Agar Lebih Jelita Dari Bidadari Surga

By. Afifah Afra

Inginkah Anda sejelita bidadari surga? Lantas, seperti apa gambaran Anda tentang bidadari surga? Mengapa hati ini senantiasa bergetar ketika kata ‘bidadari surga’ diperdengarkan. Getar kecemburuan akan keindahan parasnya, kesucian jiwanya, ketundukkan pandangnya.
Ya, seperti apa gambaran sosok bidadari surga itu? Tak usah berimajinasi kesana kemari. Cukuplah kita membayangkan dari penggambaran dalam Al-Qur’an yang mulia ....


Di sisi mereka ada bidadari-bidadari yang tidak liar pandangannya dan jelita parasnya. Seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.” (QS. ash-Shaffat: 48-49). 


Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut dengan wanita-wanita yang pandai menjaga kehormatannya, yakni tidak mengarahkan pandangan mereka kepada yang bukan pasangannya. Paras mereka sangat jelita, matanya indah menawan, penampilannya luar biasa cantik, pandai menjaga diri, takwa dan bersih. Allah menyifati mereka dengan bentuk tubuh dan penampilan yang elok dan warna kulit yang sangat mulus. Para bidadari itu ditamsilkan sebagai telur yang tersimpan dengan baik, karena kulit mereka sangat putih dan lembut seperti putih telur, namun belum ada tangan yang menyentuh karena keputihan itu terlindung oleh kulitnya yang keras. 

Ummu Salamah pernah bertanya kepada Rasulullah saw., “Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, terangkan kepadaku tentang firman Allah SWT, seolah-olah mereka adalah telur yang tersimpan dengan baik.’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Kelembutan mereka seperti lembutnya kulit yang terdapat pada bagian dalam telur, yang terletak setelah kulit bagian luar. Itulah yang disebut dengan ghirqay.” 
Hm... apa padanan para bidadari itu dengan para femina di persada bumi? Ah, itu masih kurang. Bahkan, para bidadari itu juga ditamsilkan sebagai yakut dan marjan, sebagaimana firman Allah SWT,

Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.” (QS. ar-Rahman: 58).

Menurut Imam Mujahid, Imam Hasan dan yang lain, marjan disamakan dengan mutiara (lu’lu’). Diriwayatkan bahwa Abdullah bin Mas’ud pernah berkata, “Sesungguhnya putihnya betis wanita-wanita penghuni surga, akan kelihatan dari balik 70 lapis kain sutera, bahkan sampai tulang sumsumnya pun kelihatan. Dan itulah yang dimaksudkan dengan firman Allah ‘Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.’” Menurut Ibnu Katsir, yakut adalah sebuah batu yang jika kita memasukkan benang ke dalamnya kemudian kita menutupnya, pastilah kita akan melihat tali itu dari luar batu itu.

Sebuah penggambaran yang begitu dahsyat tentang kecantikan seorang wanita bukan? Pendek kata, bidadari surga adalah kesempurnaan pesona seorang wanita. Tak hanya pesona lahiriah, tapi juga batiniah. Kecantikan dari luar, maupun kecantikan dari dalam. Mereka jelita, namun bertakwa. Allah berfirman, 
Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.” (QS. Ar-Rahman: 70).

Pesona sang bidadari berpendar semakin kuat karena mereka juga disebutkan bertubuh harum dan penuh dengan binar-binar cahaya. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik ra., bahwa Nabi Saw. pernah bersabda, “Seandainya seorang bidadari dari surga menampakkan diri kepada penghuni bumi, niscaya cahaya tubuhnya dan bau harumnya akan memenuhi ruang antara langit dan bumi, serta kerudung rambutnya lebih indah dan lebih bernilai daripada dunia seisinya.” (HR. Bukhari no. 2796).

