Widget HTML #1

Pesona "Negeri di Atas Awan" (1)

Tawangmangu Dalam Catatan (Bag. 1).

By Afifah Afra


Kabut turun, putihnya menyelimuti separuh bumi. Pucuk-pucuk pinus seperti barusan disebari cabikan-cabikan kapas. Pada saat itu, tampaknya menyeruput segelas jahe gepuk panas, atau teh kental manis panas, menjadi pilihan yang asyik. Jangan lupa, bungkus rapat-rapat tubuh dengan jaket, kaos kaki serta syal yang membalut leher. Bersamaan dengan itu, cobalah untuk berkhayal bahwa saat itu, Anda sedang berada di negeri di atas awan. Tampaknya, imajinasi itu menjadi tak terlalu berlebihan, karena semacam itulah yang saya rasakan saat berada di tempat tersebut.
Kalau merasa lapar, memesan aneka menu yang bertebaran di warung-warung kanan-kiri jalan juga oke. Yang paling khas sih, menurut saya ada dua jenis kuliner, pertama sop buntut sapi, yang kedua, sate kelinci. Oh, no! Mungkin bagi yang pernah melihat kelinci yang imut-imut, akan terasa sangat susah menelan hidangan tersebut. Tetapi, percayalah, saat sepiring sate itu sudah terhidang bersama lontong dan bumbu pedas, tak terlihat bedanya antara sate kelinci ataupun sate ayam.
Sate Kelinci, Santapan Favorit. Tapi kalau yang suka kelinci, sih... amit-amiiiit :-D
Eit, sebenarnya saya sedang bercerita tentang apa sih? Kalau dari nadanya, jelas pegunungan. Dan kalau jari tangan saya tertunjuk pada satu bagian di tengah Pulau Jawa, tepatnya lereng barat Gunung Lawu, bisakah Anda menebaknya? Ya, tepat! Tawangmangu.
Bagi orang Solo, nama Tawangmangu jelas tak asing. Meski saya besar dan lahir di Purbalingga, sebagian keluarga besar saya tinggal di Solo, karena bapak saya memang asli Solo. Sejak tahun 2002, saya bahkan ditakdirkan untuk resmi menjadi warga Solo. Jadi, Tawangmangu memang menjadi salah satu alternatif tempat berlibur yang paling populer. Maklumlah, perjalanan menuju lokasi tersebut hanya sekitar 1-2 jam. Sedangkan keindahannya, tak kalah dengan objek wisata kelas nasional lainnya. Saya malah sudah lupa, berapa kali menginjakkan kaki di sana saking seringnya. Mungkin, satu-satunya tempat yang belum saya jelajahi, ya puncak gunung Lawu-nya. Memang sih, saya pernah mendaki ke gunung-gunung kecil di sekitarnya, tetapi untuk sampai puncak Lawu, duh, hingga kini belum punya kesempatan. Padahal keinginan untuk itu sudah membuncah sejak lama.
Apa saja pesona yang bisa kita dapatkan di Tawangmangu? Yuk, simak!


Grojogan Sewu dan Wanawisata Grojogan Sewu

Foto ini diambil tahun 2009 bersama sebagian Kru Indiva. Tebak, mana saya?
Grojogan, atau curug (air terjun) Sewu ini mungkin lokasi paling dikenal orang dari Tawangmangu. Saya pernah berpikir, mengapa tempat ini disebut sebagai Grojogan Sewu? Dalam bahasa Indonesia, Sewu artinya seribu. Apakah ada seribu air terjun di sini? Ternyata tidak. Konon, kata seribu berasal dari seribu pecak (telapak kaki) orang dewasa. Kalau melihat data di berbagai situs sih, katanya tinggi air terjun itu 80 meter. Mau membuktikan? Ukur aja sendiri, hehe.

Tetapi, memang butuh energi ekstra untuk bisa menikmati keindahan air terjun ini, karena kita kudu melewati tangga yang curam dan melelahkan. Terbayang kalau membawa anak-anak. Selain membawa tubuh kita sendiri, kita mungkin harus menggendong mereka pula. Karena itu, untuk saat ini, karena anak-anak masih kecil, saya tak menjadi lokasi ini sebagai tujuan favorit saya saat berada di lokasi Tawangmangu.

Di sekitar Grojogan, pemandangan sangat indah, dengan wana wisata yang menawan. Kalau Anda ingin menginap, di sekitar situ banyak penginapan, hotel, atau villa yang bisa disewa dengan harga beragam. Ada yang sangat murah, kurang dari Rp 100.000/malam, tetapi yang kelas atas juga bertebaran. O, ya… hati-hati dengan monyet-monyet yang banyak berkeliaran di wana wisata. Mereka sebenarnya jinak, tetapi kalau kita bersikap kasar dengan mereka, mereka akan melompat dan mencakar kita.

