Sopir pun Bisa Korupsi

Kejadian unik itu terjadi beberapa hari kemarin. Hari Rabu, 5 Januari 2011, saya baru masuk kantor setelah sehari sebelumnya izin untuk suatu keperluan. Ketika sampai kantor, manajer keuangan, Dik Tari berkata kepada saya. "Mbak, kemarin harga kertas art karton 260 gms-nya berapa sih?"
"Aslinya Rp 1.050.000, dapat diskon jadi 1 juta satu rim, Dik!"
Sebelumnya, saya memang baru mengorder kertas plano dua rim ke sebuah toko kertas langganan kami, untuk mencetak poster. Harga dua rim disepakati, 2 juta rupiah.
"Tapi kemarin kok sopir toko itu ngasih di nota Rp 2.200.000," ujar Dik Tari.
"Trus?"
"Ya dibayar segitu, Mbak!"
Wah, nggak bisa kalau begitu caranya. Cepat saya sambar telepon, menelepon toko kertas tersebut. "Pak, kemarin kan berdasarkan kesepakatan, harganya Rp 2 juta, kok jadi 2,2 juta?"
"Lho, memang 2 juta, Mbak!"
"Tapi kok kami bayarnya 2,2 juta?"
"Saya terimanya dari karyawan cuma 2 juta, Mbak!" pemilik toko kertas itu ngotot. "Tapi coba deh, saya cross chek dulu dengan karyawan saya."
"Ya, pak!"
Hubungan telepon sementara terputus. Lalu saya bertanya pada Dik Ika, anak buah dik Tari, admin yang kemarin langsung berhubungan dengan sopir yang mengantar kertas.
"Kayaknya kemarin sopirnya membawa nota dua, Mbak. Trus yang dikasihkan ke saya yang satunya, yang 2,2 juta!"
Rasa curiga mendekam di benak saya. Tapi, jangan dulu deh... takut jadi prasangka buruk. 
"Oke, nanti diurusi ya masalah ini!"
"Ya, Mbak!"
Saya pun tenggelam dalam kesibukan lain. Sempat lupa dengan kejadian tersebut, sampai ketika paginya Dik Tari memberi tahu.
"Mbak, kemarin sopirnya datang, mengantar uang yang dua ratus ribu. Ternyata dia yang ngembat duitnya, Mbak. Dia setor ke bosnya cuma 2 juta."
Seperti ada yang berputar di kepalaku. Capek deh... jika sopir saja rajin korupsi, bagaimana dengan pejabat-pejabat yang punya akses duit lebih melimpah...

Posting Komentar untuk "Sopir pun Bisa Korupsi"