Sang Kompetitor

Sekali lagi, silahkan Anda mencari padanan wanita yang sejelita bidadari surga. Monalisakah? Jenifer Lopez, atau Angelina Jolie? Atau para peraih titel Miss Universe atau Miss World. Tampaknya, kedahsyatan para perempuan yang menggetarkan jagad karena kecantikannya itu, tak ada apa-apanya dibanding para bidadari surga. Kehebatan mereka tak terpatahkan, kecuali oleh kompetitor yang satu ini: para wanita shalihah!

Ya, wanita shalihah, meskipun di dunia memiliki wajah biasa-biasa saja, ternyata mereka akan menandingi kemuliaan para bidadari ketika memasuki pintu surga dan menapaki tanah surga yang “…merupakan tepung putih, beraroma kesturi dan bersih” (HR. Muslim), serta memasuki bangunan di surga yang “batu batanya dari emas dan perak, adukannya beraroma kesturi, kerikilnya mutiara lu’lu’ dan mutiara yakut, tanahnya adalah za’rofan.” (HR. Ibnu Hibban, Ibnu Majah, Ahmad dan Tirmidzi). 

Ummu Salamah ra. bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya Rasulullah, beritakanlah kepada kami, mana yang lebih utama di surga, wanita di dunia ataukah bidadari surga?”
Rasulullah saw. lalu menerangkan bahwa perempuan dunia di surga sangat lebih utama dari biadari surga karena shalat, puasa dan ibadah yang dilakukan mereka. “Allah SWT memberi cahaya di wajah mereka, mereka mengenakan sutera di tubuhnya, warna kulit mereka putih, pakaian mereka hijau, perhiasan mereka kuning, pedupaan mereka mutiara dan sisir mereka adalah emas. Mereka mengatakan, ‘Kami adalah perempuan-perempuan abadi yang takkan mati. Kami adalah perempuan-perempuan bahagia yang takkan pernah miskin. Kami adalah perempuan-perempuan penduduk tetap yang takkan pindah selamanya. Ketahuilah, kami adalah perempuan-perempuan yang ridha dan takkan marah selamanya. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami menjadi miliknya.’”

Ummu Salamah kembali bertanya, “Ya Rasulullah, ada di antara kami yang menikah dua atau tiga kali. Jika ia meninggal dunia dan suami-suaminya masuk surga, siapakah yang menjadi suaminya di surga?” Rasul menjawab, “Wahai Ummu Salamah, ia diberi kebebasan memilih mana di antara suaminya yang paling baik akhlaknya.” Lalu Ummu Salamah berkata, “Ya Rabb, jika suamiku yang ini adalah suami yang paling tampan di dunia, nikahkanlah aku dengannya.” Rasulullah saw menerangkan, “Wahai Ummu Salamah, ketampanan wajah musnah dengan kebaikan dunia akhirat.” (HR. Thabrani).

Jadi, wanita dunia, ketika masuk surga, akan mampu mengalahkan kejelitaan para bidadari. Ini seperti perkataan Aisyah ra., “Perempuan-perempuan Salihah di dunia akan berkata kepada bidadari surga, ‘Kami melakukan shalat sedangkan kalian tidak melakukan shalat. Kami berpuasa sedangkan kalian tidak melakukannya. Kami bersedekah sedangkan kalian tidak. Kami, perempuan Salihah di dunia, mengalahkan bidadari surga.”
Inilah yang menyebabkan—meminjam istilah Salim A. Fillah—bidadari pun merasa cemburu kepada para wanita Salihah di dunia. Kuncinya adalah ketaatan. Ilmu yang mendalam. Amal-amal shalih. Ibadah. Karena, tujuan penciptaan manusia sesungguhnya semata-mata hanya agar manusia itu beribadah, menyembah Sang Pencipta dengan kepasrahan total.
Wallahu a’lam.

3 komentar untuk "Agar Lebih Jelita Dari Bidadari Surga"

Comment Author Avatar
bunda sajidah arifatul adhwa 3 Januari 2011 pukul 10.28
aslm, subhanalloh ...............Amin ya robb, ijin copi ya ustadzah
Comment Author Avatar
Hm... artikel yang sangat menarik
Comment Author Avatar
subhanallah, Amiin... salam kenal!

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!