Negeri yang Terluka, Sastra Motivasi & Forum Lingkar Pena



Apakah yang tengah terjadi di Indonesia? Sebuah bangsa dengan kelimpahan anugerah, sehingga gelar untaian zamrud khatulistiwa, dengan sepenuh kekaguman dikalungkan oleh Multatuli kepada gugusan kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke ini. Sebuah bangsa yang kaya sumber daya alam. Emas, minyak bumi, besi, bauksit, timah, batu bara, gas alam, intan, mutiara dan aneka barang tambang lainnya. Flora dan fauna yang fantastik, berlimpah dalam ragam dan kuantitas. Alam tropis yang ramah, air yang melimpah, tanah yang subur, matahari yang bersinar sepanjang tahun. Posisi yang strategis, di antara dua benua dan dua samudera. Anugerah yang tiada tara itu, semestinya mampu menjadikan Indonesia bangsa yang berjaya.

Namun, apakah yang tengah terjadi di Indonesia?
Majalah Foreign Policy (Juli 2007) melakukan riset tentang negara gagal di dunia, dan Indonesia termasuk dalam kategori negara yang gagal tersebut. Sementara, seperti yang dilansir ESCAP Population Data Sheet tahun 2006, indeks prestasi manusia Indonesia berada di urutan ke-7 dari 11 negara Asia Tenggara, rangking 108 dari 177 negara di dunia. Sedangkan berdasarkan Human Development Report 2003, Human Development Index (HDI) Indonesia adalah peringkat 112 dari 175. Ironisnya, peringkat Indonesia ternyata berada di bawah Vietnam, negara yang baru saja bangkit dari konflik yang berlarut-larut.
Sementara itu, bencana menerpa bumi pertiwi ini nyaris tanpa jeda. Mulai dari bencana alam seperti tsunami dan gempa di Aceh, gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, longsor, banjir hingga semburan lumpur Lapindo. Kecelakaan pesawat terbang, kereta api, kapal laut dan kendaraan darat.
Suasana politik pun tak kalah panas. Demonstrasi anarkis, kerusuhan, jarah-menjarah, perpecahan parpol, caci-maki antartokoh, memberi warna suram pada proses demokrasi di negeri kita.Korupsi yang merata nyaris di seluruh lini birokrasi, aneka pembunuhan mutilasi, berbagai penipuan berkedok investasi, membuat bangsa ini semakin carut marut. Memang, saat ini, Indonesia adalah sebuah negeri yang penuh luka-luka. 

Sastra, Obat Luka-Luka 

Menurut pakar psikologi sosial, David McClelland, setiap manusia sebenarnya memiliki tiga kebutuhan mendasar, yakni need for achievement (kebutuhan berprestasi), need for power (kebutuhan untuk berkuasa) dan need for affiliation (kebutuhan untuk membina hubungan dengan orang lain). Masing-masing manusia memiliki konfigurasi ketiga kebutuhan tersebut secara berbeda-beda, namun menurut McClelland, untuk bisa menjadi manusia yang maju, tingkat need for achievement itulah yang semestinya paling tinggi. Akan tetapi, kondisi yang terjadi di Indonesia ternyata justru berkebalikan dengan apa yang menurut McClelland mesti terjadi.
Bagaimana sastra berbicara dalam masalah ini? Masih dari penelitian McClelland. Psikolog tersebut ternyata menemukan sebuah teori, bahwa dongeng sebelum tidur ternyata berpengaruh terhadap prestasi suatu bangsa. McClelland membuat perbandingan antara dua negara adidaya pada abad 16, yakni Inggris dan Spanyol.  
Dalam penelitiannya, McClelland menemukan dongeng dan cerita anak Inggris abad ke-16 mengandung 'virus' yang menyebabkan pembaca atau pendengar terjangkit penyakit The need for Achievement (Kebutuhan Berprestasi) yang kemudian terkenal sebagai n-Ach. Sedangkan cerita dan dongeng Spanyol justru meninabobokan rakyatnya.
Psikolog ini, dengan bantuan beberapa ahli yang netral, menemukan puisi, drama, pidato penguburan, kisah epik di Inggris ternyata menunjukkan optimisme yang tinggi, keberanian untuk mengubah nasib, dan sikap tidak cepat menyerah. Cerita-cerita seperti ini dianggap memiliki nilai n-Ach tinggi. Lalu ia juga menemukan pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi selalu didahului oleh The Need for Achievement yang tinggi dalam karya sastra masa itu. Ketika bergerak lebih jauh, mengumpulkan 1300 dongeng dan cerita anak dari berbagai negara era tahun 1925 dan 1950, ia mendapati cerita atau dongeng yang mengandung nilai n-Ach tinggi selalu diikuti pertumbuhan ekonomi yang tinggi di negara itu dalam kurun waktu 25 tahun kemudian.
Yang menarik, Ismail Marahaimin, guru besar Fakultas Ilmu Budaya UI, dalam makalahnya yang berjudul "Pembekalan pada Bengkel Penulis Cerita Anak," mengaitkan antara kepopuleran cerita si Kancil di Indonesia. Kancil adalah sosok binatang yang licik. Mungkinkah dongeng tersebut juga berkontribusi terhadap bangsa Indonesia saat ini?Kondisi bangsa kita yang suram, penuh luka-luka, harus segera diobati. Salah satunya adalah dengan menanamkan motivasi berprestasi (menaikkan n-Ach) setinggi mungkin. Bukankah Jepang, yang sekarang menjadi negara maju pun, pernah mengalami luka yang sangat parah tahun 1945?
Dan, salah satu cara yang bisa diterapkan, adalah dengan bersastra. Sastra yang memotivasi untuk berprestasi. Sastra yang menjunjung optimisme tinggi, menceritakan keberanian merubah nasib. Bukan sekadar sastra-sastra negatif yang justru membuat orang bersikap pesimis dan kehilangan harapan. 

