Helvy Tiana Rosa, Spirit Mas Gagah dan Film "Gotong Royong"

Hamas Syahid, pemeran Mas Gagah
Beberapa hari yang lalu, sebuah aplikasi chatting di ponsel saya memberi notifikasi. Ternyata Tante saya yang tinggal di Bogor dan aktif di Komunitas ODOJ (One Day One Juz) menghubungi saya. “Yen, cerita Mas Gagah itu seperti apa sih?” tanyanya. Yeni adalah nama panggilan saya sehari-hari (nama asli).

“Tahu Mas Gagah darimana, Tante?” tanya saya, bukannya menjawab, malah balik bertanya.

“Kemarin itu, acara ODOJ, yang mau memerankan Mas Gagah datang. Hamas Syahid namanya. Ganteng, ya... bacaan Al-Qurannya juga mantap, keren sekali.”

Bla-bla-bla. Akhirnya, obrolan meluas kemana-mana. Namanya juga emak-emak, suka ngelantur. Tapi, ujung-ujungnya, si tante akhirnya memesan buku “Ketika Mas Gagah Pergi” (selanjutnya kita singkat sebagai KMGP aja ya...) dan berkomitmen akan menonton filmnya jika sudah tayang kelak.

Sobat sekalian pembaca blog ini pasti juga sudah tahu, kan, serunya proses pembuatan film “Ketika Mas Gagah Pergi”? Atau, malah belum tahu sama sekali? Ops, santai saja... Anda tidak akan saya suruh berjemur di bawah terik matahari gegara tidak tahu siapa itu mas Gagah, hehe.

Mas Gagah, pastinya bukan sejenis Superboy atau Batman, meski kehadiran lelaki ganteng shalih ini memang hanya ada di jagad fiksi besutan salah seorang senior, kakak dan guru saya dalam bidang kepenulisan, mbak Helvy Tiana Rosa (biasa disingkat HTR, yang tak lain adalah kakak kandung mbak Asma Nadia). 

Kisah Mas Gagah pertama kali dimuat di majalah Annida, awal tahun 1990-an. Awalnya, “Ketika Mas Gagah Pergi” adalah sebuah cerpen. Lalu dikembangkan jadi novelet. Bahkan, “Ketika Mas Gagah Pergi” akhirnya dikolaborasikan dengan cerpen mbak HTR lainnya yang legendaris, yakni kisah Yudhi, lelaki berbaju kotak-kotak yang senang berdakwah di bus-bus, namun ternyata dia adalah seorang eksekutif papan atas di sebuah perusahaan besar. Hm, ngomong-ngomong soal “lelaki berbaju kotak-kotak”, ternyata jauh-jauh hari sebelum gema Jokowi-Ahok, sudah diangkat profilnya oleh mbak HTR, tuh! Semoga kelak Pak Jokowi-Ahok menonton film KMGP dan kemudian terinspirasi naik turun bus untuk berdakwah. Amiinin, doong!

Back to topic, ya... selain dimuat di majalah, KMGP dengan berbagai versinya akhirnya dibukukan. Seingat saya, ada 3 penerbit yang pernah menerbitkan, pertama Pustaka Annida. Lalu Asy-Syaamil, dan terakhir (yang sekarang masih edar), adalah Asma Nadia Publishing House. Ketiga versi buku tersebut, saya pernah punya, dan kecuali buku edisi terbaru, edisi-edisi lama berpencaran entah kemana. Yah... dimanapun kau berada, semoga bermanfaat dan memberi kebaikan. Bukan tersimpan dalam rak berdebu.

Satu hal yang menarik, tak hanya menyajikan cerita yang inspiratif, KMGP ternyata diakui banyak pihak telah menjadi salah satu bagian dari proses pencarian hidayah, khususnya bagi remaja generasi 90-an hingga awal 2000-an. Kisah-kisah bagaimana KMGP mampu mengubah dan menjadi salah satu jalan hidayah remaja generasi tersebut, tersaji apik di 2 buku yang ditulis oleh para pelaku, yaitu Jejak-Jejak Mas Gagah 1 (diterbitkan oleh ACT) dan Jejak-Jejak Mas Gagah 2 (diterbitkan oleh Pipiet Senja Publishing House). Silakan jika berkenan membaca dua buku tersebut, Anda akan mendapatkan sebuah fakta, bahwa KMGP memang bukan cerita fiksi biasa!