Wanawisata dan Bumi Perkemahan Sekipan, Kalisoro


Dari area Grojogan, jika kita naik ke atas, kira-kira 1-2 KM, lalu belok kiri, kita akan bertemu dengan Wanawisata Sekipan, Kalisoro. Tempat ini adalah lokasi favorit untuk camping. Ada bumi perkemahan lengkap dengan fasilitasnya seperti MCK dan mushola. Di area camping, sebuah sungai kecil berbatu-batu dengan air jernih dan sejuk mengalir. Kalau Anda ingin basah-basahan, seraya merasakan sensasi mandi dengan air pegunungan, ini pilihan tepat. Tapi, jangan lupa, tetaplah dalam aurat yang tertutup, karena meskipun kanan kiri dibatasi semak tinggi, tetap saja sungai tersebut adalah area terbuka.

Nggak berani nge-camp beneran? Tenang, villa di sekitar lokasi juga bertebaran. Bisa disewa dengan harga mulai Rp 400.000-Rp 1.500.000/malam untuk satu villa, tentu dengan fasilitas berbeda. Tetapi, villa dengan harga Rp 400.000/malam saja, sudah dilengkapi dengan instalasi air panas, alat masak (seperti kompor gas, panci, wajan dll.), dua kamar yang lumayan representatif, televisi, ruang tamu lengkap dengan sofa, serta ruang makan lengkap dengan meja-kursinya. Yang agak menganggu, mungkin jaringan internet yang agak sulit didapat di lokasi ini, karena posisinya berada di cekungan tajam dan dipagari bukit-bukit. Sinyal GSM untuk beberapa operator seluler besar masih bisa dipakai, meski sinyalnya juga timbul-tenggelam.

Tak ada masalah, kalau kita memang sudah berniat untuk ‘memutus diri’ dari dunia luar untuk sementara waktu. Karena, keindahan panorama lokasi ini memang membutuhkan focus untuk bisa dinikmati dengan maksimal. Ya, kalau Anda ingin merasakan asyiknya menjelajah hutan, lokasi ini pilihan tepat. Siapkan perbekalan berupa makanan dan minuman, serta mungkin tikar lipat. Sebaiknya, kemaslah barang-barang Anda menjadi satu dalam sebuah backpack, agar beban bisa terpusat di punggung. Jangan lupa, pakai sepatu yang kuat. Menjelajah hutan di wana wisata itu bisa menghabiskan waktu seharian penuh, lho. Bahkan, kalau Anda punya nyali, bisa dilakukan malam hari. Ketika Anda menaiki bukit-bukit (atau gunung kecil) yang memagari lokasi, Anda akan melihat keindahan kota Solo malam hari dengan lampu-lampunya yang berkerlap-kerlip menawan.

Anda penasaran, ya, apa saya pernah jelajah hutan malam hari? Pernah, dong! Tapi dulu, saat masih lajang, kira-kira 11 tahun silam. Saya bersama teman-teman di sebuah klub pecinta alam, datang ke Tawangmangu sore hari. Jam dua belas malam kami bangun untuk melakukan jelajah. Kami menaiki bukit, dan terus berjalan sampai jam 15.00 hari berikutnya! Lumayan melelahkan, tetapi puas luar biasa. Namanya juga darah muda, yang dicari tantangan-tantangan.
Hanifan dan Kuda Poni
Tapi, kalau Anda tak ingin berpeluh-peluh dan tetap bisa menikmati keindahan alam, silakan Anda sewa kuda. Harganya tak terlalu mahal, mulai dari Rp 20.000,- Bahkan, jika Anda ingin berkuda hingga Puncak Lawu, ada juga layanannya. Biayanya? ‘Hanya’ Rp 1.000.000,-
Tertarik?

BERSAMBUNG

5 komentar untuk "Pesona "Negeri di Atas Awan" (1)"

Comment Author Avatar
eh... aku udah nih ke dua tempat di atas... menanti sambungan tulisannya deh.. sapatau tahun depan ke solo lagi jadi punya tempat rkomendasi baru.
Comment Author Avatar
Oke mbak Ade... insyaAllah segera diposting lanjutannya :-)
Comment Author Avatar
Deket dari rumah gue, tapi skalipun gue gak pernah maen ke situ! Huhuhu
Comment Author Avatar
Ayolah sekali-kali, nyesel lhooo!
Comment Author Avatar
misi mbak yeni.. itu kalo mau ngecamp di sekipan apa dikenakan biaya ? saya minta CP nya bisa?

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!