Gap Antar Generasi, Mengapa Perlu Diantisipasi? Bagian Pertama


Saat mengisi berbagai kegiatan parenting, salah satu pertanyaan yang sering ditujukan kepada saya adalah bagaimana tips yang asyik untuk bisa menjalin komunikasi dengan anak-anak. Para orang tua mengeluh karena sulit sekali memahami gaya hidup mereka. "Disentak sedikit mereka tersinggung, dibiarkan mereka makin nggak jelas. Setiap hari mager mengurung diri di kamar. Sulit disiplin." Dan sebagainya, dan sebagainya. Itu keluhan para orang tua.

Keluhan anak-anak berbeda lagi. "Kenapa ayah ibuku begitu gila kerja? Mengapa mereka seperti anti banget lihat orang santai? Kenapa mereka begitu keras? Kenapa mereka sangat obsesif?"

Dalam artikel sederhana ini, insyaAllah akan saya tulis dalam beberapa bagian yang akan dimuat secara bersambung di blog ini, saya akan mencoba memaparkan beberapa ide untuk mengatasi gap antargenerasi. Tentu karena saya adalah orang tua dan termasuk dalam Gen X, barangkali persepsi saya akan lebih mewakili kalangan orangtua dari generasi X. Namun, sebisa mungkin saya mencoba seobyektif mungkin di dalam menulis artikel ini.

Teori Generasi: Memahami Perbedaan Lintas Usia

Sebelum kita membedah problematika gap antar generasi, tentu kita perlu membahas hal yang satu ini: teori generasi. Faktanya, ternyata banyak juga orang tua yang belum memahami bahwa generasi satu dengan lainnya memang memiliki karakteristik dan kekhasan tersendiri. 

Ada banyak teori tentang generasi. Namun, perbedaan itu tampaknya hanya pada penamaan dan kisaran tahun kelahiran para generasi tersebut. Sementara, karakter mendasarnya menurut saya sih sebelas dua belas, alias sangat mirip. Teori yang saya ambil di tulisan ini adalah dari William Strauss dan Neil Howe (1991) dalam tulisannya, Generations: The History of America's Future. Kerangka teori ini, pada prinsipnya adalah mengelompokkan manusia berdasarkan tahun kelahiran, di mana setiap generasi memiliki ciri khas akibat pengaruh peristiwa sosial, ekonomi, politik, dan teknologi pada masa pertumbuhan mereka. Berdasarkan tahun kelahiran dan ciri khasnya, generasi dibagi menjadi beberapa jenis.

1. Baby Boomer (1945–1964)

Sebenarnya sebelum generasi ini, ada juga tipe generasi yang disebut sebagai silent generation (lahir sebelum tahun 1945). Kadang juga disebut sebagai the Traditionalist Generation atau Builders Generation. Tetapi, tidak terlalu banyak catatan tentang generasi ini. Kalau di Indonesia, barangkali ini adalah generasi para pahlawan bangsa seperti Bung Karno, Bung Hatta, Haji Agus Salim, dan sebagainya.

Generasi baby boomer merupakan generasi sebagai 'ledakan kelahiran' pasca perang, juga diiringi dengan pertumbuhan ekonomi yang mulai membaik setelah sebelumnya dunia mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Generasi Baby Bomer tumbuh di era pasca Perang Dunia II, di mana dunia mulai aman, stabil secara politik, terjadi optimisme dalam hal ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.

Saat ini, generasi ini tentu masih banyak yang hidup. Mereka adalah ayah dan ibunya para Gen X dan Gen Y. Biasanya sudah memiliki cucu atau cicit dari generasi Z, Alfa dan Beta. Ciri utama dari generasi mereka adalah loyal pada pekerjaan, konsumtif atau lebih menyukai barang-barang yang awet alias tahan lama, dan sangat menghargai stabilitas. 

Jangan heran jika para Boomer ini menasihati kita untuk bekerja dengan baik, setia kepada atasan, jujur, penuh pengabdian, dan sebagainya. Mereka memang pelaku-pelaku dari gagasan ini dan sudah membuktikannya. Yang kadang tidak mereka pahami, zaman telah berubah, dan nilai-nilai yang mereka anut barangkali sudah tidak relevan dengan zaman saat ini.

2. Generasi X (1965–1979)

Karena saya lahir di tahun 1979, maka Gen X adalah generasi saya dan kalangan yang mengalami masa remaja pada era tahun 90-an. Saat Haji Pidi Baiq menulis Serial Dilan, kemudian difilmkan, banyak remaja tahun 90-an yang sekarang disebut sebagai Gen X bernostalgia dengan masa lalu. Wajar kan, kalau film itu booming. Sebagian Gen Z mungkin merasa bingung. Memangnya apa yang menarik dari Dilan? Sekarang terjawab, ya. 

Gen X ini menarik, karena menjadi saksi perubahan sosial besar yang berawal dari perkembangan teknologi informasi. Jika dulu, para Boomer menganggap komputer adalah benda mahal yang hanya ada di perkantoran, Gen X mulai mengenal dan bahkan memiliki komputer pribadi. Saya sendiri, alhamdulillah bisa membeli personal computer pribadi pada tahun 2000, dan itu masih komputer edisi pentium I, dibeli secara second pula, hahaha. Tapi, meski komputer pentium I, keberadaan komputer pribadi tersebut sangat membantu aktivitas saya dalam bidang kepenulisan, karena saya tidak harus ngetik di rental komputer.

