Widget HTML #1

Antara Al Fatih, Raden Patah, dan Fatahillah


Salah satu nama yang cukup favorit di kalangan Umat Islam, khususnya di perkotaan saat ini adalah Al Fatih. Di sekolah anak-anak saya, nama Al Fatih banyak sekali dipakai, demikian juga pasien-pasien khitan dari Solo Khitan Center yang dikelola suami saya. Bahkan, anak bungsu saya sendiri juga diberi nama dengan unsur Fatih, tepatnya Fatihan Hanifurrahman, biasa dipanggil Ihan.

Nama Al-Fatih ini menurut saya memang terkesan gagah, dan benar-benar sebuah doa yang sangat baik. Bukankah salah satu hal terbaik yang bisa dilakukan orang tua kepada anak, adalah memberikan nama yang bagus. Meskipun Shakespeare menyebutkan bahwa apalah arti sebuah nama, what is in a name? Karena nama adalah doa. Kita diminta memberikan nama yang baik, dan melarang memanggil dengan sesuatu yang buruk.

"Dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman." (Q.S. Al-Hujurat: 11).

Apa arti nama Al-FatihAl-Fatih berarti Pembuka, Pembebas, atau Penakluk. Tentu dalam artian positif, yaitu pembuka jalan menuju kebaikan. Pembebas dari kezaliman, penakluk dari karakter-karakter yang tidak bertauhid atau menyembah Allah SWT dengan syariat dan ketentuan yang digariskan Allah SWT.

Al-Fatih tentunya diambil dari nama sosok yang sangat terkenal dalam sejarah peradaban Islam, yaitu Muhammad Al-Fatih, atau Sultan Mehmed II. Namun, sebenarnya dalam sejarah Indonesia, kita mengenal dua sosok yang selain namanya juga mirip, ternyata sejarah atau kisah hidupnya juga hampir sama persis. Siapa beliau-beliau ini? Ya, pertama adalah Raden Patah, kedua adalah Fatahillah. Jadi, jika Sobat memiliki putera bernama Al-Fatih, selain mengisahkan Sultan Muhammad Al-Fatih, selipkan juga kisah dua orang hebat tersebut, ya.

Agar lebih jelas, mari kita bahas secara singkat biografi ketiga tokoh besar tersebut.

Biografi Al-Fatih

Muhammad Al-Fatih juga dikenal sebagai Sultan Mehmed II. Dalam bahasa Inggris beliau disebut sebaga Mehmed the Conqueror. Beliau adalah penguasa atau Sultan dari Kerajaan Utsmaniyah, juga merupakan khalifah umat Islam sedunia saat itu. Nama Al Fatih disematkan karena beliau dikenal sebagai pembebas Konstantinopel, sebuah kota yang selama berabad-abad menjadi pusat peradaban tak hanya Eropa, tetapi juga dunia.

Muhammad Al Fatih Lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, Turki. Beliau merupakan putra dari Sultan Murad II. Sejak muda, Al-Fatih dididik secara ketat dalam ilmu agama, bahasa, strategi militer, dan politik, mempersiapkannya untuk menjadi pemimpin yang cerdas dan tangguh.

Pada usia 21 tahun, Al-Fatih memimpin ekspedisi besar untuk merebut Konstantinopel, kota yang merupakan benteng Kekaisaran Bizantium yang telah lama menjadi pusat peradaban dunia dan pintu gerbang antara Eropa dan Asia. Kota ini sangat strategis dan diperkirakan sulit ditembus karena benteng-bentengnya yang kuat. 

Namun, dengan persiapan matang, teknologi mutakhir, dan strategi yang inovatif, termasuk penggunaan meriam raksasa (Dardanelles Gun) untuk menghancurkan tembok kota, Al-Fatih berhasil memasuki kota tersebut setelah pengepungan selama 53 hari (ada yang menyebut 57 hari) pada 29 Mei 1453.