Saya sendiri mengenal KMGP dari seorang guru ngaji saya saat masih remaja dahulu. Saya sempat terkesima dengan kisah Mas Gagah, seorang anak muda yang dikisahkan memilih meninggalkan kehidupan sebelumnya yang penuh dengan elan anak muda yang penuh gebyar dan hura-hura. Mas Gagah yang tampan, mahasiswa berprestasi, kesayangan keluarga, memutuskan untuk hidup lebih religius, sederhana, lebih banyak mengkaji ilmu-ilmu agama, mengaji Al-Quran, ketimbang nongkrong di mall, mengonsumsi musik hip-hop, main di kafe atau melakukan serentetan aktivitas yang sering diidentikkan dengan kekhasan anak muda lainnya. Perubahan ini tentu memancing keheranan Gita, adik Mas Gagah yang tomboy dan centil. Disinilah kisah menjadi menarik, karena di cerita yang dikarang Mbak HTR, jalan cerita dibawakan dalam sudut pandang Gita.

Di tahun ini, alhamdulillah keseriusan Mbak HTR untuk mengangkat KMGP dalam bentuk film semakin mengkristal. Meski terkendala dengan investor, Mbak HTR pantang menyerah. Dalam rangka menjaga kemurnian karakter dan visi KMGP, Mbak HTR yang didukung dengan berbagai komunitas, seperti Forum Lingkar Pena, Sahabat Mas Gagah, ACT (Aksi Cepat Tanggap), TDA (Tangan di Atas), ODOJ (One Day One Juz), dan sebagainya, akhirnya meluncurkan program pendanaan mandiri secara gotong royong, atau yang lebih dikenal sebagai crowd funding. Catat, ya... crowd funding ditempuh bukan karena KMGP tidak dilirik oleh investor. Tetapi, beberapa investor menginginkan berbagai perubahan, perombakan, yang dinilai bisa mengurangi karakter KMGP. Jadi, tepat sekali jika di beberapa tulisan, Mbak HTR menyebutkan bahwa proses pembuatan film KMGP adalah “perjuangan memenangkan gagasan.”

Seperti ditegaskan oleh mbak HTR dalam beberapa kesempatan, “Crowdfunding ini kami buat bukan karena tidak ada PH yang mau memfilmkan,” tutur Helvy, “Banyak yang ingin mengangkatnya ke layar lebar, hanya saja belum bertemu dengan idealisme saya dan para pembaca.”

Setelah melakukan berbagai persiapan selama sekitar setahun, akhirnya syuting KMGP pun dimulai. Penulisan skenario KMGP dipercayakan kepada Mas Fredy Aryanto, sedangkan untuk Mas Firmansyah dipercayai menjadi sutradara fim ini. Yang menarik, nama-nama yang menjadi pemeran film KMGP ini juga termasuk nama-nama baru, seperti Hamas Syahid (sebagai Mas Gagah), Masaji Wijayanto (sebagai Yudhi), Aquino Umar (Gita) dan Izzah Ajrina (Nadia). Yang juga menarik, Ustadz muda Salim A. Fillah juga ikut ambil bagian dalam film ini. Sebuah terobosan yang seru! Terus terang, yang paling membuat saya penasaran dari film KMGP justru akting Ustadz Salim, hehe.

Karena bagi mbak HTR, artis juga harus mampu menjiwai perannya, tim KMGP benar-benar selektif. Bukan hanya soal fisik, tetapi karakter, akhlak dan latar belakang pemain juga menjadi pertimbangan. Tampaknya, harapan ini bisa diwujudkan dengan sosok Hamas misalnya. Selain tampan dan atletis, Hamas adalah mahasiswa yang pintar, pebisnis muda yang sukses, dan juga seorang penghafal Al-Quran. Ibunda Hamas, Ummu Yulyani, juga dikenal sebagai aktivis keislaman yang cukup senior di daerah Surabaya.

Mari kita doakan agar KMGP bisa sukses di pasaran. Lebih dari itu, KMGP bisa menjadi “virus baru” dalam artian positif, yang membuat remaja Indonesia memiliki model baru yang menginspirasi pada kebaikan. 


3 komentar untuk "Helvy Tiana Rosa, Spirit Mas Gagah dan Film "Gotong Royong""

Comment Author Avatar
Alhamdulillah sudah pesan 2 tiketnya. Semoga sukses film ini. Selain tayang di bioskop, sepertinya perlu juga rosdshow ke sekolah, pesntren, dan perkampungan yang belum ada bioskopnya
Comment Author Avatar
Asyik dong, saya malah belum. Soalnya di Solo nggak ada dalam presale tersebut.
Comment Author Avatar
Wah tidak sabar untuk nonton film ini!

Mohon maaf, karena banyak komentar spam, kami memoderasi komentar Anda. Komentar akan muncul setelah melewati proses moderasi. Salam!