Nah, bicara rental komputer, mungkin Gen Z dan Gen Y agak merasa bingung. Memangnya ada rental komputer? Ya, ada dong. Di akhir tahun 90-an hingga awal 2000-an, banyak orang yang belum memiliki komputer pribadi, jadi bisnis-bisnis rental komputer cukup marak, terutama di kampus-kampus. Selain komputer, layanan internet juga biasanya diperoleh dengan menyewa di warung internet atau warnet. Demikian juga, karena saat itu karena penggunaan HP belum terlalu marak, telepon kabel masih sering dipakai, dan ada juga wartel, atau warung telekomunikasi tempat kita bisa menyewa telepon untuk menghubungi orang lain menggunakan telepon kabel.

Lucu ya? Kapan-kapan insyaAllah saya akan menulis beberapa hal yang menarik tentang teknologi di era 90-an. 

Karena dibentuk oleh generasi Boomer yang cenderung loyal, stabil dan disiplin, Gen X juga mewarisi sebagian sifat-sifat Boomer, seperti mandiri dan etos kerja tinggi. Namun karena merupakan saksi perubahan zaman, Gen X juga biasanya fleksibel, adaptif pada perubahan teknologi, lebih tahan terhadap stres, resiliensi tinggi dan ... hm ya ... gila kerja, hehehe.

3. Generasi Y / Milenial (1980–1994)

Gen Y ini kebanyakan adalah adik-adik atau keponakan dari Gen X. Dia dididik oleh Boomer, tetapi juga berinteraksi erat dengan Gen X.  Di lingkungan kerja, Gen Y memiliki pengalaman yang intens saat berinteraksi dengan Gen X yang barangkali merupakan atasan-atasannya. Gen Y adalah generasi pertama yang tumbuh bersama internet dan teknologi yang bersifat mobile. Jika Gen X sudah mulai memiliki komputer pribadi, Gen Y sudah berpengalaman dengan laptop dan tablet. Mereka cenderung berorientasi pada fleksibilitas dan membangun diri dari pengalaman. 

Gen Y sering juga disebut sebagai gen milenial, karena merupakan generasi yang tumbuh di era pergantian milenium baru. Ciri utama dari generasi ini adalah bahwa mereka merupakan generasi pertama digital native. Mereka cenderung bersifat kolaboratif, fokus pada pengembangan diri. Para Gen Z yang memiliki orang tua dari Gen Y biasanya cenderung minim konflik, karena sama-sama digital native yang memiliki kesamaan pengalaman dalam dunia digital.

4. Generasi Z (1995–2009)

Gen Z lahir pada tahun 1995 hingga sebelum 2010. Saya memiliki 2 anak yang termasuk dalam generasi ini, yakni kelahiran 2004 dan 2006. Generasi ini terlahir di dunia serba digital, sejak bocah mereka sudah akrab dengan berbagai gawai dan ahli menggunakannya tanpa harus belajar manualnya. Gen Z juga terbiasa multitasking. Dalam satu waktu mereka bisa mengerjakan banyak hal dan kreativitasnya seakan tanpa batas. Ada saja ide-idenya yang segar dan seringkali bernilai inovasi. Tetapi, efeknya jadi sering tidak fokus dalam melakukan berbagai hal. 

Menariknya, Gen Z juga sangat peduli pada isu hak asasi manusia, isu-isu global, keberagaman serta sangat peduli lingkungan. Gerakan peduli Palestina saat ini banyak sekali didukung oleh Gen Z dari berbagai penjuru dunia, termasuk negara-negara barat.

5. Generasi Alfa (2010–2024)

Setelah Gen Z, lahirlah generasi selanjutnya, yaitu generasi Alfa. Ini adalah adik-adiknya Gen Z. Anak-anak saya misalnya, 2 kakak dari Gen Z dan 2 adik dari Gen Alfa. Bayangkanlah sekumpulan anak-anak abad ke-21 yang sejak kecil akrab dengan AI, Internet of Things, dan pembelajaran berbasis teknologi.
Mereka benar-benar anak-anak teknologi yang sangat canggih, pembelajar cepat, dan memiliki interaksi virtual dominan. Jangan kaget jika bertemu anak-anak Gen Alfa yang bisa bahasa Inggris padahal tak pernah les Bahasa Inggris. Mereka telah menyatu dengan globalisasi dan dengan cepat memahami bahasa internasional.

6. Generasi Beta (2025–Sekarang)

Tanggal 1 Januari 2025 kemarin, generasi baru angkat pertama telah lahir, yaitu Gen Beta. Karena saat ini mereka masih bayi, kita belum tahu bagaimana kecenderungan perilaku mereka. Jadi, semuanya masih berupa prediksi. Mereka diperkirakan akan tumbuh di tengah kematangan AI, robotika, dan tantangan keberlanjutan. Berdasarkan prediksi pula, anak-anak Gen Beta benar-benar akan hiper-connected, mengandalkan AI, sadar lingkungan sejak kecil. Mereka akan berhadapan pada isu penting, yaitu krisis iklim.

BERSAMBUNG


Rujukan:

1. Strauss, W., & Howe, N. (1991). Generations: The History of America's Future, 1584 to 2069. New York: William Morrow and Company.
2. Pew Research Center. (2019). Defining Generations: Where Millennials End and Generation Z Begins. Washington, DC.
3. McCrindle, M. (2011). The ABC of XYZ: Understanding the Global Generations. Sydney: McCrindle Research.


Posting Komentar untuk "Gap Antar Generasi, Mengapa Perlu Diantisipasi? Bagian Pertama"

banner