang kemudian menjadi istrinya. Kitty seorang pecandu alkohol yang sempat menjadi anggota partai komunis. Oppie adalah suami keempat Kitty, setelah sebelumnya Kitty pernah menikah tiga kali.
Putus cinta membuat Jean depresi dan mengalami gangguan kejiwaan... sampai akhirnya ... SPOILER deh, gak saya lanjutkan, hehe.
Meskipun dianggap sebagai neurotik, pengidap depresi, perokok berat, perayu wanita, dan juga dekat dengan komunis, tahun 1942 Robert direkrut menjadi direktur di proyek pengembangan senjata nuklir di Los Alamos di New Mexico. Proyek di Los Alamos ini sukses mengantarkan Amerika Serikat menjadi "pemenang" Perang Dunia II dengan 2 bom atom Fat Man dan Little Boy yang meluluhlantakkan Jepang.
Jangan harapkan bisa melihat peristiwa ledakan Fat Man dan Little Boy di film ini. Suasana ketegangan ledakan bom diperlihatkan saat uji coba bom, yang menjadi salah satu klimaks film ini. Ujicoba bom dilakukan pada 16 Juli 1945, di Alamogordo, di New Mexico. Kode dari proyek ini adalah: trinity.
Pada proyek Trinity, secara jenius, Christopher Nolan (sutradara) justru tidak over mengeksplor dentuman, tetapi lebih pada ekspresi para anggota tim, yang membuat film ini jadi sarat nuansa psikologis alih-alih sebuah film perang.
Kejadian di Jepang digambarkan lewat siaran radio yang mengejutkan semua warga Amerika, tak terkecuali sang arsitek bom, Oppie. Sosok Oppie dielu-elukan, dipuja-puja, dimuat secara eksklusif dalam media-media bergengsi, bahkan dipanggil ke Gedung Putih oleh presiden ke-33 Amerika Serikat, Harry S. Truman.
Namun, bukannya bahagia, Oppie justru menderita depresi dan selalu merasakan bayang-bayang kecemasan. Dalam film ini, Nolan menggambarkan bagaimana Oppie seolah-olah melihat mayat korban bom atomnya, kulit-kulit yang terkelupas dan mengering, serta suasana kengerian saat ledakan bom.
Fusi dan Fisi
Salah satu keyword memahami film ini adalah perbedaan antara kedua reaksi ini. Ada dua jenis reaksi dalam nuklir, fisi dan fusi.
Ketika 2 atom atau lebih bergabung, maka atom-atom tersebut akan melebur menjadi satu atom, dan menghasilkan energi yang sangat besar. Reaksi fusi tidak menyebabkan munculnya limbah nuklir, sehingga energi yang dihasilnya merupakan energi bersih. Fusi nuklir secara alami terjadi di jagad raya ini, misalnya di matahari dan bintang-bintang lainnya. Akan tetapi, reaksi fusi nuklir sangat berbahaya, karena akan menciptakan suhu yang sangat tinggi, hingga bisa membakar alam semesta. Fusi nuklir inilah yang membuat bintang-bintang termasuk matahari, memiliki energi sangat tinggi, tentunya dengan suhu paling tidak sama dengan matahari, sekitar 150 juta derajat celcius. Radiasi sinar alfa, beta dan gamma juga akan muncul pada reaksi fusi, yang sangat membahayakan manusia.
Pada fusi nuklir, atom yang terlibat biasanya dari unsur Hidrogen dan Lithium. Bom Hidrogen merupakan bom dengan konsep fusi nuklir.
Sedangkan fisi nuklir terjadi ketika atom (biasanya dari unsur Plutonium dan Uranium) membelah. Fisi nuklir juga menciptakan energi besar, tetapi masih bisa terkendali. Bisa dimaklumi, karena kunci dari reaksi ini adalah pembelahan, maka energi yang dihasilkan tentu akan berbanding lurus dengan berapa jumlah bahan bakunya. Efek buruknya, fisi nuklir memunculkan limbah nuklir yang berbahaya. Hanya saja karena jangkauannya bisa terukur, tentu fisi nuklir lebih logis untuk digunakan. Hingga saat ini, pemanfaatan energi nuklir masih menggunakan reaksi fisi.
Mengapa memahami konsep fisi dan fusi sangat penting? Karena inilah pemicu terjadinya konflik dalam film Oppenheimer. Sosok Oppenheimer adalah sosok penting di balik penemuan reaksi fisi nuklir. Sementara, bom hidrogen yang ditemukan Teller (sejauh ini sepengetahuan saya, belum pernah diujicobakan), secara prinsip cenderung ke reaksi fusi yang jika digunakan akan memunculkan reaksi tak terkendali dan bisa menghasilkan energi sangat besar.