Setelah menaklukkan Konstantinopel, Al-Fatih juga mengubah nama kota Konstantinopel menjadi Istanbul dan menjadikannya ibu kota baru Kesultanan Utsmaniyah. Keberhasilan ini menjadikannya pahlawan besar dalam sejarah Islam dan membuka jalan bagi penyebaran Islam serta perluasan wilayah Utsmaniyah di Eropa.

Muhammad Al-Fatih dikenal sebagai pemimpin yang adil, toleran terhadap agama lain, dan sangat bijaksana. Selain mengembangkan Istanbul menjadi pusat kebudayaan dan perdagangan, ia juga mendukung ilmu pengetahuan, seni, dan arsitektur. Al-Fatih wafat pada 3 Mei 1481 pada usia relatif muda yaitu 49 tahun. Meski telah wafat, namun jasanya terus dikenang sebagai pemimpin yang berhasil memenuhi hadist Nabi Muhammad SAW tentang "komandan yang terbaik" yang akan menaklukkan Konstantinopel.

Biografi Raden Patah

Sosok Raden Patah merupakan figur yang sangat terkenal dalam sejarah, khususnya sejarah perkembangan Islam di Jawa. Sebab, beliau adalah pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa, yaitu Demak. Beliau juga sekaligus raja Demak pertama. Arti Fatah kalau dalam KBBI adalah 1 penaklukan; 2 kemenangan; 3 pembuka: mirip dengan nama Al-Fatih. Raden Fatah disebut sebagai Patah, karena aksara Jawa tidak mengenal huruf F.

Asal-usul beliau masih menuai perdebatan, karena terdapat banyak versi. Namun, pendapat yang paling populer, beliau lahir pada tahun 1455 dan merupakan putra dari Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Ibu beliau adalah seorang wanita Tionghoa beragama Islam. Karena terjadi ketidakharmonisan antara istri-istri Brawijaya V, akhirnya ibu Raden Patah dalam keadaan hamil pindah ke Palembang dan setelah Raden Patah lahir, sang ibu dinikahi oleh Adipati Palembang, Arya Damar. Raden Patah lahir dengan nama Jimbun.

Setelah besar, Raden Patah merantau ke Jawa dan mendapatkan bimbingan spiritual dan pendidikan agama dari para Wali Songo, khususnya Sunan Ampel. Ia kemudian mendirikan sebuah pesantren di wilayah Demak, yang waktu itu merupakan daerah pesisir di bawah kekuasaan Majapahit. Setelah beberapa tahun, Demak berkembang pesat sebagai pusat dakwah Islam, perdagangan, dan pemerintahan. Berdasarkan restu sang ayah, Brawijaya V, Demak tumbuh sebagai pusat peradaban Islam baru, namun tunduk di bawah Majapahit.

Sekitar tahun 1475, melihat situasi Majapahit yang mulai melemah akibat konflik internal. Bahkan terjadi pemberontakan yang membuat takhta Majapahit jatuh ke pemberontak Girindrawardhana. Karena sudah tak berada di bawah dinasti yang sah, terlebih Raden Patah sebagai anak Brawijaya V sebenarnya lebih berhak memimpin Majapahit, Raden Patah pun memisahkan diri dari Majapahit dan mendirikan Kerajaan Demak sebagai pusat kekuatan Islam. Pada tahun 1500-an, ia resmi diangkat sebagai Sultan Demak dengan gelar Sultan Alam Akbar al-Fatah. Di bawah kepemimpinannya, Demak menjadi kerajaan yang kuat dan memainkan peran penting dalam penyebaran Islam di Jawa dan wilayah sekitarnya.

Kerajaan Demak juga aktif dalam membantu menyatukan wilayah Nusantara yang saat itu terbagi-bagi oleh kerajaan-kerajaan kecil. Raden Patah dikenal memperkuat dakwah Islam, melindungi para ulama, serta mendukung pembangunan masjid dan madrasah. Salah satu warisannya yang terkenal adalah Masjid Agung Demak, yang dibangun oleh Raden Patah dengan dukungan para Wali Songo.

