Kiat Sehat Menjalani Kehamilan Risiko Tinggi
Salah satu peran penting seorang ibu adalah hamil dan melahirkan. Saat menjalani kehamilan, berbagai hormon kehamilan, seperti hormon HCG, progesteron, hPL, estrogen, oksitosin dan sebagainya, dilepaskan dengan kadar sesuai usia kehamilan. Hormon-hormon tersebut berfungsi untuk menjaga kehamilan agar tetap sehat, namun di satu sisi menyebabkan berbagai efek samping, misal HCG membuat ibu menjadi mual di awal kehamilan. Sedangkan di akhir kehamilan, oksitosin akan memicu kontraksi kuat pada rahim, yang akan menyebabkan bayi terlahir dari rahim.
Menjadi seorang ibu memang penuh dengan suka
sekaligus duka. Tugas seorang ibu, yakni di antaranya hamil dan melahirkan, di satu
sisi merupakan anugerah tiada terkira. Banyak ibu yang senang luar biasa saat dinyatakan
positif hamil, terlebih jika kehamilan tersebut melalui proses yang rumit dan
membutuhkan waktu lama.
Akan tetapi, sebagaimana saya sebutkan di atas, di samping anugerah, kehamilan
memang rentan dengan berbagai hal yang berat. Di trimester pertama, yakni
awal-awal kehamilan, biasanya ibu akan mengalami gejala eneg, mual,
muntah-muntah dan sebagainya, yang disebut dengan emesis gravidarum.
Emesis gravidarum, atau biasa kita kenal sebagai morning sickness, sebagaimana dilansir dari www.eprints.umsida.ac.id (diunduh 15/2/2018), terjadi pada sekitar 60 hingga 80 persen ibu yang baru pertama kali hamil (primigravida), dan terjadi pada 40 hingga 60% ibu yang sudah mengalami kehamilan lebih dari sekali (multigravida).
Pada trimester kedua, emesis gravidarum akan mereda, biasanya ibu hamil akan merasa lebih enjoy. Namun, di trimester tiga, dan juga saat-saat melahirkan, ibu hamil akan menghadapi sebuah peristiwa yang penuh dengan risiko.
Risiko semakin berat pada tipe-tipe kehamilan risiko tinggi (risti). Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang bisa memunculkan risiko-risiko bahaya dan komplikasi yang lebih besar baik untuk ibu maupun janinnya.
Sebagaimana dilansir dari webmd.com (21/6/2016), beberapa jenis kehamilan risti antara lain: kehamilan pada usia terlalu muda (kurang dari 20 tahun) atau sebaliknya terlalu tua (di atas 35 tahun); kehamilan pada perempuan dengan tinggi badan di bawah 145 cm; grandemultipara (pernah melahirkan 5 kali atau lebih); riwayat persalinan sebelumnya yang buruk.
Rochjati, P.(2003), menambahkan beberapa kehamilan risiko tinggi antara lain: ibu hamil yang pernah mengalami riwayat bedah cesar; pernah memiliki riwayat preklampsia/ eklampsia; usia kehamilan telah lewat dari 42 minggu; mengalami perdarahan antepartum pada usia kehamilan di atas 22 minggu; komplikasi medis (anemia, hipertensi, diabetes, obesitas dll), serta kehamilan yang jaraknya terlalu dekat.
Apakah yang harus dilakukan jika Anda memiliki jenis kehamilan dengan risiko tinggi? Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk meminimalisir risiko.
- Jangan panik. Relaksasi. Tetaplah tenang, dan berpikir positif. Sebab, kepanikan justru akan membuat kondisi semakin buruk. Kita akan terus dibayang-bayangi ketakutan yang tak perlu. Saat stres, tubuh manusia akan merespon dengan mensekresi hormon kortisol. Jika kortisol terlalu banyak masuk ke aliran darah janin, maka akan berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin, termasuk otak. Tingginya hormon kortisol juga bisa memicu hipertensi yang sangat berbahaya untuk ibu hamil. Menurut Usman (2021), seperti kasus hipertensi gestasional (hipertensi pada kehamilan) disebabkan karena kortisol. Pada 80% ibu hamil yang mengalami preeklampsia, terdapat peningkatan hormon kortisol.
- Senantiasa berkonsultasi dengan tenaga medis yang profesional, seperti bidan atau dokter spesialis kandungan dan kebidanan. Lakukan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) secara teratur, dan patuhi advis dan semua petunjuk dari dokter.
- Senantiasa memonitor perkembangan kondisi tubuh dan apa yang Anda rasakan dengan janin Anda, dan segera laporkan jika ada kelainan.
- Pelajari dengan seksama riwayat kehamilan Anda sebelum-sebelumnya, dan sampaikan dengan mendetail kepada dokter Anda.
- Asuplah gizi secara berimbang dan cukup, lakukan konsultasi dengan pakar gizi.
- Mintalah support penuh dari keluarga, terutama keluarga inti, seperti suami dan anak-anak, ART atau juga tetangga dan keluarga dekat. Bangunlah interaksi yang baik dengan mereka, sehingga terjalin ikatan yang kuat dan kesiapan untuk membantu saat Anda membutuhkan.
- Dekatkan diri senantiasa kepada Sang Pencipta, banyak berdoa agar Tuhan menjaga, melindungi dan melancarkan proses kehamilan dan persalinan. Meski hamil dan persalinan memang berat dan memiliki risiko bahaya, ini adalah perjuangan seorang perempuan.
Hamil itu berat, apalagi jika kehamilan berisiko tinggi. Tetapi, jangan takut, banyak orang-orang menjalani kehamilan Risti dan ternyata sukses melewati dengan selamat dan sehat. Kuncinya adalah usaha semaksimal mungkin.
Tambahan Referensi:
Rochjati, P., 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Pusat Safe Mother Hood-Lab(SMF Obgyn) RSU Dr. Sutomo-Fakultas Kedokteran UNAIR. Surabaya.
Schwarz, Richard H. 1998. Kedaruratan
Obstetri. Widya Medika. Jakarta.
Usman, Sunarno & Syamsuddin. (2021). Risiko Peningkatan Hormon Kortisol pada Hipertensi Gestasional. Jurnal Ilmiah Obsgin vol. 13, no. 4, hal. 182-192.
Posting Komentar untuk "Kiat Sehat Menjalani Kehamilan Risiko Tinggi"
Posting Komentar
Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!