Oppenheimer, dengan dukungan para ilmuwan, termasuk Albert Einstein, berhasil meyakinkan untuk tidak menggunakan reaksi fusi untuk membuat bom. Dan ini hal yang sangat penting, karena konflik dengan Lewis Strauss, salah satunya adalah karena Strauss termasuk yang mendukung penggunaan bom Hidrogen. Kadang saya berpikir, Allah Maha Adil, menciptakan sosok Oppenheimer yang mengidap neurotik. Kecemasan dan depresi yang diderita, menjadi pengendali, sehingga bayang-bayang kecemasan atas banyaknya korban jiwa, menjadi kendali padanya. Bayangkan jika Oppenheimer justru seorang psikopat?
Security Clearence (Izin Keamanan)
Sebagai sosok yang sangat penting dalam pengembangan bom atom, Oppie mendapatkan hak khusus, yaitu izin keamanan atau Security Clearence (SC). Ini adalah hak untuk mengakses berbagai rahasia negara, dalam hal ini Amerika Serikat, yang berkaitan dengan masalah keamanan, khususnya untuk Oppenheimer, tentu saja yang berkaitan dengan soal bom atom. Bisa dibayangkan, ini adalah hak yang sangat spesial dan elitis.
Lewis Strauss
Strauss dan Oppie |
Konflik yang lain, Strauss termasuk yang mendukung penggunaan bom hidrogen, sementara Oppie menolak keras. Pada saat itu, pasca perang dunia, hubungan Amerika Serikat dengan Uni Soviet sedang memanas. Dikabarkan Rusia juga mengembangkan nuklir. AS merasa perlu memiliki bom yang lebih dahsyat dari Little Boy dan Fat Man untuk menandingi Uni Soviet. Tetapi, Oppie sebagai pakar nuklir kenamaan, justru tegas-tegas menolak. Posisi Oppie makin buruk, ketika presiden Truman, ternyata justru lebih menyukai pengembangan bom Hidrogen alih-alih menerima ide Oppie.
Plot yang Rumit: Multi Sudut Pandang
Kalau baca-baca review para pakar perfilman, memang beginilah khas film-film besutan Christopher Nolan, sutradara Oppenheimer. Rumit, njelimet, tetapi memberikan penawaran pengalaman yang mencekam dan luar biasa. Nolan berhasil di film ini.
Okay, saya memang harus menuliskan hal ini sebagai bekal memahami film ini. Film Oppenheimer menggunakan lebih dari satu point of view. Tidak hanya itu, Oppenheimer juga menggunakan teknik bercerita flash back.
Film ini dibuka dengan suasana tahun 1954. Ada dua sidang yang dipertontonkan Nolan pada film ini. Pertama, di sebuah ruangan tertutup, di mana Oppenheimer disidang secara rahasia. Sidang ini terjadi setelah Oppenheimer dituduh FBI sebagai agen Uni Soviet dan hak keamanan (security clearance-nya) dicabut. Oppenheimer dipaksa untuk mundur sebagai konsultan AEC, namun menolak, dan menantang untuk disidang dengan menghadirkan para saksi-saksi.
Kedua, sidang yang dilakukan Dewan Senat terhadap Laksamana Lewis Strauss sebagai uji kelayakan sosok itu untuk menduduki jabatan menteri. Jika sidang Oppenheimer digunakan gambar full color, di sidang Strauss ini, gambarnya dibuat black white, dengan sudut pandang penceritaan dari Strauss.
Inilah yang mungkin membikin bingung. Kedua sidang berjalan paralel, dan masing-masing sama-sama melakukan flash back, dan ada kalanya kelit kelindan kedua flash back itu bersinggunggan. Tetapi inilah salah satu bukti kejeniusan Nolan dan merancang film ini.
Ending...
Jadi, bagaimana akhirnya dua sidang itu? Apakah hak keamanan Oppenheimer akan dikembalikan, atau justru dia dihukum berat sebagai pengkhianat negara karena menjadi mata-mata Soviet?
Apakah Strauss berhasil meyakinkan Senat bahwa dia layak menjadi menteri, menjadi tokoh penting, setelah melakukan serangkaian upaya menjatuhkan Oppenheimer?
Lalu, mengapa ada peran John F Kennedy serta Albert Einstein di film ini?
Jawabnya: TONTON AJA SENDIRI!!! Hahaha....
Posting Komentar untuk "Catatan Penting Memahami Film Oppenheimer: Bekal Wajib Untuk Nonton Oppenheimer"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!