Raden Patah wafat pada awal abad ke-16, sekitar tahun 1518, dan kepemimpinannya diteruskan oleh putranya, Pati Unus, dan kemudian oleh Sultan Trenggana. Warisannya sebagai pendiri kerajaan Islam pertama di Jawa sangat besar, dan Kerajaan Demak menjadi pelopor dalam perkembangan budaya Islam dan politik di Nusantara.

Biografi Fatahillah

Ada juga sosok yang nama dan kisahnya mirip dengan para tokoh di atas, yaitu Fatahillah, alias Fadhilah Khan. Sama dengan Raden Patah, sejarah beliau juga memiliki banyak versi. Ada yang menyebut bahwa Fatahillah identik dengan Sunan Gunung Jati. Namun saya sendiri cenderung sepakat dengan versi kedua, bahwa beliau adalah panglima perang dari Kesultanan Cirebon, menantu dari Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati. Fatahillah terkenal karena berhasil menaklukkan Sunda Kelapa melawan Portugis yang berhasil mendirikan benteng di sana, dan mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, atau Jakarta pada tahun 1527.

Fatahillah, juga merupakan tokoh penting dalam sejarah Nusantara yang dikenal sebagai pendiri Kota Jakarta. Versi sejarah yang cukup kuat, beliau berasal dari Pasai (Aceh) dan merupakan seorang pejuang Islam yang ahli dalam strategi militer. Pada awal abad ke-16, Fatahillah datang ke Jawa dan mengabdi pada Sultan Trenggana dari Kerajaan Demak. Ada juga sejarah yang menyebutkan bahwa beliau menikahi janda Pati Unus, yakni Ratu Wulungayu, yang merupakan puteri dari Sunan Gunungjati atau Syarif Hidayatullah.

Setelah menikah dengan Ratu Wulungayu, Fatahillah pun menuju Cirebon dan menjadi panglima perang di kesultanan Cirebon. Namun ada yang menyebutkan bahwa Fatahillah adalah panglima dari kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Apakah sebenarnya Fatahillah merupakan tokoh yang dijadikan sebagai tokoh militer di kerajaan-kerajaan yang bersatu di bawah Panji Estergon (panji khilafah Turki Ustmaniyyah) saat itu? Wallahu a'lam.

Pada tahun 1527, Fatahillah memimpin pasukan Demak dan Cirebon dalam serangan besar untuk merebut Sunda Kelapa dari tangan Portugis. Serangan ini berhasil, dan pada 22 Juni 1527, Fatahillah mengubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, yang berarti "kota kemenangan." Tanggal ini kemudian diperingati sebagai hari jadi Jakarta.

Setelah merebut Jayakarta, Fatahillah mendirikan pemerintahan Islam di kota tersebut dan menjadikannya pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Ia dikenal sebagai pemimpin yang bijaksana, alim, dan memiliki pengaruh besar dalam membangun pondasi budaya Islam di Jawa Barat. 

Tiga Mujahid Besar 

Namun, dalam memori masyarakat Muslim di Indonesia, nama Al-Fatih sangat identik dengan Sultan Muhammad Al-Fatih. Tak perlu diperdebatkan. Ketiganya adalah mujahid besar di zamannya. Menariknya, ketiganya juga hidup dalam zaman yang berdekatan, dan mungkin juga saling terpengaruh secara ideologis. Bahkan, Raden Patah dan Sultan Muhammad Al-Fatih pernah hidup sezaman. Sayangnya, sejarah secara terang benderang dari Raden Patah dan Fatahillah tampaknya masih belum digali secara mendalam. Ini tantangan serius buat kita semua.


Posting Komentar untuk "Antara Al Fatih, Raden Patah, dan Fatahillah"