Forum Lingkar Pena dan Gerakan Sastra Motivasi          

“Forum Lingkar Pena sangat fenomenal. FLP adalah hadiah Tuhan untuk Indonesia” (Taufiq Ismail). Ungkapan Taufiq Ismail kami rasa tidak berlebihan. Dibandingkan dengan Negara-negara di Asia Tenggara lainnya, jumlah penulis di Indonesia-sebagaimana jumlah pertumbuhan penduduknya-sangat besar. Pada dekade terakhir Indonesia diramaikan oleh munculnya penulis-penulis muda berusia di bawah 30 tahun serta maraknya pertumbuhan kantong-kantong sastra di kota-kota di Indonesia.

Salah satu yang dianggap fenomenal adalah munculnya Forum Lingkar Pena (FLP), tahun 1997. Dalam waktu yang relatif singkat, organisasi yang memiliki cabang di hampir 30 propinsi dan di mancanegara ini telah beranggotakan 5000 orang, hampir 70% anggotanya adalah perempuan. Dari jumlah ini, 500 diantaranya menulis secara aktif di berbagai media masa. Mereka berusaha membina 4500 anggota FLP lainnya untuk menjadi penulis pula! Selama duabelas tahun sejak berdiri, organisasi penulis ini telah menerbitkan lebih dari 500 buku yang sebagian besar terdiri dari karya sastra serius, fiksi remaja dan cerita anak. Tidak ada lembaga yang mensponsori FLP. Kemandirian ini memungkinkan menulis sesui kata hati. Koran Tempo, salah satu media paling berwibawa di Indonesia, menyebut FLP sebagi sebuah “Pabrik Penulis Cerita!” 

Saat ini, tentu FLP tak ingin sekadar sebuah pabrik, tetapi galeri. Bergerak menuju kualitas yang prima, bukan sekadar menjadi salah satu sekrup industri belaka. Terbukti, beberapa penulis, sebut saya S. Gegge Mappangewa, Sinta Yudisia, Mashdar Zainal, Azzura Dayana, wara-wiri mendapatkan penghargaan kepenulisan baik skala lokal maupun nasional.            
Suatu hal yang menggembirakan, dari ratusan buku berlogo FLP yang diterbitkan oleh puluhan penerbit mitra, ternyata rata-rata berisi cerita-cerita yang memotivasi, sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh David McClelland di atas. Jadi, dengan jaringan yang luas, anggota yang banyak, serta produktivitas yang tinggi, tak berlebihan jika FLP memiliki kesempatan emas untuk memperbaiki negeri ini, lewat gerakan sastra motivasi.

10 komentar untuk " Negeri yang Terluka, Sastra Motivasi & Forum Lingkar Pena"

Comment Author Avatar
assalamualaikum teh tanya, kalau memenej ide itu bagaimana? terimakasih.....
Comment Author Avatar
klo ada lintasan pikiran / ide yang muncul segra di amankan: via catatan2 kecil, note book atau hp. luangkan waktu tuk mengkompilasi tulisan2 yang sudah ada.. tp yang paling penting ada cita2 atau mimpi besar tentang apa yang ingin mbak buat = ini harus ada semenjak.. begitukah mbak yeni?
Comment Author Avatar
saya sangat tertarik ada dalam barisan FLP, tetapi karya-karyaku selalu saja diabaikan penerbit.
Comment Author Avatar
@Didi Malang: terimakasih sudah bantu menjawab @Anonim: diabaikan bagaimana? Tidak diterima, atau bagaimana?
Comment Author Avatar
Mbak, selamat ya... blognya dapat juara
Comment Author Avatar
pengen banget bisa jadi penulis kayak afifah afra..
tapi bagaimana ya..
oh iya, kalo berkenan, mampir ke blog saya..
http://afiifahizzah.blogspot.com
Comment Author Avatar
Dear Afiifah, Anda sudah memiliki blog, itu sudah awalan yang baik untuk jadi penulis :-)
Comment Author Avatar
semangat mbak Afifah, saya juga akan terus berkarya dan aktif sebagai anggota flp
Comment Author Avatar
Cerita itu mengantarkan pada dunia baru yang lebih baik..

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!